tirto.id - Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS), Sholeh Basyari, mengatakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hanya mendapatkan efek ekor jas dari Anies Baswedan.
Berdasarkan real count sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) per pukul 23.00 WIB, Kamis (22/2/2024), PKB memperoleh suara sebanyak 8.301.190 atau 11,77 persen.
"Harus diakui bahwa PKB menikmati hasil positif dari faktor dan aspek Anies Baswedan sebagai capres yang diusung PKB," kata Sholeh dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/2/2024).
Menurut Sholeh, PKB hanya mendapatkan efek ekor jas dari Anies karena pendukung eks Gubernur DKI Jakarta itu berbasis Islam kanan. PKB, kata dia, menambah kursi di Jawa barat, DKI Jakarta, dan Banten.
"PKB menambah kursi, pecah telur,” tutur Sholeh.
Di sisi lain, tambahnya, PKB mendapatkan captive market alias pasar yang dikuasai menyasar meluas ke basis-basis di luar NU. Seperti Priangan Timur (Tasikmalaya dan sekitarnya) serta Priangan Barat (Sukabumi dan sekitarnya).
"Secara geopolitik, daerah-daerah itu adalah wilayah kekuasaan PKS. Sama halnya dengan Banten. Di Banten bahkan sel-sel DI/TII masih aktif," tutur Sholeh.
Ia mengatakan dengan analisis geopolitik seperti ini, mudah untuk mengukur bahwa sejatinya tidak ada peran Cak Imin sebagai ketum PKB dalam mendongkrak suara partainya di daerah-daerah tersebut.
"Ketiga, resources (sumber daya) caleg yang kuat. Sementara dominasi PKB di Jatim lebih karena faktor sumber daya para calegnya yang kuat, petarung, dan tingkat ketokohan yang diterima publik luas," kata Sholeh.
Menurutnya, melonjaknya suara PKB di Jatim dibarengi dengan menurunnya suara PKB di Jateng. Artinya, kata dia, kenaikan PKB di Jatim dan turunnya PKB di Jateng sama-sama terlepas dari aspek Cak Imin.
Kedewasaan Kader dan Penyegaran Top Leader
Lebih lanjut, dia mengatakan hal yang menonjol dan berakibat langsung terhadap perolehan PKB adalah kematangan dan kedewasaan politik kader dan calegnya.
Menurutnya, manajemen "iron hand" Muhaimin yang menepikan kader-kader utama tidak membuat sejumlah kader seperti Marwan Jafar, Abdul Kadir Karding, Imam Nahrowi, dan Lukman Edy berisik di luar.
"Mereka mampu menahan diri untuk tidak memperuncing konflik dengan mempublish konflik-konflik tersebut," ujar Sholeh.
Sholeh mengatakan hasil pilpres dan pileg tahun ini mengisyaratkan bahwa loyalitas konstituen PKB jauh lebih besar pada partai dibanding loyalitasnya kepada Cak Imin.
Menurutnya, hal itu dibuktikan dengan hanya 35 persen pemilih PKB yang mencoblos pasangan AMIN, 55 persen malah memilih Prabowo-Gibran, dan sisanya memilih Ganjar-Mahfud.
Gambaran itu, kata dia, bisa juga dimaknai bahwa konstituen membutuhkan penyegaran top leader PKB.
"Perolehan pasangan AMIN pada pilpres yang tidak linier dengan kenaikan suara partai, menandakan secara ideologis pilihan Cak Imin bergabung dengan Anies ditolak oleh Nahdliyin," tutup Sholeh.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Irfan Teguh Pribadi