Menuju konten utama
Hari Sumpah Pemuda

3 Contoh Teks Cerita Sejarah Sumpah Pemuda Singkat untuk Belajar

Sejumlah contoh teks cerita Sumpah Pemuda berikut bisa menjadi bahan belajar untuk para pelajar. 

3 Contoh Teks Cerita Sejarah Sumpah Pemuda Singkat untuk Belajar
Mahasiswa seni rupa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar melakukan aksi membuat mural di depan kampus Unismuh Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (28/10/2019). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/foc.

tirto.id - Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober, guru atau pendidik bisa memberikan tugas kepada peserta didik dengan tema peristiwa bersejarah itu. Misalnya, membuat teks cerita sejarah Sumpah Pemuda.

Isi teks cerita tentang Sumpah Pemuda merupakan hasil dari menceritakan ulang sejarah Sumpah Pemuda. Teks narasi sejarah Sumpah Pemuda dapat memaparkan kronologi dan rangkaian peristiwa Kongres Pemuda II pada 1928 yang melahirkan ikrar tersebut.

Sumpah Pemuda merupakan ikrar dari sejumlah aktivis gerakan kepemudaan pada 1928. Isinya menyatakan persatuan tanah air, bangsa, dan bahasa bagi bangsa Indonesia. Dari ikrar ini, ide persatuan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan makin menguat.

Terkekang pada masa penjajahan Hindia Belanda, para pemuda Indonesia pada waktu itu dengan berani menyatakan rasa persatuan. Saat ini, rasa persatuan masih sangat penting bagi generasi muda Indonesia.

Menulis teks cerita Sumpah Pemuda singkat bisa menjadi sarana mendalami pentingnya nilai persatuan dan cinta tanah air yang disuarakan pada 1928. Sebagai acuan referensi, simak sejumlah contoh teks story telling tentang Sumpah Pemuda di bawah ini.

Contoh Cerita Sejarah tentang Sumpah Pemuda

Di sini, terdapat beberapa contoh teks cerita sejarah Sumpah Pemuda singkat yang bisa dicermati untuk bahan belajar. Berikut 3 teks cerita sejarah Sumpah Pemuda tersebut:

1. Teks Cerita Sejarah Sumpah Pemuda [Contoh Pertama]

Indonesia merupakan negara dengan kelompok suku, agama, dan ras yang beragam. Perjalanan bangsa ini cukup rumit lantaran sempat menghadapi kolonialisme Belanda. Disebut-sebut bahwa Indonesia mengalami penjajahan sepanjang 350 tahun atau satu setengah abad lamanya.

Berbagai perjuangan telah dilewati semasa pendudukan tersebut, kemunculan korban pun tak dapat dihindari. Sebagai masyarakat Indonesia yang tertindas, pemikiran tentang perlawanan yang kian tak membuahkan hasil membuat pemuda-pemuda geram.

Persatuan para pemuda terpelajar hadir sebagai solusi menghadapi kenyataan pahit tersebut. Lebih dari itu, diadakan gerakan politik untuk mempersatukan diri di bawah nama “Indonesia” dalam Sumpah Pemuda.

Pernyataan ini diawali oleh pertemuan sejumlah organisasi pemuda Indonesia. Pertemuan pertama terjadi pada 1926, saat digelar Kongres Pemuda I atau disebut juga Kerapatan Besar Pemuda.

Kala itu, terdapat banyak organisasi semacam Jong Java, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Kaum Theosofi, dan lain-lain. Organisasi-organisasi pemuda berbasis kedaerahan dan kelompok itu berupaya menjalin komunikasi untuk menggalang persatuan.

Kendati sudah melakukan pertemuan, hasil terkait persatuan masih belum mencapai final. Oleh sebab itu, diadakan lagi Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928.

Tokoh bernama Sugondo Djojopuspito kala itu bertindak sebagai ketua Kongres Pemuda II. Selain itu, ada R.M. Joko Marsaid sebagai wakil ketua, Muhammad Yamin menempati posisi Sekretaris, Amir Sjarifuddin selaku Bendahara, dan masih banyak lagi.

Berlangsung selama dua hari, Kongres Pemuda II pada 1928 dihadiri oleh puluhan aktivis pemuda. Para peserta Kongres Pemuda II itu mengikuti rapat besar yang diawasi secara ketat oleh aparat kolonial.

Pada 27 Oktober 1928, Kongres Pemuda II diadakan di Gedung Pemuda Katolik (dahulu bernama Gedung Katholikee Jongelingen Bond) Jakarta.

Lalu, pada 28 Oktober 1928 digelar di Gedung Oost Java yang terletak di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Rumusan Sumpah Pemuda akhirnya lahir pada hari kedua kongres. Ikrar ini dibacakan di rumah seorang pemuda keturunan Tionghoa bernama Sie Kok Liong.

Kini, rumah itu beralamat di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat. Sebagai kenangan atas momentum Sumpah Pemuda 1928, rumah tersebut kini dipakai sebagai Museum Sumpah Pemuda.

Adapun isi teks sumpah pemuda 28 oktober 1928 adalah sebagai berikut:

  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
  • Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

2. Teks Cerita Sumpah Pemuda Singkat [Contoh Kedua]

Semangat persatuan sebagai bangsa telah benar-benar dijiwai oleh banyak pemuda pada tahun 1920-an. Rasa persatuan itu sudah mengkristal pada 17 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Pernyataan terbuka sebagai bangsa Indonesia yang bersatu pun keluar ketika sekelompok pemuda berkumpul dengan berani di jantung kekuasaan kolonial Hindia-Belanda, Batavia (kini Jakarta).

Hari itu adalah 28 Oktober 1928, peristiwa bersejarah yang sekarang dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda. Di Batavia, para pemuda menggelar pertemuan yang mempertemukan perwakilan berbagai organisasi pemuda pada 1928, yakni Kongres Pemuda II.

Peserta Kongres Pemuda II menggelar rapat selama dua hari, 27-28 Oktober 1928, dan di penghujung acara, mereka mendeklarasikan ikrar Sumpah Pemuda.

Mereka datang dari berbagai penjuru Nusantara dengan satu tujuan: mempersatukan negeri yang selama ini terpecah oleh perbedaan suku, agama, dan bahasa. Sebelum Kongres Pemuda II, banyak organisasi pemuda telah muncul dengan beragam corak, dari kedaerahan hingga kelompok. Di antara organisasi itu seperti Perhimpunan Indonesia dan Tri Koro Darmo, yang nantinya berubah menjadi Jong Java.

Meskipun mereka berjuang untuk tujuan yang sama, masih ada sentimen kelompok yang menjadi pemisah. Maka itu, di Kongres Pemuda II, para perwakilan berbagai organisasi kepemudaan mengucap ikrar bersama yang menegaskan persatuan adalah kunci meraih kemerdekaan.

Sejumlah pemikiran tentang cara menggalang persatuan bangsa juga lahir dalam Kongres Pemuda II. Misalnya, Mohammad Yamin, tokoh dari Jong Sumatranen Bond, menyuarakan gagasan bahasa menjadi alat persatuan. Ia telah menyuarakan hal ini di Kongres Pemuda I dan gaungnya terus menguat saat Kongres Pemuda II berlangsung.

Di tengah Kongres Pemuda II, Moh Yamin mengusulkan rumusan ikrar Sumpah Pemuda. Dalam buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003), diceritakan Yamin menyodorkan kertas pada ketua Kongres Pemuda II, Soegondo Djojopoespito.

Di kertas tersebut, ia menulis, “Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai rumusan resolusi elegan).” Setelah itu, para peserta kongres menyepakati isi ikrar Sumpah Pemuda.

Ikrar Sumpah Pemuda berbunyi: "Kami putra dan putri Indonesia, bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."

3. Teks Cerita Sejarah Sumpah Pemuda Singkat [Contoh Ketiga]

Pada 28 Oktober 1928, peristiwa penting tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia. Hari itu saksi lahirnya ikrar Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II. Kelak Sumpah pemuda menjadi salah satu pondasi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang merdeka.

Bertahun-tahun sebelum kongres itu, para pemuda dari berbagai daerah masih kerap terpecah oleh perbedaan suku dan agama. Meski muncul banyak organisasi kepemudaan bumiputera, upaya untuk menggalang persatuan sering buntu.

Padahal upaya para pemuda membentuk organisasi untuk mendorong kebangkitan bangsa Indonesia telah dilakukan sejak lama. Ambil contoh, organisasi pergerakan nasional pertama yang memakai nama "Indonesia" telah dibentuk sejumlah pelajar pada 1908. Namanya Perhimpunan Indonesia. Ada juga Tri Koro Darmo yang berdiri sejak 1915.

Untuk menjalin komunikasi dan menggalang persatuan, sejumlah aktivis pemuda di Batavia (kini Jakarta) kemudian menggelar Kongres Pemuda I pada 1926. Meskipun banyak pemikiran brilian muncul di kongres ini, termasuk gagasan menggunakan bahasa sebagai alat persatuan, belum ada keputusan penting yang lahir.

Kemudian, pada Kongres Pemuda II, sesuatu yang berbeda terjadi. Semangat persatuan lebih mendominasi. Maka dari itu, muncul gagasan untuk menutup kongres dengan pernyataan bersama yang menegaskan persatuan pada pemuda.

Akhirnya lahir ikrar yang dikenal sebagai "Sumpah Pemuda." Dengan tegas dan terbuka, para pemuda Indonesia kala itu menyatakan: “Kami putra dan putri Indonesia bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia berbangsa satu, bangsa Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

Baca juga artikel terkait SUMPAH PEMUDA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Edusains
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Addi M Idhom