tirto.id - Kehilangan cairan tubuh atau dikenal dengan dehidrasi seringkali dialami tanpa sadar. Rasa haus tak bisa selalu dijadikan tolok ukur dehidrasi. Banyak orang tidak merasakan haus, sampai mereka mengalami periode dehidrasi berat.
Dehidrasi merupakan kondisi ketika tubuh kehilangan cairan lebih banyak dibandingkan dari yang dikonsumsi. Kondisi ini dibedakan menjadi tiga tahapan: dehidrasi ringan dan sedang yang dapat segera diatasi dengan mengonsumsi lebih banyak cairan, dan dehidrasi berat yang bisa berakibat fatal.
Dikutip dari Crohn's and Colitis UK, gejala dehidrasi ringan adalah rasa haus, mulut kering, sakit kepala, kelelahan, kekurangan energi, dan merasa akan pingsan saat berdiri.
Selain itu, jika frekuensi buang air kecil lebih jarang dari biasanya, bisa jadi tubuh mungkin kekurangan cairan. Tanda awal lain adalah warna urine kuning gelap. Dehidrasi juga bisa menyebabkan konstipasi (sembelit), yang bisa menjadi masalah bagi orang-orang dengan proktitis (peradangan di rektum).
Pada anak-anak dan bayi, dehidrasi bisa berdampak serius, karena ukuran tubuh yang lebih kecil membuat bayi lebih rentan kehilangan cairan.
Tanda-tanda pada bayi dan anak kecil bisa dikenali dari mulut dan lidah yang kering. Selain itu, tak mengeluarkan air mata saat menangis. Dalam waktu tiga jam, popoknya belum basah, ada cekungan di mata dan pipi, serta terlihat lesu dan iritasi.
Air menjadi komponen penting yang harus dipenuhi dalam tubuh. Sebab, menurut Dokter Gizi Diana Sunardi, sekitar 60 persen tubuh terdiri dari air.
“Sekitar 60 persen tubuh terdiri dari air. Mereka berfungsi sebagai pengatur suhu, pembentuk sel, pelarut, media transportasi, media eliminasi toksin, pelumas dan bantalan,” terangnya dalam sebuah diskusi terbatas di Kuningan beberapa waktu lalu.
Penjelasan dr Diana juga menekankan air sebagai komponen penting dalam tubuh. Jika komposisinya terganggu, maka dapat dipastikan, sistem tubuh tak akan lagi berjalan normal seperti seharusnya.
“Pada kondisi berat, dehidrasi membuat otot berkontraksi, tekanan darah menurun, napas cepat, dan bisa kejang hingga hilang kesadaran,” tuturnya.
Selain itu, dalam keadaan dehidrasi berat, tubuh akan terkena serangan panas/demam. Masalah ini bisa berkembang juga menjadi infeksi saluran kemih, batu ginjal, gagal ginjal, dan bahkan syok hipovolemik atau kondisi darurat ketika jantung tidak mampu memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat kurangnya volume darah.
Pertanyaannya, adakah prediktor yang dapat memastikan seberapa cepat dehidrasi akan membunuh seseorang?
Dilansir Antara, tidak ada prediktor yang dapat memastikan seberapa cepat dehidrasi akan membunuh seseorang. Kesehatan, cuaca dan tingkat aktivitas fisik individu bisa membantu menentukan berapa lama seseorang akan bertahan tanpa air.
Ahli biologi dari George Washington University di Washington, DC, Randall Packer mengatakan, di lingkungan yang sangat panas, orang dewasa bisa kehilangan antara 1 dan 1,5 liter [2,1 sampai 3,2 liter] keringat dalam satu jam.
"Seorang anak yang ditinggal di dalam mobil yang panas atau atlet yang berolahraga keras dalam cuaca panas bisa mengalami dehidrasi, lingkungan yang terlalu panas dan meninggal dalam waktu beberapa jam," ujar dia.
Editor: Dipna Videlia Putsanra