tirto.id - Indonesia telah menerbitkan obligasi global atau global bond senilai 4,3 miliar dolar AS atau setara Rp69,55 triliun (kurs Rp16.175 per dolar AS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan penerbitan obligasi ini menjadi yang pertama dari negara negara Asia sejak pandemi Corona atau Covid-19 saat banyak pemerintahan menahan diri lantaran besarnya ketidakpastian global.
“RI berhasil menerbitkan 4,3 miliar dolar AS global bond. Ini satu kesempatan yang sangat kecil karena ketidakpastian global bergerak cukup dinamis dan tidak pasti,” ucap Sri Mulyani dalam teleconference bersama wartawan, Selasa (7/4/0220).
Penerbitan global bond ini digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN secara umum. Salah satunya adalah biaya penanganan Covid-19.
Rinciannya global bond ini terbagi menjadi 3 seri surat utang. Pertama RI 1030 dengan nominal 1,65 miliar dolar AS dengan yield atau imbal hasil 3,9 persen. Adapun tenornya 10,5 tahun sampai 15 Oktober 2030.
Seri kedua bernama RI 1050. Nilainya 1,65 miliar dolar AS dengan yield 4,250 persen. Tenornya 30,5 tahun dan jatuh tempo pada 15 Oktober 2050.
Seri terakhir adalah RI 0470. Nominalnya 1 miliar dolar AS dengan yield 4,5 persen. Tenornya mencapai 50 tahun dan jatuh tempo pada 15 April 2070.
Sri Mulyani menjelaskan penerbitan ketiga bond itu memecahkan 2 rekor. Pertama penerbitan ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah penerbitan bond dalam dolar oleh pemerintah. Penerbitan ini juga memiliki tenor terpanjang yaitu 50 tahun yang pernah dilakukan pemerintah.
Sri Mulyani lantas berdalih ini menunjukkan kepercayaan investor terkait kondisi ekonomi dan pengelolaan keuangan negara. Di sisi lain ia menyatakan penerbitan bond jangka panjang ini juga mendatangkan sejumlah keuntungan.
“Jadi kita bisa mendapat yield cukup baik karena risiko dan appetite investor tersebut,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana