Menuju konten utama

Debat Adalah Seni Mengolah Wawasan dalam Ucapan

Menurut Departemen Komunikasi Universitas Washington, debat adalah kegiatan dimana keahlian membaca, berpikir, dan berbicara yang digabungkan. 

Debat Adalah Seni Mengolah Wawasan dalam Ucapan
Debat antara dua kandidat presiden John Fitzgerald Kennedy dan Richard Nixon disiarkan langsung melalui televisi (26/9/60). FOTO/AP Photo

tirto.id - Debat adalah suatu kegiatan yang mengandalkan ketajaman pikiran dan keluasan wawasan kedalam kata-kata.

Singkatnya, berdebat sama saja dengan adu mulut hanya lebih intelek dan punya pakem. Sehingga, debat memiliki level jauh lebih tinggi daripada adu mulut kebanyakan.

Dilansir website resmi Departemen Komunikasi Universitas Washington , debat adalah kegiatan dimana keahlian membaca, berpikir, dan berbicara yang digabungkan.

Ketika para cendekiawan abad pertengahan berkumpul untuk menetapkan kurikulum universitas pertama di dunia, mereka menyetujui 3 seni liberal esensial untuk kepemimpinan; tata bahasa, logika, dan retorika (membaca, berpikir, dan berbicara).

Setiap murid yang ingin masuk universitas tersebut, tidak diminta untuk mengerjakan tes tertulis melainkan berdebat.

Kemampuan memahami, mengolah kata, dan mengevaluasi kata tidak hanya nafas hidup demokrasi dan masyarakat namun juga penting untuk peran partisipasi masyarakat dan pengembangan individu demokratis masa kini.

Bagi para pemimpin, debat adalah sebuah pendekatan publik dimana mereka menyampaikan argumen dan pendapat secara formal, disiplin, dan direncanakan oleh sebuah lembaga dalam satu topik yang telah ditentukan.

Ketika pemimpin diberi kesempatan untuk berdebat, hal tersebut merupakan ajang pembuktian diri dan visi misi pada masyarakat.

Di sisi lain, masyarakat akan dapat mengetahui tujuan dan harapan pemimpin untuk bersama-sama menciptakan kebaikan.

Tidak hanya untuk pamer, debat pun menuntut pemimpin agar menguasai materi dan menelaah pemikiran rakyat. Tidak jarang retorika dan janji disampaikan untuk memenangkan hati.

Memahami kebutuhan masyarakat adalah proses analisis atau kemampuan membaca situasi. Kemudian, mencari solusi dan menjabarkannya dalam visi misi adalah proses berpikir, dan menyampaikannya agar bisa meraih keyakinan dan dukungan masyarakat membutuhkan keterampilan berbicara.

Debat menambah kepercayaan diri dan melatih seseorang untuk berargumen secara tepat. Sebagaimana debat melahirkan pemimpin, pemimpin juga dituntut untuk bisa berdebat.

Meyakinkan masyarakat bahwa visi misi dan program mereka akan membawa kebaikan bagi kebanyakan orang.

Debat calon presiden, perlukah?

Debat presiden adalah inti dari kampanye. Calon presiden dapat memaparkan visi misi mereka dengan menyeluruh, juga membandingkan visi misi mereka satu sama lain.

Ilmuwan politik, Thomas Holbrook dalam penelitiannya, Political Learning from Presidential Debate menyatakan, debat pertama memiliki peran penting bagi para calon pemilih dalam hal perolehan informasi.

“Bukti yang sangat menunjukkan bahwa debat yang paling penting, setidaknya untuk perolehan informasi, adalah debat pertama. Debat pertama diadakan ketika pemilih hanya memiliki sedikit informasi yang tersedia dan mereka cenderung ragu-ragu,” katanya seperti dilansir Journalist Resource.

Dalam debat presiden, seperti Acara Debat Pilpres 2019 yang akan tayang malam ini tumpuan kepentingan berada di masyarakat yang akan menyaksikan debat.

Mereka akan memperoleh pengetahuan yang kaya dari masing-masing pasangan calon presiden.

Bagi calon presiden, mengingat debat pertama memegang peranan yang amat penting seperti yang telah diutarakan Holbrook, ajang meyakinkan masyarakat dan mematahkan arang lawan, juga menarik suara yang masih abu-abu.

Tidak hanya penting bagi masyarakat dan peradaban demokrasi modern, debat capres juga menguntungkan pasangan calon presiden.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Politik
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo