Menuju konten utama

Celios Ungkap Biang Kerok Naiknya Harga Pangan

Celios menilai harga pupuk hingga BBM memicu harga pangan semakin meroket.

Celios Ungkap Biang Kerok Naiknya Harga Pangan
Pedagang melayani pembeli yang berbelanja di Pasar Badung, Denpasar, Bali, Senin (19/12/2022). Harga bahan pokok menjelang Natal dan Tahun Baru di pasar tradisional di Bali tersebut masih stabil dan stok bahan pangan mencukupi hingga akhir tahun. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/tom.

tirto.id - Harga pangan akhir-akhir makin mahal. Mulai dari cabai, telur ayam, beras hingga bawang putih. Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios) Bhima Yudhistira menuturkan, ada beberapa faktor yang membuat harga pangan terus meroket.

Mulai harga pupuk hingga kenaikan BBM. Pasca pandemi menurut Bhima, setidaknya ada 27 negara yang telah melakukan pembatasan ekspor pangan dan pupuk.

"Pasca pandemi ada setidaknya 27 negara yang melakukan pembatasan ekspor pangan dan pupuk. Yang terbaru ada india soal pembatasan ekspor beras dan Rusia yang menarik kesepakatan soal jalur gandum di Laut Hitam. Imbasnya terjadi perebutan stok pangan di seluruh dunia," ucap Bhima saat dihubungi Tirto, Jakarta, Senin (7/8/2023).

Bhima menambahkan soal harga beras seperti jenis broken rice Thailand 25% ataupun gula di pasar tradisional yang mengalami kenaikan yang tinggi. Dia menilai, jika tanah air melakukan impor, harganya lebih mahal dibanding pra pandemi. Dari sisi biaya distribusi logistik, Bhima menuturkan biaya yang dikeluarkan untuk distribusi logistik untuk saat ini masih terbilang tinggi, sehingga disparitas harga antar wilayah di Indonesia dapat mungkin terjadi.

"Misal ada panen raya di jawa, tapi ada harga beras tinggi di wilayah lain itu karena masalah logistik. Sayangnya indeks logistik Indonesia bukan naik tapi turun 17 peringkat di 2023," ucapnya.

"Rantai pasok yang panjang membuat rentan spekulan memainkan pasokan terutama di masa kritis El Nino," lanjutnya.

Kemudian, subsidi pupuk pun menurut Bhima semakin berkurang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dia mengklaim pemerintah perlu memperhatikan terkait biaya pupuk yang bakal berpengaruh untuk input produksi pertanian.

"Harga bbm belum turun meski harga minyak mentah turun ke 83 usd per barel dibanding posisi agustus 2022 di 95 usd per barel. Imbas naiknya harga bbm masih berdampak ke biaya transportasi dari hulu pertanian ke konsumen," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HAHRGA PANGAN atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin