tirto.id - Amerika Serikat (AS) berencana mengenakan bea impor produk dari Cina sebanyak 25 persen pada 10 Mei 2019 mendatang.
Keputusan ini dimotori oleh Presiden AS, Donald Trump di tengah harapan banyak negara, negosiasi perang dagang kedua negara ini berbuah hasil.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal menilai bila pemerintah AS jadi menerapkan tarif itu, maka dipastikan akan ada peluang ekspor cukup besar terbuka bagi negara yang mampu menggantikan Cina.
Menurut Faisal, kondisi ini belum bisa dimanfaatkan oleh Indonesia, karena dinilai masih jauh tertinggal secara daya saing dalam pasar ekspor ke AS.
"Ada peluang untuk ekspor kita masuk ke AS, tapi peluang kita kecil karena kalah bersaing dengan negara lain," ucap Faisal saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (9/5/2019).
Faisal juga mengatakan daya saing Indonesia masih berada di bawah Vietnam. Alhasil bila disandingkan, maka peluang Vietnam saat ini dipastikan lebih besar dari Indonesia untuk menembus pasar AS dari kalangan negara ASEAN.
"Vietnam itu mirip dengan kita. Produknya tekstil, alas kaki, pertanian dan perikanan. Tapi potensi kita untuk masuk [pasar AS] lebih kecil," ucap Faisal.
Faisal juga mengatakan, AS saat ini memiliki preferensinya tersendiri untuk membuka impor dari negara lain.
AS, kata dia, lebih condong menerima impor dari Meksiko dan Kanada lantaran lokasinya dekat dan mampu menyuplai barang-barang berteknologi tinggi.
Menurut dia, soal kebutuhan produk smartphone yang tak lagi dipasol Cina, AS bisa dipenuhi oleh Korea dan Jepang.
"Kita kalah bersaing dengan negara lain. Jadi peluang itu akan diambil dulu dengan daya saing negara lain yang sama baiknya dengan Cina," ucap Faisal.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali