tirto.id - Sekalipun didominasi oleh pendukung pasangan calon 1, menurut Faisal, 53 tahun, Ketua RT 1, RW 3, Kwitang, warga tetap bisa menghargai perbedaan.
Kelurahan Kwitang adalah salah satu kelurahan yang dikunjungi Susilo Bambang Yudhoyono, ayah Agus Yudhoyono, pada Jumat lalu menjelang Aksi 112. Kawasan Kwitang terkenal sebagai basis majelis taklim atau pengajian habib. Kawasan ini menjadi pusat siar Islam pada masa lalu, terutama berkat peran Habib Kwitang atau Habib Ali bin al-Habsyi (baca sejarah menarik Kwitang: Baswedan, Habib Kwitang dan Menantu Mualaf).
"Kalau ada gesekan mah paling cuma di mulut aja. Kalau kerja bakti juga bareng-bareng lagi."
Senada dengan itu, Matius, 58 tahun, Ketua RT 2, sekalipun RT-nya termasuk yang paling beda pilihan Paslonnya dibandingkan RT yang lain, tapi kerukunan antar warga tetap terjalin.
"Ya kalau ada kondangan juga bisa (rukun)," ujar warga Keturunan Tionghoa ini (baca juga: Pemilih TPS Kwitang: "Terserah Dibilang Kafir Atau Munafik").
Sebagai Ketua RT 02, Matius mengakui bahwa dari di RT yang ia pimpin itulah Ahok akan paling banyak mempunyai pendukung di seantero Kwitang.
"Kebanyakan keturunan Tionghoa. Jadi beda sendiri sama RT lainnya," jelasnya.
Walaupun ia juga mengakui suara pendukung Ahok di RT yang ia pimpin tidak akan cukup untuk mengalahkan paslon satu di tingkat RW.
Walaupun RTnya yang bukan termasuk golongan mayoritas, tidaklah kemudian membuatnya merasakan diskriminasi. Hal paling keras hanyalah tidak diperkanankannya memasang spanduk paslon nomor dua.
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Zen RS