Menuju konten utama

Daya Beli Belum Membaik, Aprindo Turunkan Target Pertumbuhan Ritel

Para pengusaha ritel menilai daya beli masyarakat Indonesia masih belum pulih sehingga menurunkan target penjualan pada tahun ini.

Daya Beli Belum Membaik, Aprindo Turunkan Target Pertumbuhan Ritel
(Ilustrasi) Konsumen berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/1/2017). ANTARA FOTO/R. Rekotomo.

tirto.id - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menilai tingkat daya beli masyarakat Indonesia masih belum tumbuh signifikan hingga menjelang akhir 2017. Roy memprediksi pertumbuhan daya beli di 2017 berada di kisaran 7,8 sampai 8 persen saja. Perkiraan itu pun baru bisa teralisasi dengan catatan pertumbuhan daya beli pada semester kedua mampu mencapai angka 4 persen.

Di semester satu 2017 lalu, Aprindo mencatat pertumbuhan sektor ritel hanya sebesar 3,8 persen. Angka tersebut diperoleh dari catatan pertumbuhan sebesar 3,9 persen pada kuartal I dan 3,7 persen di kuartal II.

“Dalam nilai omzet, kalau tumbuh 7,8-8 persen berarti dari Rp200 triliun, ya sekitar Rp215-220 triliun untuk tahun ini. Masih bertumbuh tapi melambat,” ujar Roy di Kantor Perum Bulog, Jakarta pada Senin (27/11/2017).

Lebih lanjut, Roy mengklaim kalau peningkatan penjualan saat Lebaran tahun ini tak lebih dari 5 persen. Padahal secara normal pertumbuhan biasanya berada di kisaran 15-20 persen.

Sementara dalam rangka Natal dan Tahun Baru beberapa minggu lagi, Aprindo memproyeksikan kenaikan penjualan mampu terjadi sebesar 10-15 persen. Target tersebut memang lebih rendah dari tahun sebelumnya, mengingat pertumbuhan secara normal pada musim liburan yang sama biasanya mencapai kisaran angka 25-30 persen.

“Kenaikan memang baru terasa pada awal Desember. Sedangkan penurunan target terjadi karena masih di dalam fenomena change behavior customers (perubahan perilaku konsumen) dan purchasing power (daya beli),” kata Roy.

Kendati demikian, Roy mengatakan peningkatan daya beli sebenarnya dapat terjadi apabila realisasi dana alokasi umum dan dana alokasi khusus bisa mencapai keberhasilan hingga 100 persen. Menurut Roy, sejumlah dana yang mulai dikucurkan per akhir November itu berpotensi mendorong terjadinya peningkatan daya beli yang selama ini dipengaruhi masyarakat kelas A dan B yang menahan belanja.

“Ketika (alokasi dana) itu dilancarkan untuk produktivitas mereka, otomatis mereka punya pendapatan dan bisa konsumsi,” ucap Roy.

Roy menilai kondisi harga komoditas saat ini sudah berangsur membaik. Dengan begitu, ia berharap pertumbuhan sektor ritel di akhir tahun dapat ikut terdorong.

“Mudah-mudahan ini suatu sinyalemen, ketika di akhir tahun membaik, di awal tahun juga membaik. Siklus ritel seperti itu. Ketika di akhir tahun jelek, pasti awal tahunnya juga jelek,” kata Roy.

Baca juga artikel terkait DAYA BELI MELEMAH atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom