tirto.id - The silent killer bukan nama judul film terbaru. Itu adalah sebuah julukan untuk penyakit yang sudah lama ada: hipertensi. Penyakit ini dijuluki demikian bukan hanya karena menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya, tapi juga jadi salah satu jenis penyakit yang terjadi tanpa keluhan apapun.
Hipertensi sendiri sering disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi. Ini merupakan keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih dan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih.
Penderita hipertensi sering tidak mengetahui dirinya mengalami hipertensi, biasanya baru diketahui setelah terjadi komplikasi atau kondisinya memburuk.Ini menjadi hal yang bisa dimengerti mengingat darah menjadi penghubung semua organ manusia, mulai dari otak sampai ujung kaki.
“Semua organ yang memiliki pembuluh darah akan dirusak oleh hipertensi seperti otak,” kata Dr. Tunggul Situmorang SpPD-KGH,FINASIM dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain adalah otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes mengatakan bahwa hipertensi jadi masalah kesehatan utama di dunia, tidak hanya di Indonesia. “Hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, dan stroke,” katanya.
Sekilas Soal Hipertensi
Jumlah penderita hipertensi di dunia tercatat terus meningkat setiap tahunnya. Satu dari tiga orang di dunia terdiagnosis hipertensi, dan jika dibiarkan akan ada 1,5 miliar orang terkena hipertensi pada 2025.
Hipertensi juga makin tak kenal usia. Jika dulu hipertensi identik dengan orang-orang berusia lanjut, kini anak-anak muda pun bisa terkena hipertensi. Penyebabnya mulai dari gaya hidup, termasuk pola makan dan minum, juga pola tidur. Berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1 persen, kelompok umur 31-44 tahun (31,6 persen), umur 45-54 tahun (45,3 persen), dan umur 55-64 tahun (55,2 persen). Celakanya, saat ini ada kecenderungan hipertensi meningkat pada usia muda juga di Indonesia.
Ciri-ciri hipertensi yang bisa diketahui adalah sakit kepala parah, mimisan, kelelahan atau kebingungan, masalah penglihatan, nyeri dada, sulit bernapas, detak jantung tidak teratur, ada darah dalam urin, dan berdebar-debar di dada, leher, atau telinga. Itu membuat penderita hipertensi bisa dicirikan memiliki gejala seperti pusing, gugup, berkeringat, sulit tidur, dan ada bintik darah di mata.
Pencegahan terhadap hipertensi bisa dilakukan dengan banyak cara. Pertama, tentu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat melakukan deteksi dini secara berkala untuk pencegahan dan pengendalian hipertensi.
Berikutnya, menurut Kemenkes RI, masyarakat harus menerapkan gaya hidup CERDIK untuk mencegah hipertensi, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.
Kemudian jika sudah terkena hipertensi tapi masih bisa dikendalikan, Kemenkes RI memiliki kampanye PATUH, yaitu Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman, serta Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik.
P2PTM Kemenkes RI juga memberi tahu jika ada yang sudah terkena hipertensi, pengobatan hipertensi dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama/puskesmas sebagai penanganan awal dan kontrol. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan seumur hidup. Penderitanya harus minum obat secara teratur seperti yang dianjurkan dokter meski tak ada gejala.
Penyebab Hipertensi Paling Silent: Dehidrasi
Dilansir dari Everyday Health, hipertensi bisa dibagi dua jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer biasanya didiagnosis setelah dokter mengamati hasil tensi pasien selama tiga kali kunjungan berturut-turut tetap tinggi, padahal sudah menghindari pemicunya. Sedangkan hipertensi sekunder jamak disebabkan kelainan pada pembuluh darah arteri yang memasok darah ke ginjal. Kelainan ini bisa dipicu penyakit atau masalah kesehatan.
Secara garis besar, penyebab hipertensi antara lain adalah merokok, kelebihan berat badan (obesitas), kurang bergerak, konsumsi garam berlebihan, konsumsi alkohol berlebihan, stres, pertambahan usia, punya keluarga dengan Riwayat hipertensi, penyakit ginjal kronis, gangguan kelenjar tiroid, sleep apnea, dan yang paling tidak disangka-sangka—yang lebih silent lagi—adalah dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh berkurang atau hilangnya cairan dalam tubuh. Karena itu, keseimbangan gula-garam terganggu, membuat tubuh tidak bisa berfungsi dengan normal.
Dehidrasi terkadang bisa menyebabkan tekanan darah rendah yang membuat penderitanya pingsan. Namun, tidak minum cukup air juga dapat menyebabkan sebaliknya, yaitu tekanan darah tinggi. Kenapa bisa begitu?
Untuk kondisi tertentu, dehidrasi memang bisa memicu hipertensi, terutama dehidrasi jangka panjang. Dehidrasi menyebabkan sel-sel tubuh kekurangan sejumlah cairan, sehingga otak mengirimkan sebuah sinyal untuk melepaskan hormon vasopresin.
Vasopresin dikeluarkan ketika ada banyak zat terlarut (atau kadar natrium) dalam darah atau ketika volume darah sedang rendah-rendahnya. Kedua hal ini bisa terjadi ketika kita kehilangan terlalu banyak cairan (dehidrasi).
Untuk meresponsnya, ketika kita mengalami dehidrasi, ginjal akan menyerap kembali air dan bukan mengeluarkannya melalui urin. Konsentrasi tinggi vasopresin ini kemudian dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, sehingga tekanan darah meningkat, lalu terjadi lah hipertensi.
Dalam mencegah hipertensi dan menurunkan hipertensi, ada beberapa makanan dan minuman yang disarankan, antara lain sayuran hijau, bawang putih, sayur bit, yogurt, oatmeal, minyak zaitun, ikan tinggi omega-3, kuaci, cokelat hitam, kacang pistachio, buah beri, pisang, buah delima, kiwi, dan semangka.
Namun, karena dehidrasi adalah salah satu penyebab hipertensi—terutama hipertensi pulmonal dan hipertensi yang disertai dengan kelainan fungsi ginjal—maka rutin mengonsumsi air mineral juga dianjurkan untuk mencegah penyakit tersebut. Bagi yang tidak menderita hipertensi, minum delapan gelas air mineral dalam sehari adalah sesuatu yang disarankan. Sedangkan bagi yang menderita hipertensi, dianjurkan minum air mineral antara delapan hingga sepuluh gelas dalam sehari.
Air mineral memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Mineral makro, atau mineral utama, seperti magnesium, kalsium, hingga sodium, bisa menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh, menghasilkan energi, hingga menguatkan tulang. Karena tubuh manusia tidak bisa menghasilkan mineral sendiri, maka pastikan kamu mengonsumsi air mineral alami yang baik untuk tubuh.
Salah satunya adalah Le Minerale, yang airnya diambil dari sumber mata air pegunungan terpilih, yang punya tujuh mineral esensial untuk tubuh. Selain itu, Le Minerale dilengkapi sistem perlindungan ganda dengan sistem kemasan yang termodifikasi, ditandai dengan botolnya yang keras sebelum dibuka. Kemudian ada seal cap atau segel khusus pada tutup botolnya, membuat Le Minerale terjamin aman dari pemalsuan dan terjaga kehigienisannya sehingga mineral alaminya tetap utuh terjaga sampai ke tubuh kita.
Rasanya yang menyegarkan dan enteng di badan membuat kita bisa minum lebih banyak. Banyak minum air mineral itu penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Sementara, seperti yang sudah dijelaskan di atas, dehidrasi bisa menyebabkan darah rendah maupun darah tinggi (hipertensi). Oleh karena itu, Sangat penting bagi kita untuk rutin minum air mineral dalam jumlah yang cukup sehari-hari.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis