Menuju konten utama

Debat Pilgub Jateng: Beda Gaya Para Kandidat dan Polarisasi Pilpres

Pada 27 Juni 2018, masyarakat Jawa Tengah bakal memilih kepala daerah. Bagaimana penampilan calon kepala daerah tersebut dalam debat terakhir mereka?

Debat Pilgub Jateng: Beda Gaya Para Kandidat dan Polarisasi Pilpres
Dua pasangan cagub dan cawagub Jateng, Ganjar Pranowo-Taj Yasin nomor urut 1 dan Sudirman Said-Ida Fauziyah nomor urut 2 mengikuti debat putaran ketiga calon gubernur dan wakil gubernur Jateng di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/6/2018). ANTARA FOTO/R. Rekotomo

tirto.id - Ganjar Pranowo, calon gubernur Jawa Tengah (Jateng), berdiri sembari memegang mikrofon di tangan kanannya. Suatu waktu pada segmen ketiga debat putaran ketiga Pilgub Jateng 2018, tak sampai sedetik setelah Taj Yasin, calon wakil gubernur (cawagub) pendampingnya, memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara, Ganjar menekuk tangan kiri setinggi perut dan menghadapkan telapak ke arah kamera.

Ganjar berucap nyaring, "Saya bicara dengan Pak Menteri PU."

Belum jelas lanjutan kalimat itu, Ganjar kemudian menunduk sedikit. Jemari tangan kirinya kini menutup, hanya menyisakan telunjuk yang diarahkan ke kamera. Ganjar kembali berkata namun merendahkan volume suaranya.

Kata Ganjar: "Kalau ini serius loh, ya. Jangan tertawa."

Sedetik kemudian, Ganjar memindahkan mikrofon ke tangan kirinya. Dia mengangkat tangan kanan setinggi dada dan menghadapkan telapak ke kamera. Volume suaranya kembali meninggi saat mengatakan kalimat ini:

"Saya bicara dengan Pak Menteri PU kondisi-kondisi alam yang hari ini terjadi. Maka 5 waduk yang diusulkan, alhamdulillah, selama periode Pak Jokowi, kami didorong sampai 9 waduk untuk Jawa Tengah. Sekarang sudah berproses untuk menyelesaikan persoalan itu."

Ganjar mengangkat tangan, menunjuk layar besar yang berada di belakangnya dan kembali mengatakan, "Untuk menyelesaikan persoalan itu!"

Sekitar dua meter dari posisi Ganjar berdiri, Sudirman Said dan Ida Fauziyah duduk sambil memperhatikan Ganjar berbicara.

Setelah Ganjar memungkaskan pernyataannya, moderator debat Aiman Wicaksono mempersilakan Sudirman-Ida menanggapi.

Sudirman dan Ida beranjak dari kursinya. Lalu, Sudirman mengambil kesempatan untuk berbicara.

Sudirman Said memegang mikrofon dengan kedua tangannya. Volume suaranya sedang, bisa dibilang tidak lebih nyaring daripada Ganjar.

Saat mengucapkan kalimat-kalimatnya, sesekali Sudirman menengok ke kanan, tempat Ganjar dan Yasin duduk. Dia juga kerap menggerakkan tangan kanan sambil tetap memegang mikrofon dengan tangan kiri.

Kata Sudirman, "Kembali tadi pada tata ruang, kami punya gagasan bahwa pembangunan kawasan yang baik itu mesti dikaitkan dengan lingkaran-lingkaran di mana transportasi tersedia dan di sini kita punya banyak stasiun kereta api."

Beda Gaya Bicara ala Ganjar dan Sudirman

Cerita singkat di atas menggambarkan perbedaan gaya berbicara Ganjar Pranowo dan Sudirman Said di panggung debat putaran ketiga Pilgub Jateng 2018.

Dalam debat tersebut, selama memberikan pernyataan maupun pertanyaan, Ganjar kerap menggerakkan tangannya. Apabila satu tangannya memegang mikrofon, tangan lainnya akan digerakkan Ganjar sesuai pola ucapan yang dikatakannya. Atau, setidaknya tangan itu dia gunakan untuk memegang kertas atau sabak pintar.

Alumni Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut juga seringkali menaik-rendahkan volume suaranya sembari memainkan mimik muka saat berbicara.

Bahkan, dalam salah satu sesi, Ganjar sempat menghampiri Sudirman untuk memberikan kertas yang menampilkan grafik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jateng.

Sementara itu, Sudirman Said hanya berdiri sambil memegang mikrofon dengan kedua tangan saat memberikan pertanyaan ataupun pernyataan. Selama debat, Sudirman juga jarang memainkan mimik muka, apalagi berjalan ke sana ke mari.

Selain penampilan individu, dalam hal koordinasi, Ganjar-Taj Yasin juga tampak luwes. Sepanjang segmen 1 sampai 3—segmen ketika para paslon dapat bergantian melontarkan jawaban—Ganjar mempersilakan Taj Yasin berucap sebanyak 4 kali. Begitu juga sebaliknya, Taj Yasin mempersilakan Ganjar berucap sebanyak 3 kali.

Biasanya, Taj Yasin mengatakan hal-hal terkait dunia pesantren atau menutup pernyataan dengan sebuah dalil islami supaya, dalam bahasa Ganjar, "spiritualitasnya biar makin mantep."

Namun demikian, Sudirman punya cara tersendiri menyindir gaya berbicara Ganjar.

Pada segmen ketiga, Ganjar melontarkan ucapan di luar waktu yang dialokasikan untuknya. "Oh satu lagi masih sedikit. Tata ruangnya sudah dikerjakan di DPRD," ujar Ganjar. Aiman sempat menegur, namun Ganjar terus saja berucap.

Setelah Ganjar diam, Sudirman diberikan kesempatan oleh Aiman untuk membalas pernyataan Ganjar. Tanpa tedeng aling-aling, Sudirman berkata, "Hobinya melanggar peraturan."

Sebelum Sudirman melanjutkan pernyataannya, Ganjar beranjak. Dia menghampiri Sudirman dan mencium tangannya sebagai tanda ucapan mohon maaf.

Peristiwa serupa ini sebenarnya pernah terjadi pada debat putaran pertama Pilgub Jateng 2018.

Infografik tunggal pertumbuhan ekonomi jawa tengah

Buah Pembelahan Kubu Politik Pasca-Pilpres 2014

Selain soal gaya berbicara, Ganjar dan Sudirman juga dapat dibedakan melalui gaya busana. Dalam tiga kali debat, kemeja putih berkerah koko selalu menutupi tubuh Ganjar Pranowo dan Taj Yasin. Sedangkan Sudirman dan Ida selalu mengenakan pakaian batik.

Warna putih kerap diidentikkan dengan citra positif seperti kebaikan, kesucian, bersih, serta sederhana. Tampilan tersebut tampak disesuaikan dengan jargon Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi yang diusung Ganjar-Yasin. Sedangkan Sudirman-Ida memang punya ambisi khusus mengenai batik.

"Kami ingin mengangkat Jawa Tengah tidak hanya menjadi sentral batik Indonesia, tetapi akan menjadi sentral batik dunia," ujar Ida.

Yang jelas, perbedaan gaya berbicara dan berbusana tersebut disiarkan secara langsung melalui televisi. Rekamannya pun dapat dilihat di laman Youtube. Dalam pemasaran politik, membedakan diri dengan rival memang menjadi suatu hal yang penting, bahkan dalam hal penampilan.

Toh, sejak Ganjar-Yasin dan Sudirman-Ida ditetapkan sebagai paslon resmi oleh Komisi Pemilihan Umum daerah (KPUD) Jateng, mereka telah berbeda sejak "dalam kandungan". Sudirman-Ida diusung koalisi partai Gerindra, PKS, PAN, dan PKB. Sedangkan Ganjar diusung PDIP, PPP, Nasdem, dan Demokrat.

PDIP dan Nasdem merupakan partai pengusung Jokowi pada Pemilhan Presiden (Pilpres 2014). Kedua partai tersebut plus PPP kini telah mengusung Jokowi sebagai calon presiden pada Pilpres 2019.

Sedangkan Gerindra, PKS, dan PAN merupakan pengusung Prabowo Subianto di Pilpres 2014 dan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di Pilgub DKI Jakarta 2017. Setelah membawa Anies-Sandiaga menang, ketiga partai tersebut kini identik dengan gerakan #2019GantiPresiden.

Anies-Sandiaga pun dulu didukung Sudirman Said, dan kini penguasa DKI Jakarta itu gantian mendukung mereka. Program Ayo Obah yang dicanangkan Sudirman-Ida disebut meniru program OK-OCE yang dibuat Anies-Sandi.

Pilgub Jawa Barat 2018 diikuti 4 paslon. Sementara di Pilgub Jawa Timur 2018, Gerindra dan PDIP bersatu mengusung Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. Di antara Pilgub lainnya di Jawa, Pilgub Jateng 2018 paling mewakili pembelahan dua kubu: mendukung dan tidak mendukung Jokowi.

Akan seperti apa hasilnya? Tanggal 27 Juni 2018, rakyat Jateng yang menentukan.

Baca juga artikel terkait DEBAT PILGUB JATENG 2018 atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Politik
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Ivan Aulia Ahsan