Menuju konten utama
Wabah Cacar Monyet

Clades IIb Kurang Mematikan karena Belum Menimpa Kelompok Berisiko

Fatalitas varian Afrika Barat cacar monyet (Clades IIb) rendah karena belum ada kasus yang melanda pada anak, ibu hamil, hingga orang dengan komorbid.

Clades IIb Kurang Mematikan karena Belum Menimpa Kelompok Berisiko
Ilustrasi Monkeypox. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menegaskan agar pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jangan memandang tingkat fatalitas atau kematian (case fatality rate) akibat Varian Afrika Barat cacar monyet (Clades IIb) rendah saja, karena belum ada kasus yang melanda pada kelompok berisiko seperti anak, ibu hamil, orang dengan gangguan imunitas (immunocompromised), komorbid, atau gangguan kesehatan lainnya.

Hal ini menanggapi pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang menyebut bahwa varian clade di negeri ini merupakan Varian Afrika Barat (Clades IIb) yang kurang mematikan dibandingkan Varian Afrika Tengah (Clades I).

“Jangan sampai menganggap ya sudah ini (Clades IIb) ringan. Karena belum menimpa pada kelompok [berisiko seperti] anak, ibu hamil. Angka kematiannya bisa tinggi, jadi ini yang harus dipahaminya,” tegas Dicky dia ketika dihubungi Tirto pada Rabu (31/8/2022).

Dia menuturkan, data sejauh ini baik di Afrika bahkan secara global, Clades IIb ini memang terlihat menyebabkan gejala penyakit yang lebih ringan termasuk case fatality rate (CFR) dibandingkan Clades I. Secara epidemiologi, CFR di Afrika sebanyak 3,6 persen dan di dunia angkanya di bawah satu persen.

Lanjut Dicky, berbanding terbalik untuk Clades I, CFR-nya rata-rata mencapai 10 persen atau bahkan lebih. Namun angka kematian ini bergantung pada aspek siapa yang terinfeksi clade.

Kemudian dia menerangkan bahwa umumnya penyakit Clades IIb bisa pulih atau sembuh sendiri dan angkanya mencapai 90 persen. Tetapi harus disadari dampak jangka panjang dari penyakit tersebut seperti apa, di mana sampai saat ini belum diketahui.

“Karena umumnya penyakit virus itu ada potensi dampak jangka panjang, ini yang harus diwaspadai. Jadi prinsip mencegah harus diutamakan,” tutur Dicky.

Dia menjelaskan mengapa di Afrika angka kematiannya bisa sampai 3,6 persen akibat Clades IIb, karena sudah menimpa anak dan ibu hamil.

“Dan di Indonesia kalau bicara tiga persen, itu tinggi ya. Jangan dianggap kecil, penduduk kita besar,” ucap Dicky.

Dia menambahkan, “Jadi, sekali lagi, jangan jadi satu dalil atau kondisi yang membuat kita jadi lengah. Tetap prinsip mitigasi kuat harus dilakukan,” pungkas Dicky.

Sebelumnya, Menkes Budi mengungkapkan bahwa varian clade pada pasien pertama yang terkonfirmasi clade di Indonesia adalah varian Afrika Barat.

“Yang ada di Indonesia adalah varian yang dari Afrika Barat, kemarin (kasus pertama cacar monyet di Indonesia). Dan ini bisa dilihat dengan [pemeriksaan] genome sequencing biasa,” kata Budi dalam rapat dengan pendapat (RDP) dengan Komisi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), yang disiarkan langsung via kanal YouTube Komisi IX DPR RI Channel, Selasa (30/8/2022).

Dia menerangkan, clade memiliki dua strain atau varian, yaitu varian Afrika Barat dan varian Afrika Tengah. Budi menyebut bahwa varian Afrika Tengah lebih mematikan, sedangkan varian Afrika Barat itu kurang mematikan.

Baca juga artikel terkait WABAH CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri