Menuju konten utama

Debat Pilgub Jateng: Saling Cela dari Soal Perut sampai Kartu Tani

Dua kandidat Gubernur Jawa Tengah beradu visi-misi dalam acara debat pertama. Selain memperdebatkan program, mereka juga saling menyindir dan mencela.

Debat Pilgub Jateng: Saling Cela dari Soal Perut sampai Kartu Tani
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut dua Sudirman Said-Ida Fauzia dan pasangan nomor urut satu Ganjar Pranowo-Taj Yasin mengikuti Debat Terbuka Pilkada Jawa Tengah di Ballroom Hotel Patra, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (20/4/2018). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Saling sindir antarkandidat mewarnai debat publik pertama Pilkada 2018 Jawa Tengah, Jumat (20/4/2018). Pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan Sudirman Said-Ida Fauziyah kerap berbalas kata hingga akhir acara yang berlangsung dua jam itu.

Sindiran muncul sejak penjabaran visi dan misi dilakukan Sudirman-Ida di sesi pertama debat yang diselenggarakan di Hotel Patra Semarang. Sudirman mengungkit pencapaian Ganjar selaku gubernur petahana yang dianggap gagal memenuhi target pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

"Ekonomi tumbuh di bawah target rata-rata, kemiskinan berkurang hanya separuh dari target, pengangguran banyak, kartu tani gagal sejahterakan petani kita," ujar Sudirman.

Kritik itu membuka babak demi babak adu cela antar kandidat. Pada sesi debat selanjutnya, Ganjar menyindir tudingan Sudirman yang berkata bahwa perguruan tinggi tak pernah dilibatkan dalam pembuatan kebijakan di Jawa Tengah.

"Kita libatkan perguruan tinggi. Jadi kalau perguruan tinggi tidak pernah terlibat dalam pengambilan keputusan di Jateng, itu hoaks," kata Ganjar.

Setelah itu, sindir-menyindir dilakukan Taj Yasin dan Ida. Mereka berdebat ketika membicarakan angka penurunan kemiskinan di Jawa Tengah.

Sindir-menyindir diawali kritik Ida atas gagalnya Ganjar bersama Heru Sudjatmoko mencapai target penurunan tingkat kemiskinan selama memimpin Jawa Tengah. Selama Ganjar menjadi gubernur, angka kemiskinan di Jawa tengah turun 2,21 persen dari 14,44 menjadi 12,23 persen.

"Angka kemiskinan memang turun tetapi tak mencapai target yang dibuat," ujar Ida.

"Pengalaman kami selaku anggota DPRD dan Gubernur, kami sudah lakukan koordinasi untuk menurunkan angka kemiskinan di jawa tengah," jawab Yasin.

"Lah terus, kok, durung mudun [belum turun] toh, Gus [angka kemiskinannya]?" tanya Ida lagi menyela.

Yasin pun menjawab, penurunan angka kemiskinan 2,21 persen sudah bagus dan lebih baik dibanding provinsi lain. Ia kemudian mempertanyakan rasionalitas target Sudirman-Ida yang ingin mengurangi persentase kemiskinan dari 12 persen menjadi 6 persen dalam 5 tahun.

"Kita ingin tahu, di dunia mana bisa menurunkan angka itu?" tanya Yasin.

"Di dunia Jawa Tengah ketika saya dan Pak Dirman terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Angka 6 persen bukan angka bombastis karena sebetulnya Pak Bibit [eks Gubernur Jawa Tengah] berhasil menurunkan kemiskinan 5,7 persen," jawab Ida.

"Itu 50 persen mbak, dari 12 persen ke 6 persen," sindir Yasin.

Celaan Tinggi Badan dan Perut Besar

Masuk sesi ketiga debat, sindir-menyindir kembali dilakukan. Kali ini, perang kata melibatkan Ganjar dan Sudirman.

Saat diberikan kesempatan bertanya pertama, Sudirman berupaya menonjolkan perbedaan fisik antara dirinya dengan Ganjar.

Sudirman yang bertubuh jauh lebih pendek dibanding Ganjar berkata: "Ini contoh [orang] yang tumbuh dengan gizi baik, ini [menunjuk diri sendiri] produk dari yang miskin, kemiskinan."

Ganjar pun membalas: "Eh, perutnya lebih gede loh [menunjuk Sudirman]. Beda, ini tetap kurus [mengelus perut sendiri]."

Perang kata Ganjar dan Sudirman berlanjut. Persoalan ekonomi dan target pengentasan pengangguran yang menjadi sebabnya.

Aksi saling balas diawali pertanyaan Ganjar ihwal bagaimana cara Sudirman-Ida merealisasikan janji membuka kesempatan kerja sebanyak 5 juta dalam waktu 5 tahun. Ia menjabarkan data, hingga 2017 jumlah penganggur di Jawa Tengah sebanyak 823,9 ribu jiwa dan ada 18 juta lebih angkatan kerja.

"Kalau mau dilakukan, saya pengin diajari formula apa yang bisa menciptakan lapangan kerja sebanyak itu?" tanya Ganjar.

Sudirman menjawab: "[...] Kalau dengan angka-angka makro tadi memang tak akan ketemu, tapi saya senang dengan kerja-kerja mikro, di bawah, menekuni persoalan nyata, bukan percaya pada statistik makro yang kemudian akhirnya kita lupakan esensi pengentasan kemiskinan tadi."

Ganjar meneruskan pertanyaannya untuk Sudirman. Politikus PDI Perjuangan itu berkata, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi hanya berhasil membuat 0,2 persen angkatan kerja terserap.

"Itu artinya membutuhkan pertumbuhan ekonomi 19-20 persen [untuk mewujudkan janji Sudirman]. Maaf, kayaknya kok gak mungkin itu," kata Ganjar.

Sudirman terpancing. Sambil menunjuk lawannya dengan sebelah tangan ia berkata: "Hadirin, warga Jawa Tengah semua, ini contoh pemimpin yang bekerja dengan angka-angka yang diawang-awang itu. 4,5 juta rakyat miskin itu 2,5 diantaranya sangat miskin."

Ganjar bertanya, desil berapa yang dijadikan acuan Sudirman dalam berargumen. Eks Menteri ESDM pun menjawab, "Itu desil keempat yang ternyata angka-angka panjenengan selama 5 tahun terakhir yang menjadi sangat miskin makin banyak."

"Desil berapa dan berapa? Bisa sebutkan, lupa tidak apa-apa," tanya Ganjar lagi sebelum dijawab Sudirman dengan kalimat "Saya tidak ingat."

"Tidak ingat boleh loh, tapi ngawur jangan," ujar Ganjar disambut tawa penonton.

infografik tunggal visi misi calon pemimpin jateng

Mencela Kartu Tani dan Angka-Angka

Perdebatan seru antarkandidat berlanjut di sesi keempat debat. Ganjar menanyakan apa solusi Sudirman seandainya Kartu Tani tak lagi diberikan kepada petani. Menurutnya, Kartu Tani memiliki fungsi banyak, salah satunya sebagai identitas para petani untuk menerima bantuan.

Berdasarkan penjelasan Kementerian Pertanian (PDF), Kartu Tani berfungsi "Sebagai alat penebusan pupuk bersubsidi oleh petani di pengecer resmi." Program itu dijalankan Pemerintah Pusat sejak 2017. Uji coba program itu kini dijalankan di 10 provinsi.

"Betul Kartu Tani itu semula mau dijadikan sarana untuk menyalurkan subsidi, tapi kan tidak berhasil nyatanya," ujar Sudirman menjawab pertanyaan Ganjar.

Ganjar langsung bereaksi mendengar jawaban Sudirman. Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu sempat menyela kesempatan Sudirman memberi penjelasan. Sadar ia salah, Ganjar pun memohon maaf.

"Ini banyak melanggar aturan ya," ujar Sudirman menanggapi perbuatan Ganjar. "Kami juga nanti ingin menerbitkan Kartu Jateng Mukti 22," katanya melanjutkan.

Ganjar menanggapi jawaban Sudirman: "Ya akhirnya Anda juga akan menerbitkan kartu. Mudah-mudahan enggak contoh saya. Gapapa nyontoh, itu kadang-kadang boleh kalau baik."

Perdebatan memuncak saat Sudirman ganti bertanya kepada Ganjar. Politikus asal Brebes itu lagi-lagi mengungkit kegagalan lawannya mencapai target pengurangan angka kemiskinan sejak menjadi Gubernur pada 2013 silam.

Sudirman bertanya memanfaatkan tabel data target dan capaian pengentasan kemiskinan di Jawa Tengah. "Mas Ganjar sudah bekerja lima tahun, jelaskan pada masyarakat mengapa ini tidak tercapai dan bagaimana cara anda mengejar?"

Pertanyaan Sudirman dijawab santai Ganjar. Ia menyindir penggunaan data dan angka oleh lawannya.

"Akhirnya anda mempercayai angka-angka yang tadi dikatakan pada saya 'ini loh pemimpin kalau hanya suka angka-angka'. Terima kasih ya, akhirnya anda juga menggunakan angka-angka dan makro," ujar Ganjar.

Sahut-menyahut antara Ganjar-Yasin dan Sudirman-Ida berakhir di situ.

Patut dinanti, apakah aksi saling sindir akan kembali terjadi kala debat publik kedua Pilkada Jawa Tengah 2018 berlangsung, 3 Mei mendatang.

Baca juga artikel terkait DEBAT PILGUB JATENG 2018 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Ivan Aulia Ahsan