tirto.id - Rerata harga beras medium dalam negeri masih berada di kisaran Rp13.330 per kilogram (kg), sementara harga beras premium tembus angka Rp15.350 per kg, menurut pantauan panel harga pangan per Sabtu (20/1/2024). Harga beras tersebut diketahui telah meroket sejak Agustus tahun lalu.
Apabila menilik data historis yang dirilis Badan Pangan Nasional, rata-rata harga beras medium di Indonesia mulai mencapai titik tertinggi pada Oktober 2023, hingga mencapai Rp13.210 per kg. Begitu pula dengan harga beras premium yang menunjukkan tren serupa.
Pada Agustus tahun lalu, rerata harga beras premium menyentuh Rp13.730 per kg dan terus melambung hingga mencapai Rp14.990 pada Desember 2023. Padahal, pada pembuka tahun 2023, beras premium masih dibanderol dengan harga Rp13.140 per kg.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui harga beras di seluruh negara mengalami kenaikan akibat adanya perubahan iklim dan fenomena El Nino. Akan tetapi, menurutnya, kenaikan harga beras di Indonesia tidak sedrastis negara lainnya.
“Ada perubahan iklim, ada super El Nino, kemudian 22 negara setop tidak mengekspor berasnya, sehingga terjadi keguncangan harga beras, harga pangan di dunia. Semua, semua negara mengalami tetapi negara kita kenaikannya tidak sedrastis negara-negara lain,” kata Jokowi saat meninjau Pasar Purworejo, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, seperti dinukil Tirto, Selasa (2/1/2024).
Masih diakibatkan oleh El Nino yang bikin produksi padi nasional mengalami penurunan, pemerintah juga diketahui menambah jumlah impor beras akhir tahun lalu, sebagai upaya menambah pasokan cadangan beras di Tanah Air.
Perlu diketahui bahwa isu pangan merupakan salah satu isu yang akan dibahas di debat calon wakil presiden pada 21 Januari 2024.
Pertanyaannya, bagaimana tren impor beras 5 tahun belakangan?
Capai 3 Juta Ton, Dominan dari Thailand
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, impor beras selama tahun 2023 menyentuh 3,06 juta ton, melambung 613,61 persen ketimbang tahun 2022 yang hanya mencapai 429 ribu ton. Volume impor tahun lalu itu juga diketahui paling besar sepanjang 2019 – 2023.
Komposisi impor beras Indonesia pada 2023 didominasi oleh semi-milled or wholly milled rice, di mana volumenya mencapai 2,7 juta ton, alias sebesar 88,18 persen dari total keseluruhan impor beras tahun lalu.
Jenis lain yang juga banyak diimpor adalah broken rice, basmati rice, dan fragrant rice. Volume impor ketiganya berturut-turut yakni 345,7 ton, 7,1 ton, dan 6,9 ton.
Keseluruhan jenis beras tersebut paling besar berasal dari Thailand, dengan volume 1,38 juta ton, mencakup 45,12 persen dari total impor beras tahun itu. Sisanya diimpor dari Vietnam (37,47 persen, Pakistan (10,10 persen), Myanmar (4,61 persen) dan negara lainnya (2,70 persen).
Selain terbesar selama 5 tahun terakhir, tingginya impor beras pada tahun 2023 lalu juga jadi penyumbang utama komoditas serealia, yang menempati urutan pertama komoditas dengan peningkatan nilai impor terbesar sepanjang 2023.
“Termasuk dalam komoditas ini adalah gandum dan beras. Share serealia terhadap total impor adalah sebesar 2,26 persen, dan mengalami peningkatan nilai sekitar 1,5 miliar dolar AS dibandingkan dengan tahun 2022,” kata Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, lewat rilis BPS, Senin (15/1/2023).
Komoditas lain yang mengalami peningakatan nilai impor pada 2023 di antaranya kendaraan udara dan bagiannya, mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya, serta piranti lunak, barang digital, dan barang kiriman.
Dilansir situs resmi Badan Pangan Nasional, dalam beberapa bulan terakhir pada 2023, dampak El Nino baru dirasakan 2 -3 bulan setelahnya. Penurunan produksi tersebut menyebabkan terjadinya defisit bulanan neraca beras pada Januari dan Februari 2024 ini.
“Importasi ini merupakan alternatif pahit, tapi harus kita lakukan. Kita sama-sama ketahui kondisi produksi padi nasional menurun akibat dampak climate change dan El Nino. Dampaknya kita rasakan beberapa bulan setelahnya, sehingga awal 2024 ini terjadi defisit bulanan neraca beras,” ungkap Arief di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Pada tahun 2024 ini, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan Indonesia berpotensi untuk mengimpor beras hingga 5 juta ton, imbas krisis pangan dunia dan tantangan iklim.
Merespons rencana impor pemerintah yang masih berlanjut, para petani yang tergabung dalam Serikat Indonesia (SPI) menggelar aksi demo di depan Kantor Kementan, Ragunan, Jakarta, Jumat (19/1/2024).
Seperti dilaporkan Kompas, mereka diketahui membawa spanduk bertuliskan “Tegakkan Kedaulatan Pangan untuk Indonesia Bebas Impor”, kemudian beberapa petani lain membawa bendera SPI dan bendera Partai Buruh.
Perwakilan SPI Angga Hermanda menyampaikan orasi bahwa impor beras akan berdampak terhadap harga gabah dan beras di tingkat petani yang akan memasuki masa panen raya di semester pertama tahun 2024.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty