tirto.id - Demo mahasiswa di Bangladesh dilaporkan ricuh. Sedikitnya 100 orang mengalami luka-luka. Apa yang sebenarnya terjadi?
Media sosial X atau Twitter diramaikan tagar #StudentsUnderAttack dan #Bangladesh selama 24 jam terakhir.
Sejumlah akun menampilkan unggahan terkait kondisi di Bangladesh. Salah satunya akun @clowngrizzly. Pada Selasa (16/7/2024), ia memposting foto-foto aksi demo di beberapa kampus.
Di antaranya Dhaka University, Rajshahi University, dan Khulna University. Kemudian Chittagong University hingga Jahangirnagar University. Sekumpulan orang tampak mengalami luka.
Akun lain turut menggambarkan situasi yang sama. Banyak mahasiswa dan warga turun ke jalan. Mereka menjadi korban aksi kekerasan hingga berlumuran darah.
Update Terkini Demo Mahasiswa di Bangladesh
Al-Jazeera memberitakan pada Senin, 15 Juli 2024, demonstrasi dilakukan mahasiswa yang protes terkait kuota pekerjaan pemerintah.
Bentrokan yang diikuti kekerasan melibatkan orang-orang yang setia kepada partai berkuasa dengan para demonstran. Menurut keterangan pihak kepolisian, aksi tersebut membuat sekitar 100 orang mengalami luka-luka.
Demo mahasiswa ini terjadi karena sistem kuota pekerjaan. Dari total ratusan ribu pekerjaan pemerintah, lebih dari separuh jabatan pegawai negeri dengan gaji tinggi justru diberikan untuk kelompok-kelompok tertentu.
Salah satunya diperuntukkan bagi keturunan pejuang perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971 saat melawan Pakistan.
Polisi dan saksi mata menyebutkan ratusan pengunjuk rasa anti kuota dan mahasiswa yang mendukung Partai Liga Awami terlibat bentrok selama beberapa jam di Dhaka University.
Mereka saling lempar batu, berkelahi dengan tongkat, dan memukul dengan tongkat besi. Bahkan, ada yang membawa parang dan melemparkan bom berisi bensin.
Menurut Nahid Islam, koordinator nasional protes antikuota, aksi damai yang dilakukan kelompoknya mendapatkan serangan oleh kelompok lain dengan memakai batang, tongkat, dan batu.
"Mereka memukuli para pengunjuk rasa perempuan kami. Sedikitnya 150 mahasiswa terluka, termasuk 30 wanita, dan kondisi 20 mahasiswa dalam keadaan serius," bebernya.
"Ini lebih dari sekadar gerakan mahasiswa. Untuk menekan gerakan ini, hasutan dari tingkat pemerintahan tertinggi telah dibuat. Jadi, masyarakat umum harus turun ke jalan," lanjut Nahid Islam.
Mengutip laporan AP News pada Selasa, 16 Juli 2024, aparat kepolisian setempat menembakkan gas air mata. Mereka menggunakan pentungan untuk mengatasi bentrokan antara kelompok mahasiswa pro-pemerintah dan pengunjuk rasa.
Kondisi tersebut menyebabkan puluhan orang mengalami luka di universitas negeri yang terletak di luar ibukota Bangladesh.
Aksi kekerasan terjadi pada pagi hari, Selasa (16/7) di Universitas Jahangir Nagar di Savar, luar Dhaka. Para pengunjuk rasa menuntut agar kuota pekerjaan pemerintah untuk anggota keluarga pahlawan perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971 segera dihapus.
Enam Medical College Hospital, dekat Universitas Jahangir Nagar, dilaporkan merawat lebih dari 50 orang korban aksi kekerasan. 30 di antaranya terkena peluru.
Para pengunjuk rasa menuding Liga Chhatra Bangladesh telah menyerang aksi damai. Liga Chhatra merupakan sayap mahasiswa Partai Liga Awami yang berkuasa di bawah pimpinan Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Demonstran dikatakan sudah sampai di depan kediaman resmi wakil rektor universitas. Seketika terjadi kekerasan ketika polisi dan sayap mahasiswa yang didukung partai berkuasa mulai menyerang pengunjuk rasa.
Sementara menurut Reuters, lebih dari 100 mahasiswa terluka di Bangladesh pada hari Senin, 16 Juli 2024. Mereka adalah korban bentrokan antara kelompok yang protes agar sistem kuota pekerjaan pemerintahan segera diakhiri dengan kelompok yang setia kepada partai berkuasa.
Ribuan pengunjuk rasa anti-kuota dan anggota sayap mahasiswa Liga Awami saling lempar batu. Mereka berkelahi dengan tongkat dan batang besi.
Lokasi kejadian ada di berbagai universitas di seluruh negeri, termasuk di Dhaka, ibukota Bangladesh. Demonstran menyerukan agar aksi turun ke jalan dan unjuk rasa tetap dilakukan.
Menurut Menteri Luar Negeri Hasan Mahmud,"sebuah upaya sedang dilakukan untuk mengubah gerakan anti-kuota menjadi gerakan anti-negara dengan menggunakan emosi para mahasiswa muda,". Pemerintah setempat, katanya,"tidak akan membiarkan situasi yang tidak stabil terus berkembang,".
Editor: Dipna Videlia Putsanra