tirto.id - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai pelebaran defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) tidak perlu dikhawatirkan apabila diimbangi dengan tingginya investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI).
Menurut dia, pemerintah perlu berfokus meningkatkan FDI agar tidak terlalu bergantung dengan investasi dalam bentuk portfolio yang mudah berpindah sewaktu-waktu seiring dengan situasi ekonomi global.
Bila pemerintah bisa mendapatkan mayoritas pembiayaan dalam bentuk FDI, kata Chatib, modal tak akan mudah berpindah dari dalam negeri.
“Saya tidak khawatir dengan CAD. Itu Singapura CAD-nya defisit 10 persen. Cina 10 persen. Yang penting itu bukan di CAD, tapi pembiayaannya apa," kata Chatib di Auditorium Kemendag, Jakarta pada Selasa (20/8/2019).
"Kalau ada CAD, tapi dibiayainnya oleh FDI, capital enggak bisa pulang [lari],” dia menegaskan.
Dia menjelaskan, jika pembiayaan pemerintah bertumpu pada investasi portfolio, pelebaran defisit transaksi berjalan memang akan menjadi masalah karena nilai tukar rupiah menjadi fluktuatif dan mudah dipengaruhi arus keluar-masuk modal asing.
Namun, kata Chatib, hal itu tidak terjadi apabila banyak pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan pengembangan industri berasal dari FDI.
“Orang asing masuk di sini, [investasi] infrastruktur dia bangun aspal kan gak bisa dibawa pulang kalau ada shock di US. Kalau dengan portfolio, ada shock, dia akan mindahin uangnya. Currency kita kena, jadi orang salahin CAD,” ucap Chatib.
Dia mengakui masuknya FDI bisa memicu pembengkakan CAD. Sebab, investasi biasa diikuti dengan masuknya barang modal dari luar negeri yang mengerek impor.
Namun, Chatib berpendapat pelebaran CAD akibat impor barang modal tinggi tidak perlu dicemaskan karena bisa berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom