tirto.id - Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Abdul Muhaimin Iskandar menyatakan, pemerintah perlu melakukan langkah antisipasi terjadinya kekeringan di sejumlah wilayah Indonesia imbas fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole.
Gus Imin, sapaan akrabnya, mendorong pemerintah untuk menggencarkan upaya teknologi modifikasi cuaca (TMC), terutama di daerah yang punya potensi kekeringan parah.
“Kita ingatkan kekeringan panjang tahun 1997 tidak terulang, waktu itu banyak daerah defisit air karena fenomena itu. Saya kira salah satu antisipasinya adalah modifikasi cuaca, ini harus gencar dilakukan untuk mengisi volume air pada waduk atau bendungan air dan mencukupi kebutuhan air masyarakat,” kata Gus Imin di Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi El Nino yang melanda Indonesia pada 2023 ini masih dikategorikan moderat (menengah), namun Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu berujar bahwa sekecil apapun level fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole tetap akan berdampak pada kekeringan lahan.
“Kalau sampai suplai air kurang, tanah kering, yang ditakutkan akan banyak petani mengalami gagal panen," sambung Gus Imin.
Di sisi lain, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan berdasarkan pengamatan lembaganya terhadap suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik, La Niña yang merupakan fase dingin kebalikan dari El Nino, telah berakhir pada Februari lalu.
Sepanjang periode Maret-April, keadaan akan berada pada fase netral yang mengindikasikan tidak adanya gangguan iklim dari Samudra Pasifik.
Namun Dwikorita melanjutkan, fase netral tersebut mulai beralih menuju fenomena El Nino pada Juni tahun ini dengan peluang mencapai 80 persen.
“Kombinasi dari fenomena El Niño dan IOD Positif yang diprediksi akan terjadi pada semester dua 2023 tersebut dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode Musim Kemarau 2023,” ujar Dwikorita dalam keterangannya.
Selain itu, Dwikorita, mendorong upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk mengantisipasi meningkatnya potensi karhutla, terutama wilayah atau provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.
“Bahkan sebagian wilayah diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal,” sambungnya.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri