tirto.id - Cendekiawan muslim Dawam Rahardjo meninggal dunia di usia 76 tahun, pada Rabu malam (30/5/2018). Tokoh kelahiran Solo tersebut selama ini dikenal sebagai pemikir Islam, ekonom, pengusaha, akademikus, aktivis dan pembela Hak Asasi Manusia (HAM).
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi sekaligus sahabat Dawam, Jimly Asshiddiqie menyatakan penerima penghargaan Yap Thiam Hien Award 2013 tersebut wafat di Rumah Sakit Islam (RSI) Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta. Selama ini, menurut Jimly, Dawam mengalami sakit komplikasi jantung, diabetes dan stroke.
"Benar. Dawam wafat. Mohon doanya. Sekarang masih di RSI," kata Jimly saat dikonfirmasi oleh Tirto pada Rabu malam, (30/5/2018).
Menurut Jimly, saat ini pihak keluarga sedang mengurus pemakaman Dawam di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata sebagai penerima Bintang Maha Putera.
"Rencananya sesuai amanat almarhum, akan dimakamkan [berjarak] lima makam dari [pusara] Nurcholish Madjid," kata Jimly.
Menurut Jimly, selama ini Dawam merupakan salah satu tokoh pemikir yang kerap mengungkapkan kritik tajam tentang dampak buruk kapitalisme dan globalisasi.
"Kita kehilangan ekonom yang berani mengerem arus globalisasi," kata dia.
Sebelum dimakamkan, almarhum akan terlebih dahulu disemayamkan di rumah duka, di Komplek Billymoon, Jalan Kelapa Kuning III Blok F 1 No. 2, Duren sawit, Jakarta Timur.
Menurut Pengajar Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Edward Bot, Dawam meninggal dunia pada sekitar Pukul 10 malam, hari ini. Edward adalah asisten Dawam saat cendekiawan itu menjabat Rektor Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta selama 2 periode hingga Maret 2017 lalu.
“Menurut keluarga, beliau sempat tidak sadarkan diri pada tiga pekan lalu,” kata Edward saat dihubungi Tirto pada Rabu malam.
Menurut keterangan pihak keluarga, kata Edward, kondisi Dawam sempat kritis pada beberapa jam sebelum tutup usia. Belakangan, ginjal Dawam dinyatakan oleh dokter sudah tidak berfungsi. Sementara pihak dokter, menurut Edward, menyimpulkan cuci darah tidak akan berdampak signifikan bagi pemulihan kesehatan Dawam.
“Selama setahun terakhir, pak Dawam kerap keluar-masuk rumah sakit,” ujar dia.
Dawam lahir di Solo, pada 20 April 1942. Dawam lahir di tengah-tengah keluarga santri pengusaha batik dan tenun tradisional. Ia pernah menjadi santri di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia juga mengenyam pendidikan di Bora High School di Idaho, AS pada 1960.
Dia pernah menjadi ketua ICMI, pemimpin Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an, dan ketua yayasan ELSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat).
Ia juga pernah bekerja sebagai Staf di Departemen Kredit Bank of America, Jakarta pada 1969. Tapi setelah dua tahun bekerja di perusahaan tersebut, ia memutuskan berhenti. Selepas dari Bank of America, Dawam kemudian bergabung di LP3ES (Lembaga Penelitian dan Pembangunan Ekonomi-Sosial) sebagai peneliti.
Lambat laun posisinya merangkak naik menjadi Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan hingga akhirnya menjadi direktur LP3ES. Selama masa Orde Baru, LP3ES merupakan lembaga riset rujukan kaum intelektual. Lembaga ini masyhur dengan terbitan jurnal ilmiahnya, Prisma.
Beberapa buku karya Dawam yang terkenal adalah "Esai-esai Ekonomi Islam", "Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa", "Risalah Cendekiawan Muslim", "Perspektif Deklarasi Makkah, Menuju Ekonomi Islam", "Masyarakat Madani, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial", "Ensiklopedia Al-Quran, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci", "Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi", dan "Islam dan Transformasi Sosial Budaya".
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom