Menuju konten utama

Cerita Penumpang KRL Melewati Antrean Panjang saat PSBB Transisi

Meski sudah berangkat lebih pagi, Rama tetap harus melewati antrean panjang di Stasiun Bogor.

Cerita Penumpang KRL Melewati Antrean Panjang saat PSBB Transisi
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line gantre menunggu kedatangan kereta di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Senin (13/4/2020).ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.

tirto.id - Ramanda Rama Wijaya, 28 tahun, terpaksa berangkat kerja lebih pagi demi menghindari antrean panjang di Stasiun Bogor saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi.

Usai salat subuh, sekitar pukul 05:00 WIB, Rama bergegas pergi ke stasiun menggunakan sepeda motor dari rumahnya di Cimande, Bogor, Jawa Barat. Padahal, biasanya ia baru berangkat kerja pukul 06:30 WIB dari rumah menuju kantornya di Harmoni, Jakarta Pusat.

"Biar lebih cepat [ke stasiun] pakai motor, kalau angkot nanti malah lama lagi," kata Rama kepada reporter Tirto, Rabu (10/6/2020) lalu.

Rama tiba di parkiran motor Stasiun Bogor pukul 05:30 WIB. Sebelum memasuki stasiun, ia harus antre melewati alat pengukur suhu tubuh otomatis yang diawasi petugas. Tak lupa, ia mengenakan masker dan membaluri tangannya dengan hand sanitizer.

Meski sudah berangkat lebih pagi, Rama tetap mendapati antrean panjang di Stasiun Bogor. "Dikira antre enggak panjang karena berangkat lebih pagi, ternyata panjang juga sekitar 50 meteran,” ujarnya.

Menurut Rama, jarak antar calon penumpang KRL yang mengantre tidak sampai 1 meter sesuai protokol kesehatan. Walau ada petugas yang berjaga, jarak antrean hanya sekitar 10-15 centimeter saja.

Untuk mengusir rasa bosan saat mengantre, Rama memilih memainkan gawainya. Ia menghindari interaksi dengan calon penumpang KRL lainnya.

Akhirnya tiba giliran Rama melewati alat pengecek suhu tubuh. Suhu tubuh Rama dalam kondisi normal sehingga ia bisa langsung menuju peron stasiun.

Setelah menunggu sekitar 10 menit di peron, Rama memasuki gerbong KRL dengan perlahan pada pukul 06:15 WIB. Ia berupaya tetap menjaga jarak dengan penumpang lain.

Penantian Rama belum usai. Ia masih haru menunggu keberangkatan KRL sekitar 45 menit. Saat itu, penumpang KRL di gerbongnya tak begitu ramai. Ia masih kebagian tempat duduk meski ada pembatas jarak antar penumpang.

"Mungkin karena Kereta pertama kali ya [dari Bogor], makanya masih sepi penumpang," tuturnya.

Satu persatu stasiun dari arah Bogor menuju Jakarta Kota dilewati KRL yang ditumpangi Rama. Di setiap pemberhentian stasiun, penumpang dari daerah lain mulai menyesaki gerbong KRL. Meski begitu, ada petugas yang berjaga untuk memastikan kapasitas gerbong tidak melebihi 35-45 persen.

Akibat tempat duduk yang terbatas, beberapa penumpang terpaksa berdiri. Meski seluruh penumpang mengenakan masker, Rama tetap was-was terjadi penularan virus Corona atau COVID-19 di dalam gerbong.

Rama tiba di Stasiun Juanda sekitar pukul 08:30 WIB. "Tapi pas turun tangga itu agak desak-desakan. Tapi tetap diminta untuk jaga jarak sama Tentara yang waktu itu berjaga," imbuhnya.

Pengalaman serupa juga dialami Rizkiya, 24 tahun, saat berangkat kerja dari Stasiun Citayam menuju kawasan Pluit, Jakarta Utara, Selasa (2/6/2020). Ia sempat tertahan lantaran antrean penumpang mulai dari peron sampai pintu masuk stasiun. Ia mesti menunggu penumpang yang berada di peron memasuki gerbong KRL terlebih dahulu.

"Ada petugas yang mengatur, terus TNI yang nyeremin pakai bawa senjata, enggak ngerti deh biar apa," kata Rizkiya kepada reporter Tirto.

Akan tetapi, Rizkiya menyayangkan pengaturan di Stasiun Citayam hanya diterapkan hari itu saja.

"Besoknya sampai hari ini normal, enggak ada pengaturan-pengaturan masuk lagi," kata dia.

Rizkiya mengatakan biasanya dirinya naik KRL sekitar pukul 08.00 WIB. Kondisi dalam gerbong memang penuh, lalu jarak antar penumpang yang berdiri cukup berdekatan, tetapi tidak sampai berdesak-desakan.

Sama seperti Rama—dan mungkin semua orang—, Rizkiya khawatir terjadi penularan COVID-19. Namun, ia memastikan telah menerapkan protokol kesehatan.

"Waktu keluar dari KRL orang-orang relatif melompong. Petugas yang mengatur di pintu keluar juga tidak sebanyak di pintu masuk,” ujarnya.

Penerapan Protokol COVID-19

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat meninjau sejumlah transportasi umum, salah satunya KRL, saat hari pertama penerapan PSBB masa transisi pekan kedua, Senin (8/6/2020).

"Pagi ini jumlah orang yang berangkat tidak juga menumpuk," kata dia di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat.

Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) Wiwik Widayanti mengklaim protokol kesehatan diterapkan di setiap stasiun KRL maupun di gerbong kereta.

Protokol kesehatan itu sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 41 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Permenhub Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.

Dia menjelaskan protokol COVID-19 yang telah diterapkan oleh PT KCI seperti membatasi jumlah penumpang sebanyak 35 – 40 persen dari kapasitas atau 74 orang agar dapat menjaga jarak aman antar pengguna KRL.

Kemudian PT KCI mewajibkan seluruh penumpang menggunakan masker. Selain itu, pengguna KRL diimbau mengenakan pelindung wajah (face shield) dan pakaian lengan panjang atau jaket.

Pengguna KRL juga wajib mengikuti pengukuran suhu tubuh, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum maupun sesudah naik KRL.

“Kini wastafel tambahan selain yang ada di dalam toilet sudah tersedia di seluruh stasiun KRL Jabodetabek, bahkan jumlahnya masih akan kami tambah,” kata Wiwik melalui keterangan tertulis, Rabu (10/6/2020).

Infografk Responsif

Infografk Skedul 1 Pelonggaran PSBB di Jakarta. tirto.id/Sabit

Berdasarkan data yang dihimpun oleh PT KCI, jumlah pengguna KRL pada Selasa 9 Juni 2020 mencapai 279.737 orang, sedangkan pada Senin 8 Juni 2020 yang merupakan hari pertama PSBB transisi tercatat 300.029 pengguna.

Wiwik mengatakan tingginya jumlah penumpang KRL selama PSBB transisi ini terjadi pada waktu-waktu sibuk, seperti pagi dan sore hari.

“Namun pengguna semakin tertib dan semakin memahami pentingnya mengikuti aturan yang ada agar selama perjalanan tetap dapat menjaga jarak aman," klaim dia.

VP Corporate Communications PT KCI, Anne Purba menambahkan perusahaannya juga sudah menerapkan aturan pembatasan jam terkait penumpang dengan barang dagangan dan lansia. Mereka hanya dapat menggunakan KRL dengan jadwal keberangkatan pertama di pagi hari dan di luar jam sibuk atau pukul 10.00-14.00 WIB.

Lalu, balita untuk sementara waktu dilarang naik KRL. PT KCI juga menerapkan larangan berbicara selama berada di dalam KRL.

“Dengan kedisiplinan bersama, PT KCI yakin para pengguna KRL dapat beradaptasi dengan kondisi kenormalan baru ini dan beraktivitas kembali secara produktif dan aman,” kata dia, Senin (8/6/2020).

Baca juga artikel terkait PSBB MASA TRANSISI atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan