tirto.id - Pemerintah akan menambah impor beras sebanyak 1,5 juta ton. Hal ini dilakukan untuk menambah pasokan cadangan beras nasional.
Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (Core) Eliza Mardian mengingatkan, jangan sampai impor beras menyebabkan kelebihan pasokan (oversupply). Hal ini berkaca dari kondisi pada 2018.
"Jangan sampai kejadian kelebihan impor seperti tahun 2018 terulang lagi," ujar Elfiza kepada Tirto, Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Kelebihan impor pada 2018 berdampak pada pasokan beras awal 2019, CBP pemerintah masih terbilang cukup banyak sehingga penyerapan dari dalam negeri tidak berjalan optimal ketika panen raya. Apalagi, gudang Bulog hanya memiliki kapasitas yang terbatas.
Elfiza juga menyebut, penambahan impor dapat menyebabkan harga gabah turun menjelang panen raya tahun depan. Mengingat cadangan beras pemerintah (CBP) masih terbilang banyak saat ini.
"Jika mengimpor 1,5 juta ton lagi total impor lebih dari 3 juta ton ya ini berpotensi sulit direalisasikan hingga akhir tahun ini. Dan berpotensi menurunkan harga gabah ketika menjelang panen raya tahun depan, karena cadangan beras pemerintah masih banyak sehingga tidak maksimal menyerap gabah petani dalam negeri," jelasnya.
Dia menambahkan, jika produksi dalam negeri diperkirakan turun 5 persen atau setara 1,5 juta ton, semestinya sudah cukup. Sebab, pemerintah sejauh ini sudah merealisasikan impor hampir 1,69 juta ton.
"Kalau mengacu ke proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan produksi bahkan kurang lebih 3 persen, sehingga sudah lebih dari cukup," pungkasnya.
Untuk diketahui, pemerintah akan menambah jumlah impor beras sebanyak 1,5 juta ton. Langkah tersebut dilakukan untuk menambah pasokan cadangan beras nasional.
"Pak Presiden menambah 1,5 juta ton importasi, izin semua sudah siap. Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) sudah, impor sudah, tinggal melakukan percepatan untuk biding di bulog," Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi saat ditemui di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (9/10/2023).
Sementara itu, dia menuturkan terdapat 2 negara sumber impor beras yaitu Vietnam dan Thailand. Namun, Arief mengklaim saat ini pihaknya akan fokus untuk produksi beras dalam negeri.
"Ada dua yang paling besar, Vietnam dan Thailand. Tapi saya ke depan pinginnya Sukamandi, Pingrang, Sidap, Lampung. Kita pengen lokal. Jangan kita bangga impor-impor terus, ini hanya emergency untuk men-top-up stock levelnya bulog," bebernya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang