tirto.id - Umat Kristiani memperingati Minggu Palma pada hari Minggu sebelum Paskah. Minggu Palma tahun ini jatuh pada 25 Maret 2024. Contoh renungan Katolik Minggu Palma bisa disimak melalui artikel ini.
Dikutip dari buku Hari Raya Liturgi (2005) karya Rasid Rachman, Minggu Palma dirayakan untuk mengenang peristiwa Yesus memasuki kota suci Yerusalem dengan dielu-elukan oleh orang banyak.
Bagi umat Kristiani, peristiwa tersebut istimewa, sebab hal itu terjadi sebelum Yesus disiksa, mati, dan bangkit dari kematian. Maka, perayaan Minggu Palma adalah peringatan pekan terakhir Yesus berada di Yerusalem.
Perayaan Minggu Palma identik dengan daun palma yang menurut tradisi merupakan simbol kemenangan Yesus terhadap maut. Daun palma memiliki bentuk seperti tangan melambai yang melambangkan kemenangan.
Saat perayaan Minggu Palma, biasanya petugas liturgi akan memakai baju berwarna merah. Merah disimbolkan sebagai warna api dan darah yang memiliki arti kasih, kebajikan, serta pengorbanan.
Warna merah biasanya dipakai selama Minggu Suci untuk Minggu Palma, Jumat Agung, Hari Pentakosta, Perayaan Darah Suci, Perayaan Rara Rasul, Santo Martir, hari perayaan yang terkait dengan relikui suci selama perayaan Injil dan Peninggian Salib Suci.
Selain itu, warna merah juga dapat digunakan untuk misa sakramen Konfirmasi jika hari itu tidak bertepatan dengan hari perayaan lain.
Contoh Renungan Minggu Palma Singkat
Berikut ini renungan yang bisa dipakai menjelang atau saat perayaan Minggu Palma dikutip dari Gereja Injili Indonesia (GII) Hok Im Tong:
Yohanes 12:12-19
Keesokan harinya, ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”
- Yohanes 12:12-13
Sebentar lagi kita akan memasuki Minggu Palma, yaitu peringatan dalam liturgi gereja Kristen yang jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Perayaan ini tercatat pada keempat Injil untuk mengenang peristiwa masuknya Yesus ke Kota Yerusalem sebelum Dia disalibkan.
Daun palma merupakan simbol kemenangan dan kalau dilambaikan berarti sebagai pujian serta kemuliaan. Daun palma juga digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian.
Peristiwa Minggu Palma merupakan simbol yang Yesus pakai untuk menyatakan bahwa saat saat kesengsaraan-Nya semakin dekat. Dia akan dihina, dicambuk, dilecehkan, bahkan dengan penuh kesengsaraan akan mati di kayu salib.
Apa yang Yesus lakukan ketika memasuki Yerusalem sebenarnya merupakan pernyataan dan proklamasi diri-Nya bahwa Dia pasti menang!
Semua penyiksaan akan menghantar Yesus pada kematian, tapi Dia pasti mengalahkannya. Itu sejalan dengan pernyataan sebelumnya, “Akulah kebangkitan dan hidup.” (Yoh. 11:25). Dan memang terbukti, Yesus bangkit mengalahkan maut. Yesus adalah Tuhan, Dia Mahakuasa dan itu sungguh terbukti! Maut, hal yang tak mungkin dikalahkan manusia, sudah dikalahkan oleh Yesus.
Mengapa kita ragu mempercayakan hidup kepada-Nya? Atau jika kita percaya kepada-Nya, mengapa menganggap sepi teladan yang diberikan-Nya?
Di Minggu Palma ini, sebaiknya kita belajar merendahkan diri. Yesus diolok-olok, di-bully, dihina, tapi tetap diam. Tak perlu ngotot membela dan membuktikan diri bahwa kita tidak seperti yang orang lain pikirkan. Cobalah berlatih rendah hati, sambil percaya dan menantikan Yesus, Sang Pembela kita.
Hendaklah kita juga belajar mempraktikkan kasih. Yesus berani berkorban sampai mengorbankan diri-Nya. Tirulah pengorbanan-Nya maka kita akan merasakan indahnya pelangi yang menghampiri. Beranilah memberi kepada mereka yang tak mampu membalas budi.
Terakhir, persiapkan persembahan kita ke gereja sebagai wujud ucapan syukur. Yesus telah mengampuni dosa dan menyelamatkan kita. Bawalah persembahan dengan sukarela, terutama di hari Paskah.
Sesungguhnya Paskah jauh lebih bermakna daripada Natal karena kelahiran-Nya Yesus tak minta dikenang apalagi diperingati. Namun, kematian karena kasih-Nya serta kebangkitan-Nya, Yesus minta diperingati. Akankah kita mengabaikan-Nya? Salam arti Palma.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Iswara N Raditya