tirto.id - Kalangan pengusaha mencatat, dalam aksi pada 4 November lalu yang menuntut proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah merugikan negara secara ekonomi.
Berdasarkan kajian Bank Indonesia, demonstrasi yang diperkirakan mencapai 180.000 orang pada 4 November lalu--lebih banyak dibanding demo 1998 silam yang melibatkan 120.000 orang--asumsi dampak kerugiannya mencapai hingga Rp2,9 triliun.
Sementara, kerugian transaksi akibat penurunan omzet ditaksir mencapai Rp500 miliar dengan asumsi perhitungan toko yang tutup mencapai 20.000 dengan omzet rata-rata Rp25 juta per hari.
Berkenaan dengan persoalan ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani berharap demonstrasi besar-besaran tidak terulang lagi.
"Antisipasi teman-teman dunia usaha sudah ada, tapi dampaknya itu harganya mahal karena bisa menyebabkan kemunduran ekonomi dan menurunkan kepercayaan investor asing," katanya dalam dialog bertajuk "Demo, Iklim Bisnis dan Harapan Pengusaha" di Jakarta, seperti diwartakan Antara, Rabu (16/112016).
Hariyadi menuturkan, aksi yang terjadi Jumat (4/11) itu harus dikaji akar masalahnya agar ada penanganan antisipatif.
"Kalau dirunut ke belakang, itu kan proses dinamika politik ya. Meski masyarakat bisa memilih, tapi saat terjadi gelombang besar seperti kemarin, jadi masalah juga," katanya.
Ia menambahkan, aksi demonstrasi yang melibatkan massa akan sangat merepotkan berbagai kalangan. Oleh karena itu ia berharap semua pihak bisa tenang dan tetap bisa menjaga kedewasaan dalam menghadapi masalah yang ada.
"Kami yang setengah mati jaga ekonomi. Untuk apa juga capek-capek dorong amnesti pajak kalau ternyata diacak-acak dengan kondisi begini. Mudah-mudahan tidak lagi. Kalau pun ada perbedaan pendapat, mari selesaikan dengan kepala dingin," katanya.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH