tirto.id - Usai rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan lift tak bisa digunakan. Menteri Kesehatan Nila Moeloek keluar ruangan rapat bersama Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo terlihat terburu-buru.
Pewarta yang menunggu hasil pembahasan rapat koordinasi tentang keuangan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) langsung mencecar Menteri Kesehatan dengan pertanyaan.
Tapi pertanyaan-pertanyaan itu tak dilayani karena Menkes dan Wamenkeu sedang terburu-buru. "Duh maaf ya, saya buru-buru mau ada ratas (rapat terbatas)," kata Nila, dikutip dari Antara.
Namun, pewarta yang mencari berita membujuk menteri untuk menjawab pertanyaan sebentar saja karena Menkes tidak akan bisa turun ke lantai dasar sebab lift tak bekerja.
"Lewat tangga saja deh," katanya. Serentak para pewarta dan staf Kementerian Kesehatan yang mendampingi mengingatkan bahwa Menkes sedang berada di lantai 14.
Menteri tetap saja menuruni tangga untuk mencapai lantai dasar dari lantai 14 demi mengejar agenda rapat terbatas dengan Presiden di Istana.
Perempuan kelahiran 11 April 1949 tersebut menuruni tangga darurat yang gelap ditemani beberapa stafnya dan bersama Wamenkeu Mardiasmo hingga ke lantai dasar.
Menuruni tangga tidak melelahkan seperti menaiki anak tangga satu persatu. Tapi untuk menuruni tangga dari lantai 14 hingga ke lantai dasar membutuhkan otot-otot kaki yang kuat guna menahan beban tubuh, dan tentunya gerak tubuh yang dihasilkan akan membakar banyak kalori.
Sering memberikan nasehat untuk tetap bugar, Nila Moeloek tak jarang juga terlihat khawatir dengan beberapa persoalan kesehatan masyarakat yang bisa mempengaruhi kehidupannya.
Terutamanya ialah kanker yang menyerang wanita seperti kanker payudara dan kanker serviks sebagai yang tertinggi diidap oleh perempuan.
Nila tak henti-hentinya mensosialisasikan kepada para perempuan untuk memiliki kesadaran agar bisa mendeteksi dini adanya penyakit kanker payudara dan serviks.
"Padahal kanker serviks dan payudara bisa dicegah dengan cara yang sederhana dan murah," kata Menkes.
Kekhawatiran Nila lainnya terungkap pada saat ia membacakan surat yang ditulis RA Kartini pada 25 Mei 1899 yang ditujukannya kepada Zeehandelar tentang bahaya minuman keras dan candu yang mewabah pada zamannya.
"Syukurlah kami belum pernah memerangi minuman keras. Peradaban itu memuat berkah tapi ada pula buruknya," Nila membacakan.
Di penghujung pembacaan surat-surat itu Nila mengutarakan apa yang dirasakannya. Bahwa apa yang dipikirkan RA Kartini pada saat itu tentang wabah candu dan minuman keras, terjadi dan menjadi persoalan yang dihadapi saat ini di mana narkotika mengancam kesehatan dan karakter bangsa.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani