tirto.id - Ruang lingkup sejarah terbagi menjadi empat yakni sejarah sebagai seni, peristiwa, ilmu, dan kisah.
Sejarah sebagai ilmu berkaitan dengan perannya dalam menyampaikan peristiwa masa lalu secara objektif.
Namun, tidak semua peristiwa bisa disebut sebagai sejarah. Peristiwa yang digolongkan sebagai peristiwa sejarah memiliki keunikan; hanya terjadi sekali dan berpengaruh besar, baik pada masa itu maupun masa mendatang.
Peristiwa sejarah itu bisa kisah yang disampaikan kepada generasi penerus, baik secara lisan maupun tertulis.
Kisah peristiwa sejarah juga bisa mewujud seni. Misalnya, penyampaian kisah Ramayana melalui Tari Kecak.
Contoh Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni artinya proses penyajian dan pengisahan sejarah membutuhkan kreativitas dan imajinasi, bahkan dapat mewujud kesenian. Seperti sebuah seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa dalam penyampaiannya sehingga lebih menarik.
Dalam penulisan sejarah, sejarawan sebaiknya mampu mengkombinasikan detail dan fakta-fakta dengan memanfaatkan intuisi dan imajinasinya sehingga dapat menyajikan peristiwa yang objektif, lancar, dan mengalir.
G. J. Reinier dalam buku Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah (1997) menjelaskan bahwa seni dibutuhkan dalam penulisan sejarah karena:
- sejarah akan sangat kaku dalam berkisah apabila penulisanya hanya mementingkan data-data;
- sejarah yang terlalu mementingkan aspek seni, akan kehilangan fakta yang harus diungkapkan;
- seni dalam sejarah dibutuhkan guna memperindah penuturan atau pengisahan suatu cerita;
- sejarah membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa seperti seni.
Misalnya, Tari Piring asal Minangkabau. Tari Piring sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Mulanya, tarian tersebut melambangkan pemujaan masyarakat terhadap Dewi Padi. Dalam sejarahnya, tari itu dilakukan setiap musim panen tiba.
Selain Tari Piring, sejarah sebagai seni juga bisa dilihat dari stupa yang ada di Candi Borobudur. Candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, tersebut tidak hanya tergolong karya seni yang agung. Ia menyimpan banyak peristiwa sejarah, yang kemudian diwujudkan menjadi Candi.
Contoh Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa dapat diartikan bahwa peristiwa dalam sejarah merupakan suatu yang telah terjadi di masyarakat pada masa lampau. Hal ini berkaitan dengan konsep ruang dan waktu dalam sejarah.
Kendati demikian, tidak semua peristiwa masa lampau tergolong sebagai sejarah. Seperti dijelaskan di awal, bahwa peristiwa sejarah harus unik, terjadi sekali saja, dan punya dampak terhadap masa itu maupun masa kini.
Sejarah sebagai peristiwa tidak dapat diamati atau disaksikan kembali, karena telah terjadi dan hanya sekali di masa lampau.
Contoh sejarah sebagai peristiwa di antaranya yakni:
- Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ketika Sukarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan
- Peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928 yang mampu membangkitkan rasa persatuan dan kebangsaan masyarakat Indonesia
- Peristiwa Rengasdengklok, yakni ketika Soekarno dan Hatta diculik pada malam menjelang proklamasi, tepatnya 16 Agustus 1945.
Contoh Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah artinya sejarah merupakan hasil rekonstruksi para ahli sejarah terhadap suatu peristiwa yang diceritakan kembali. Sejarah sebagai kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan.
Dalam sejarah sebagai kisah, suatu peristiwa mungkin bersifat subjektif, tergantung pada subjek yang menceritakan sejarah tersebut. Selain itu, faktor kepentingan dan latar belakang pencerita juga memengaruhi ruang lingkup sejarah sebagai kisah.
Contoh sejarah sebagai kisah di antaranya meliputi:
- Kisah sejarah Bandung Lautan Api pada 1946, yang dikisahkan dengan sudut pandang berbeda, antara pencerita yang satu dengan yang lainnya
- Penceritaan sejarah Gerakan 30 September 1965. Dalam hal ini, bahkan kisah sejarah disampaikan bertolak belakang
Contoh Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah sebagai ilmu diartikan bahwa penyusunan peristiwa dan cerita sejarah dilakukan secara sistematis; menggunakan metode, prosedur, dan teknik ilmiah, yang diakui oleh pakar sejarah.
Sejarah sebagai ilmu membuat suatu peristiwa yang diceritakan kembali lebih objektif. Taufik Abdullah dan Abdurrahman Surjomihardjo dalam buku Ilmu Sejarah dan Historiografi (1985) menjelaskan, sejarah sebagai ilmu bersifat empiris, tetap berusaha menjaga objektivitasnya sekalipun tidak sepenuhnya menghilangkan subjektivitas.
Syarat pokok sejarah disebut sebagai ilmu di antaranya objek yang definitif, adanya formulasi kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan, metode yang efisien, dan menggunakan sistem penyusunan tertentu.
Contoh sejarah sebagai ilmu dapat ditemukan dalam sejarah-sejarah yang diajarkan di sekolah. Namun, sejarah khusus, contoh sejarah di antaranya yakni:
- Sejarah reformasi Indonesia yang terjadi pada 1998, disebabkan oleh muaknya masyarakat terhadap pemerintahan Soeharto kala itu.
- Sejarah krisis moneter yang berdampak pada Indonesia pada 1997. Itu kemudian menjadi salah satu alasan tumbangnya Orde Baru pada 1998.
- Sejarah penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia. Bahwa kedua negara tersebut pernah menjajah di Indonesia, dibuktikan dari dokumen dan bangunan berciri Belanda dan Jepang.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin