Menuju konten utama

Debat Kedua, Walhi Klaim Belum Ada Capres Bahas Transisi Energi

Walhi menyebut tidak ada capres-cawapres 2019 yang berani bicara transisi energi dari kotor ke bersih dalam visi-misinya. 

Debat Kedua, Walhi Klaim Belum Ada Capres Bahas Transisi Energi
Teknisi melakukan perawatan pada instalasi panel listrik tenaga surya di Hotel Wujil, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (30/10). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

tirto.id -

Menjelang Debat Kedua Capres Pilpres 17 Februari nanti, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut tidak ada capres-cawapres 2019 yang berani bicara transisi energi dari kotor ke bersih dalam visi-misinya.

“Dua-duanya promosi energi terbarukan, biofuel dan bioetanol. Tapi jadi tidak mendasar. Kenapa tidak ada yang berani ngomong soal transisi energi?” kata Manajer Kampanye Keadilan Iklim Eksekutif Nasional Walhi Yuyun Harmono kepada Antara di Jakarta, Rabu (13/2/2019), seperti dikutip dari Antara.

Padahal, menurut Yuyun, transisi energi juga pasti berproses dan memakan waktu lama. “Kenapa tidak dimulai dari itu saja dulu sekarang?”

Capres dari kedua kubu malah justru sibuk mencari jawaban yang masuk akal bagi publik, tapi sebenarnya tidak menyelesaikan persoalan.

Jika mau meninggalkan energi kotor dengan meninggalkan bahan bakar fosil seperti batu bara, tapi justru menaikkan emisi dari sektor berbasis lahan, menurut dia, percuma.

Ia mengatakan di sisi lain menaikkan produksi energi biofuel dan bioetanol yang berbasis lahan tadi justru meningkatkan ketimpangan penguasaan lahan dan konflik agraria.

“Jadi tidak tuntas menyinergikan isu energi dan lingkungan ini,” lanjutnya.

"Padahal program Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial terkait erat dengan dua hal tadi, penyelesaian ketimpangan penguasaan lahan dan konflik agraria," ujar Yuyun.

Hal yang sama juga digaungkan masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Bersihkan Indonesia. Mereka berharap capres Jokowi dan Prabowo dapat menjawab masalah penggunaan energi bersih dalam debat kedua capres pada 17 Februari 2019 mendatang.

Juru bicara Gerakan Bersihkan Indonesia, Aryanto Nugroho meminta, Presiden terpilih bisa mengurangi atau mengganti penggunaan batu bara yang bisa mencemari lingkungan.

Sebagian masyarakat yang tergabung adalah mereka yang terdampak dari proyek PLTU Teluk Sepang, Bengkulu, proyek PLTU Batang, Jawa Tengah, dan proyek PLTU II Indramayu, Jawa Barat. Mereka berharap masalah energi ini akan dibahas tuntas pada debat kedua.

"Kita berharap agar capres ini di debat kedua concern terhadap isu-isu transisi energi kotor menuju energi terbarukan. Karena kalau kita masih bertahan dengan energi kotor khususnya batu bara terlalu banyak persoalan mulai dari dampak lingkungan," ucapnya lagi.

Di sisi lain, Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN), Usman Kansong menyatakan bahwa Jokowi telah melakukan langkah untuk memulai peralihan energi kotor ke energi bersih. Caranya adalah dengan program pemakaian Biodiesel 20, Biodiesel 30, dan Biodiesel 50.

Juru debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Ramson Siagian mengatakan pihaknya akan mengutamakan pengembangan bio energi sebagai solusi krisis energi fosil. Menurutnya, bahan bakar nabati yang berasal dari tanaman dapat mencukupi kebutuhan energi nasional.

Apalagi saat ini, ia mendapati fenomena harga kelapa sawit yang tergolong murah dan potensi bioetanol yang dapat diperoleh dari tanaman lainnya.

“Komitmen Paslon 02 tidak perlu diragukan lagi. Mereka punya strategi mendorong bio energi. Ini luar biasa besar-besaran produksi bio energi,” ucap Ramson.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri