Menuju konten utama
Paralympic 2021

Daftar Cabor Paralimpiade Tokyo 2020: Voli Duduk hingga Tenis Meja

Daftar cabor Paralimpiade Tokyo 2020 berdasarkan klasifikasi, di antaranya bola voli, renang, panahan, tenis meja, taekwondo, basket, rugbi, dan tenis.

Daftar Cabor Paralimpiade Tokyo 2020: Voli Duduk hingga Tenis Meja
Simbol Paralimpik (The Agitos) di Jeongseon Alpine Center, Pyeongchang, Korea Selatan, 8 Maret 2018. REUTERS/ Simon Bruty

tirto.id - Paralimpiade 2020 yang digelar di Tokyo, Jepang pada 24 Agustus hingga 5 September 2021 melibatkan 539 event dalam 22 cabang olahraga (cabor). Dalam praktiknya, terdapat berbagai klasifikasi impairment (kelas disabilitas) para atlet yang berlaga.

Dari 22 cabor yang digelar di Paralimpiade Tokyo 2020, terdapat cabor baru yaitu badminton dan taekwondo. Selebihnya, 20 cabor lain sudah dipentaskan dalam Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Badminton dan taekwondo menggantikan sepak bola 7 vs 7 dan berlayar.

Daftar Cabor Paralimpiade Tokyo 2020

Berikut ini daftar lengkap cabor yang dipertandingkan di Paralimpiade Tokyo pada musim panas 2021 ini.

  1. panahan,
  2. atletik,
  3. badminton,
  4. boccia,
  5. balap sepeda,
  6. equestrian (berkuda),
  7. sepak bola 5 vs 5,
  8. goalball,
  9. judo,
  10. paracanoe
  11. paratriathlon,
  12. powerlifting,
  13. dayung (rowing),
  14. menembak (shooting),
  15. voli duduk,
  16. renang,
  17. tenis meja,
  18. taekwondo,
  19. basket kursi roda,
  20. anggar kursi ronda,
  21. rugby kursi roda, dan
  22. tenis kursi roda.

Klasifikasi Cabor Paralimpiade Tokyo 2020

Berikut klasifikasi cabor paralimpiade Tokyo 2020 untuk kategori bola voli, renang, menembak, panahan, tenis meja, taekwondo, triatlon, basket, anggar, rugbi, dan tenis lapangan.

Bola Voli

Dalam Paralimpiade, cabor bola voli dipertandingkan dengan format sitting volleyball atau bola voli duduk. Terdapat 2 kelas dalam cabor ini, yakni VS1 dan VS2.

Kelas VS1 diperuntukkan bagi atlet yang memiliki sejumlah kekurangan pada bagian tubuh yang secara signifikan berpengaruh dalam permainan bola voli duduk.

Misalnya, gangguan pada pergelangan kaki dan tungkai karena amputasi, pemendekan dan kehilangan kaki sejak lahir, kekakuan tulang kaki dan sendi lutut, ketegangan otot, gerakan tubuh yang tidak terkoordinasi, serta gerakan tubuh yang tidak disengaja.

Sementara itu, kelas VS2 memiliki klasifikasi yang mirip dengan VS1. Bedanya, VS2 diperuntukkan bagi atlet dengan derajat gangguan atau hambatan fisik yang lebih sedikit.

Renang

Cabor renang terbuka untuk atlet dengan hambatan penglihatan, hambatan intelektual, dan hambatan fisik. Terdapat 14 kelas atlet dalam cabor ini. Kelas atlet ditandai dengan kode “S” atau “SB” yang diikuti dengan satu digit angka.

Kode “S” diberikan untuk perenang yang bertanding di nomor gaya bebas, gaya kupu-kupu, dan gaya punggung. Sementara kode “SB” diberikan untuk perenang yang bertanding di nomor gaya dada.

Kelas S1/SB1 sampai S10/SB10 diperuntukkan untuk atlet yang memiliki hambatan fisik. Sementara itu, kelas S11/SB11 sampai S13/SB13 diperuntukkan bagi atlet yang memiliki hambatan penglihatan.

Makin besar angka pada kode kelas menandakan kemampuan atlet dalam menggunakan fungsi tubuhnya. Sementara, kelas S14/SB14 dikhususkan untuk atlet yang memiliki hambatan intelektual.

Cabor renang di Paralimpiade juga mengenal “SM”. “SM” sendiri bukanlah kode kelas, melainkan indeks yang digunakan untuk nomor medley. Atlet yang bertanding di empat gaya renang, formulasinya adalah (3xS + SB)/4. Sementara, untuk atlet yang bertanding di 3 gaya renang, dapat dikalkulasikan dengan rumus (2S + SB)/3).

Menembak

Terdapat 3 kelas dalam cabor menembak, yakni SH1 Pistol, SH1 Riffle, dan SH2 Riffle. Perbedaan angka pada kelas-kelas itu menandakan perbedaan derajat disabilitas atlet.

Kelas SH1 Pistol mengharuskan atlet mampu memegang pistol dengan satu tangan. Oleh karenanya, kelas ini hanya bisa diikuti oleh atlet dengan kekurangan pada salah satu tangan dan/atau kaki yang disebabkan karena amputasi maupun cedera spinal. Sejumlah atlet bertanding dengan posisi duduk. Namun, ada pula mengambil posisi berdiri.

Kelas SH1 Riffle mengharuskan atlet mampu memegang senapan dengan kedua tangan. Kelas ini pun hanya bisa diikuti oleh atlet dengan kekurangan pada anggota gerak tubuh bawah yang berasal dari amputasi maupun kelumpuhan. Atlet ini dapat bertanding dalam posisi berdiri maupun duduk.

Kelas SH2 Riffle diikuti oleh atlet yang memiliki kelemahan atau hambatan pada bagian lengan, sehingga tidak memungkinkan baginya untuk menahan beban senapan sendirian. Kelemahan lengan itu meliputi hasil amputasi maupun gangguan bawaan yang berdampak pada pergerakan lengan dan kekuatan otot. Oleh karenanya, atlet pun dilengkapi dengan penyangga untuk membantunya memegang senapan.

Kelas ini juga dapat diikuti oleh atlet yang memiliki kekurangan pada kedua lengan dan kaki, seperti tetraplegia ( kondisi kala seseorang mengalami kelumpuhan dari bagian leher ke bawah). Mayoritas atlet yang ada di kelas ini bertanding dengan posisi duduk.

Panahan

Cabor panahan di ajang Paralimpiade dapat diikuti oleh atlet yang memenuhi syarat fisik. Cabor ini hanya mempertandingkan dua kelas, yakni W1 dan kelas terbuka.

Kelas W1 diperuntukkan untuk atlet dengan kekurangan pada keempat anggota gerak tubuh, sehingga mengharuskannya untuk bertanding dengan duduk di kursi roda.

Sementara itu, kelas terbuka diperuntukkan bagi atlet dari kelas W2 dan ST, termasuk atlet yang memiliki kekurangan pada tungkai dan gangguan keseimbangan.

Dalam cabor panahan, atlet diperbolehkan menggunakan peralatan bantuan jika memenuhi syarat minimum kekurangan fisik. Teknik panahan juga dapat disesuaikan, misalnya atlet yang menggunakan mulut untuk menarik tali busur.

Tenis Meja

Cabor tenis meja dapat diikuti oleh atlet yang memenuhi syarat fisik maupun yang memiliki hambatan intelektual.

Kelas atlet 1 – 5 diperuntukkan bagi atlet yang menggunakan kursi roda untuk bertanding. Kelas 6 – 10 diperuntukkan bagi atlet yang bertanding dengan posisi berdiri.

Kode angka menandakan kemampuan atlet menggunakan anggota gerak tubuhnya. Sementara kelas 11 dikhususkan untuk atlet yang memiliki hambatan intelektual.

Taekwondo

Dalam Paralimpiade, khususnya Tokyo 2020, cabor taekwondo memiliki dua kelas atlet, yakni K44 dan K43.

Kelas K44 digelar bagi atlet yang memiliki kekurangan pada salah satu sisi lengan atau kaki. Sementara K43 bagi atlet yang memiliki kekurangan pada kedua lengan di bawah siku. Dua kelas tersebut dipertandingkan di kelas K44.

Triatlon

Cabor triathlon (lari, renang, dan bersepeda) terbuka untuk atlet dengan hambatan penglihatan maupun yang memenuhi syarat fisik. Terdapat sembilan kelas atlet yang dapat mengikuti cabor ini.

Kelas PTWC1 sampai PTWC2 diperuntukkan bagi atlet dengan kekurangan pada kekuatan otot, gangguan pada jangakauan gerak tubuh, kekurangan pada 1 atau 2 tungkai karena amputasi, dan cedera spinal yang menyebabkan paraplegia atau tetraplegia.

Pada kelas ini, sepeda tangan digunakan sebagai pengganti sepeda roda dua. Sementara, pada sektor lari digantikan dengan kursi roda. PTWC1 dan PTWC2 berkompetisi dalam pertandingan yang sama dan menggunakan start interval system.

Kelas PTS2 sampai PTS5 dikhususkan untuk atlet yang memiliki kekurangan pada anggota gerak tubuh, seperti dampak amputasi pada lengan atau tungkai dan hambatan fungsional macam celebral palsy.

Atlet dibagi menjadi kelas 2 sampai 5 berdasarkan derajat disabilitas atlet. Pada kelas ini, atlet diizinkan untuk menggunakan peralatan bantuan, semacam kaki prostetik untuk bersepeda dan lari.

Kelas PTVI1 sampai PTVI3 diperuntukkan bagi atlet dengan gangguan penglihatan. Semakin besar angkanya, semakin besar derajat disabilitas atlet.

Meski demikian, semua kelas akan bertanding di kelas yang sama dan menggunakan start interval system. Atlet juga akan dibantu oleh seorang guide dari jenis kelamin yang sama. Termasuk, pada sektor bersepeda yang menggunakan sepeda tandem.

Dalam gelaran Paralimpiade Tokyo 2020, cabor triathlon akan mempertandingkan 9 kelas untuk putra maupun putri. PTWC, PTS4, PTS5, dan PTVI untuk putra. Sementara PTWC, PTS2, PTS5, dan PTVI untuk putri.

Basket

Di ajang Paralimpiade, cabor bola basket dimainkan oleh atlet yang memenuhi persyaratan fisik. Semua atlet akan bertanding menggunakan kursi roda, meskipun dalam kehidupan sehari-hari mereka bukan pengguna kursi roda. Cabor bola basket dapat diikuti oleh atlet yang memiliki kekurangan pada bagian lengan maupun tungkai.

Pada cabor bola basket, setiap pemain akan dinilai alias diberi bobot berdasarkan derajat disabilitasnya. Mulai dari 1.0 untuk pemain dengan fungsi fisik paling rendah hingga 4.5 untuk pemain dengan fungsi fisik paling tinggi. Perhitungan diutamakan pada aspek kontrol batang tubuh dan keseimbangan duduk, sebab bagian itulah yang memungkinan pemain untuk melakukan gerak maju dan mundur, menangkap bola, serta mendorong bola.

Setelah poin pemain ditentukan, langkah selanjutnya adalah menyusun komposisi pemain dalam satu tim. Setiap tim bola basket terdiri dari total 12 pemain. Pertandingan hanya boleh dimainkan oleh lima orang pemain untuk masing-masing tim. Guna menjunjung tinggi keadilan permainan, setiap tim hanya boleh memainkan lima pemain dengan akumulasi bobot maksimal 14 poin.

Anggar

Anggar dipertandingkan dengan format anggar kursi roda. Ada 3 kelas atlet yang dapat bertanding di cabor ini, yaitu kelas 2, kelas 3, dan kelas 4.

Kelas 2 terdiri dari atlet yang memiliki keseimbangan duduk dan cukup serta kemampuan lengan yang baik. Contohnya atlet yang mengalami paraplegia atau tetraplegia.

Kelas 3 terdiri dari atlet yang memiliki keseimbangan duduk yang baik, namun tidak memiliki kapasitas kaki dan lengan yang cukup.

Kelas 4 terdiri dari atlet yang memiliki keseimbangan duduk dan kapasitas kaki-lengan yang sama baiknya.

Kelas 3 dan kelas 4 dapat bertanding di kategori yang sama. Sementara kelas 2 dipertandingkan pada kategori tersendiri.

Rugbi

Cabor rugbi di Paralimpiade dimainkan dengan menggunakan kursi roda. Sama seperti cabor bola basket, atlet rugbi juga akan diberi nilai berdasarkan derajat disabilitasnya, mulai dari 0,5 untuk atlet dengan fungsi fisik minim hingga 3,5 untuk atlet dengan fungsi fisik yang lebih tinggi.

Setiap tim memainkan total 12 pemain dengan bobot nilai tidak boleh lebih dari 8 poin. Khusus tim putri, diberi tambahan maksimal bobot 0,5.

Tenis Lapangan

Di ajang Paralimpiade, semua pemain tenis bertanding menggunakan kursi roda. Ada dua kelas atlet pada cabor ini, yakni open division dan quad division.

Open division diperuntukkan bagi atlet yang memiliki kekurangan fisik permanen, seperti kehilangan fungsi kedua kaki.

Quad division diperuntukkan bagi atlet yang memiliki kekurangan fisik permanen, mulai dari kehilangan fungsi kaku dan lengan.

Para atlet dapat berkompetisi apabila setidaknya, mereka punya kemampuan untuk memegang raket tenis dan menggerakan kursi roda. Atlet juga diperbolehkan menggunakan bantuan, seperti kain pengikat raket dan alat bantu lainnya.

Baca juga artikel terkait PARALIMPIADE 2020 atau tulisan lainnya dari Hery Setiawan

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Hery Setiawan
Penulis: Hery Setiawan
Editor: Fitra Firdaus