tirto.id - Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menyebut, misi pasangan calon dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang memproyeksikan kemiskinan ekstrem akan turun hingga nol persen masih realistis.
Hal itu dilihat pada angka kemiskinan ekstrem per Maret 2023 sebesar 1,12 persen. Bhima menilai ambisi Prabowo-Gibran masih memungkinkan apabila dalam waktu dua tahun kepemimpinan mereka bisa turun jadi nol persen, tapi harus didorong dengan langkah taktis.
“Jadi dalam waktu dua tahun yakni 2025-2026 sangat realistis bisa turun jadi nol persen. Asalkan pemerintahan yang baru melakukan lima langkah taktis,” ucap Bhima kepada Tirto, Senin (30/10/2023).
Pertama, mendorong efektivitas bantuan yang menyasar kantong-kantong kemiskinan ekstrem dengan pengawasan yang ketat dan data akurat. Kedua, mencegah penambahan orang miskin ekstrem baru, khususnya dengan menjaga stabilitas harga pangan dan energi.
“Ketiga, percepatan infrastruktur dasar seperti sanitasi, perumahan layak, hingga sarana kesehatan di lokasi yang menjadi sasaran. Keempat, mendorong perluasan penerima PBI BPJS Kesehatan,” kata dia.
Terakhir, memastikan orang yang sudah keluar dari kemiskinan ekstrem tidak bergantung terus menerus dengan program pemerintah, melainkan didorong untuk masuk ke usaha produktif.
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah menyebut, dalam waktu dua tahun angka kemiskinan ekstrem bisa nol persen, caranya melalui bagi-bagi berbagai paket bantuan sosial. Namun, tantangannya adalah sejauh mana akan bertahan ketika bantuan tersebut dihentikan.
“Mereka terangkat dari kemiskinan secara permanen melalui program penciptaan lapangan kerja dengan tingkat upah yang mencukupi di atas upah minimum regional [UMR],” ucap Piter.
“Penciptaan lapangan kerja harus dilakukan dengan membangun sektor ekonomi khususnya industri yang padat karya,” lanjut dia.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Reja Hidayat