Menuju konten utama

Pemilih TPS Kwitang: "Terserah Dibilang Kafir atau Munafik"

Laporan dari kawasan Kwitang yang sempat dikunjungi SBY pada Jumat lalu.

Pemilih TPS Kwitang:
TPS 03 RW 02 di tempat Masjid Jami Al-Riyadh Kwitang, Jakarta, Rabu(15/2).Tirto.id/Dafi

tirto.id - Ada yang berbeda dengan kondisi TPS 3 di RW 02 di Kwitang, Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Sekalipun sempat didatangi saksi dari pasangan calon nomor 2 pada awal pembukaan TPS, saksi dari Pasangan Calon (Paslon) 2 sempat tidak terlihat di lokasi.

Menurut Triyanto, Ketua RT 03 RW 02 Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Saksi dari Pasangan Calon (Paslon) belum terlihat karena mayoritas warga adalah pemilih Paslon Nomor Urut 1.

Perlu diingat Kelurahan Kwitang adalah lokasi yang sempat didatangi oleh Agus Harimurti Yudhoyono dan Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Jumat lalu menjelang Aksi 112. Kunjungan SBY adalah untuk meminta restu kepada Habib Kwitang.

"Enggak berani mungkin, Mas. Orang pasang spanduk untuk yang nomor 2 aja di sini gak bisa," tutur Triyanto.

Meskipun begitu Triyanto mengakui bahwa di RW 3 dari RT 1 sampai 5, warga pendukung Paslon no. 1 bukan mayoritas mutlak. Ada beberapa warga yang juga mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Tuh yang RT sebelah (03) ada juga yang milih Ahok," tambahnya.

Sekalipun begitu, "Kalau warga sini, mah, gak apa-apa (jadi saksi), itu pun tadi (pergi) mau ganti pake baju biasa biar enggak kelihatan."

Pantauan Tirto, saksi pasangan calon nomor 2 akhirnya kembali ke TPS sekitar pukul 10.00 dan tetap menggunakan baju kotak-kotak yang identik sebagai motif pakaian pasangan calon nomor 2. Ia rupanya mesti mencoblos dulu di TPS tempatnya berdomisili. Maklum, saksi bukan berasal dari TPS 3 di Kwitang. Saksi ini bernama Siti Nur Warida (58 tahun).

Baca juga laporan dari Kwitang lainnya: Pemilih di Kwitang: "Terserah Dibilang Kafir Atau Munafik"

Rahmat, warga Kwitang RW 3 juga membenarkan bahwa warga sekitaran Masjid Jami Al-Riyadh Kwitang mayoritas adalah pendukung Paslon 1 dan 3. Sekalipun lebih besar ke arah Paslon 1.

Hal yang dibenarkan oleh Sri, "Kita mah ngikut apa kata Habib. Habib (bilang) A, kita A."

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Yeni F (50 tahun), ibu-ibu berjilbab yang mengharapkan Ahok kembali jadi Gubernur.

"Ya kita lihat di depan aja (sungai), ini biasanya banjir, sekarang sudah enggak," tutur Yeni.

"Saya mah milih yang bener kerjanya. Terserah mau dibilang kafir atau munafik, lebih munafik itu yang pada korupsi."

Pendapat itu senada dengan Obit, warga yang mengaku memilih Ahok. Ia menilai bahwa, "Ya harus diterusin dulu sih, Mas, kerjaannya. Bagus, kok, nyatanya sungai ini punya siklus pasti banjir sejak dia yang pegang udah enggak."

Ketika ditanya apakah ada tekanan bagi pemilih Ahok, Yeni menjawab bahwa tekanan secara personal tidak ada, yang ada cuma larangan tak tertulis memasang baliho atau spanduk dukungan untuk Paslon 2.

"Kalau masang (spanduk) malam, paginya bisa hilang," tutur Yeni.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari Ahmad Khadafi

tirto.id - Politik
Reporter: Ahmad Khadafi
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Zen RS