tirto.id - Perolehan suara Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana, berdasar hasil quick count sejumlah lembaga survei di luar prediksi banyak pihak.
Paslon yang maju lewat jalur independen ini secara mengejutkan berhasil meraih suara di atas 10 persen. Padahal, tingkat elektabilitas mereka sebelum hari pencoblosan hanya berkisar di angka 5 persen.
Meski hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta belum keluar, Dharma-Kun boleh jadi merupakanpaslon jalur independen dengan raihan suara terbanyak sepanjang sejarah Pilkada Jakarta.
Pada Pilkada Jakarta 2012, dua pasangan yang maju lewat jalur independen—yakni Faisal Basri-Biem Triani Benjamin dan Hendardji-Ariza—terhenti pada putaran pertama. Seturut pemberitaan Kompas.com, Faisal Basri-Biem Triani Benjamin hanya mampu meraih 215.935 suara (4,98 persen), sementara Hendardji-Riza hanya meraih 85.990 suara (1,98 persen).
Tiga lembaga survei yang melakukan hitung cepat hasil Pilkada Jakarta, memperlihatkan perolehan suara Dharma-Kun di atas 10 persen. Dalam survei SMRC, pasangan Dharma-Kun memperoleh 10,17 persen. Survei Charta Politica menunjukkan Dharma-Kun meraih 10,60 persen, sementara Poltracking 10,37 persen.
Melihat hasil itu, Cagub Dharma mengatakan bahwa hasil itu berkat skenario Tuhan. Menurut Dharma, suara pemilihnya itu bakal menjadi penentu kemenangan salah satu pasangan calon di putaran kedua nanti.
"Ini adalah skenario Tuhan, di mana otomatis dengan angka tersebut, paslon Dharma-Kun menjadi penentu suaranya untuk memenangkan salah satu paslon," kata Dharma kepada wartawan di Posko Pemenangan Dharma-Kun, Antasari, Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024).
Purnawirawan jenderal polisi bintang tiga ini juga mengatakan bahwapemilihnya yang merupakan orang-orang yang ingin memiliki hidup layak, tidak mau diintimidasi, dan ditakut-takuti.
Dharma mengaku telah mengerahkan semua kemampuan dalm Pilkada Jakarta 2024 ini, meski tak yakin bisa memenangkannya.
"Apalagi dengan tadi saya sebutkan bahwa otomatis suara paslon Dharma-Kun akan menjadi penentu bagi kedua paslon yang sedang bersaing dengan ketat," tutur Dharma.
Gagasan Dharma-Kun Dianggap Baik
Pengamat politik Universitas Padjajaran, Kunto Adi Wibowo, memandang bahwa raihan suara 10 persen Dharma-Kun tidak terlepas dari gagasan-gagasan yang mereka usung dalam kampanyenya.
Kunto menyebut bahwa saat debat perdana Pilkada Jakarta 2024, gagasan Dharma-Kun dinilai paling baik oleh publik. Oleh karena itu, wajar bila perolehan suara Dharma-Kun bisa menembus angka 10 persen versi hitung cepat.
"D debat pertama itu, menurut banyak orang, gagasannya Dharma-Kun ini yang paling oke soal mengatasi kemacetan dibandingkan berapa calon yang lain gitu. Justru itu yang kemudian membuat efek kejutan," kata Kunto saat dihubungi Tirto, Kamis (28/11/2024).
Selain itu, Kunto menilai bahwa benturan politik antara dua kepentingan, yakni Jokowi dan PDIP, juga turut menguntungkan Dharma-Kun. Menurutnya, perkelahian politik itu bikin sebagian pemilih Jakarta menjadi malas memilih paslon yang diusung dua kubu itu. Alhasil, Dharma-Kun pun mendapat limpahan suara dari mereka.
"Ada pilihan lain, akhirnya memilih pilihan lain dan itu terutama anak-anak muda yang [beranggapan] sudah sekalian saja diboncosin. Atau sekalian milih yang memang tidak ada relasinya dengan elite-elite politik," tutur Kunto.
Menurut Kunto, suara Dharma-Kun memang akan menjadi penentu apakah Pilkada Jakarta bakal berlanjut ke putaran kedua atau tidak. Bila Pilkada Jakarta lanjut ke putaran kedua, kata Kunto, pasangan RK-Suswono berpotensi come back alias bisa mengandaskan Pramono-Karno.
"Karena, banyak pengamat atau orang juga memprediksikan kalau dua putaran bisa jadi RIDO [RK-Suswono] akan come back gitu. Tapi, kita liat saja," tutur Kunto.
Bukti Dharma-Kun Benar-benar Kumpul KTP
Peneliti senior di Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menilai bahwa perolehan suara 10 persen itu membuktikan Dharma-Kun betul-betul mengumpulkan KTP dukungan untuk maju lewat jalur independen. Dia yakin kekuatan gagasan Dharma-Kun membius sebagian warga Jakarta.
"Semua itu harus dipuji. Dia ngumpulin KTP-nya benar-benar gitu. Dia punya ide saya kira," kata Usep kepada Tirto, Kamis.
Menurut Usep, pemilih Jakarta sudah rasional sehingga memutuskan memilih pasangan tanpa intervensi partai politik.
"Mungkin saja ini orang-orang yang rasional yang mencari alternatif. Tidak hanya soal kekuatan politik, tapi mungkin kekuatan gagasan," tutur Usep.
Usep berkata bahwa meski sejumlah gagasan Dharma-Kun terkesan nyeleneh, ada juga warga Jakarta yang menilai gagasan seperti itu out of the box.
"Dharma gagasannya out of the box. Soal banyak lampu merah apa-apa gitu, ya, orang terus kemudian penasaran juga kan dengan gagasan itu," tukas Usep.
Sekali lagi, Usep menilai bahwa raihan suara 10 persen itu menunjukkan bahwa mereka betul-betul mengumpulkan KTP. Selain itu, alasan lain warga memilih Dharma-Kun adalah karena malas dengan gimik politik yang dipertontonkan pasangan RK-Suswono dan Pramono-Rano.
"Saya kira bisa saja begitu dan yang cari alternatif itu di luar partai politik, yang kita tahu juga partai politik itu mainannya tidak semua orang suka," kata Usep.
Suara Undicided Voter
Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Iman, mengatakan bahwa perolehan suara 10 persen yang diraih pasangan Dharma-Kun merupakan suara warga yang belum menentukan pilihan alias undicided voter.
"Saya kira ini kita bisa lihat, seminggu sebelum coblosan itu, ada sekitar 30 persen swing voters atau pemilih yang masih bisa bergeser dan undecided voter itu 10 persen," kata Imam kepada Tirto, Kamis.
Arif juga menyebut bahwa mereka yang memilih Dharma-Kun adalah pemilih kritis. Sebab, mereka tak lagi percaya pada partai politik.
Oleh karena itu, dia yakin Pilkada Jakarta masih berpeluang untuk berlanjut ke putaran kedua. Kendati saat ini, hasil hitung cepat memperlihatkan pasangan Pramono-Karno berpotensi menang satu putaran.
"Kalau secara metodologi quick count kan itu ada margin of error. Memang Mas Pram-Rano Karno ini udah 50 persen lebih. Secara undang-undang, sudah bisa dibilang itu satu putaran. Tetapi, ini masih rentan karena masih dalam koridor margin of error," tukas Imam.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Fadrik Aziz Firdausi