Menuju konten utama

Cara Punya Rumah Sendiri bagi Karyawan Baru

"Anggarkan 40 persen dari gaji untuk menabung, 30 persen asuransi, dan sisanya investasi, memang agak berat."

Cara Punya Rumah Sendiri bagi Karyawan Baru
Ilustrasi membeli rumah baru. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Memiliki rumah sendiri bagi generasi milenial yang baru saja memasuki dunia kerja bukan sesuatu yang mustahil.

Hal ini dijelaskan ekonom Lucky Bayu Purnomo pada Senin (11/3/2019). Ia membagikan sejumlah trik mengelola gaji agar impian memiliki rumah bisa terwujud.

"Saat ini, terutama generasi milenial banyak yang mengeluhkan mengenai papan, yakni tempat berteduh atau hunian, maka itu mulailah disiplin dalam mengelola keuangan," kata Ekonom yang juga pendiri perusahaan bidang investasi, PT LBP Enterprises Internasional, Lucky Bayu Purnomo di Jakarta, dilansir Antara.

Ia mengatakan, sebenarnya keinginan milenial untuk memiliki rumah belum tentu sejalan dengan kemampuan keuangannya, hal itu disebabkan kenaikan harga yang lebih cepat dibandingkan pendapatannya. Oleh sebab itu, milenial harus pandai-pandai mengelola keuangan.

"Bedakan kebutuhan dan keinginan. Anggarkan 40 persen dari gaji untuk menabung, 30 persen asuransi, dan sisanya investasi, memang agak berat," kata Lucky.

Ia menjabarkan, hasil tabungan dan investasi itu bisa dikolaborasikan untuk pembayaran uang muka, cari yang paling terjangkau karena itu menjadi salah satu kuncinya. Tahap berikutnya, ia menambahkan, sesuaikan kemampuan untuk mencicil.

Paling tidak, sekitar 30 persen dari gaji bulanan. Bila gaji sekitar Rp7 juta per bulan, maka sekitar Rp2 juta hingga Rp2,5 juta untuk membayar cicilan.

"Artinya, hunian yang dimaksud berada di sekitaran wilayah Jabodetabek atau di pinggir kota. Target itu harus dikelola dan penuh dengan kedisiplinan," paparnya.

Para milenial—yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997—lain juga ingin memiliki tempat hunian. Sayangnya, harga rumah selalu melambung tinggi setiap tahunnya, memiliki rumah masih jauh dari harapan.

Kesulitan milenial untuk mendapatkan rumah juga tergambar dengan hasil survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga, salah satunya adalah riset yang dilakukan Kompas pada 7-11 April 2017. Pada survei itu, sebanyak 300 responden berumur 25-35 tahun yang tinggal di tujuh kota besar ini, hanya 39 persen yang sudah memiliki hunian, sedangkan 61 persen sisanya belum memiliki tempat tinggal.

Kesulitan generasi milenial untuk mendapatkan rumah juga bukan tanpa sebab. Selain harga rumah yang makin mahal, milenial juga memiliki 'kebutuhan' lainnya yakni jalan-jalan atau berpelesiran yang mengedepankan aspek pengalaman. Di sisi lain, semakin usia yang bertambah akan semakin konservatif bagi seseorang untuk membeli hunian.

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menggodok penyediaan hunian bagi generasi milenial atau generasi Y (yang lahir pada 1980-1990, atau pada awal 2000).

"Ini akan digodok. Tapi ASN (perumahan untuk aparatur sipil negara) dulu, baru setelah itu kami godok yang milenial," kata Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Khalawi Abdul Hamid dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Khalawi menyebukan mengingat jumlah milenial yang besar yakni mencapai 80 juta orang di Indonesia, maka diakuinya kebutuhan perumahan untuk generasi tersebut sangat mendesak.

"Makanya kami sedang paralel bicarakan dengan teman-teman dan juga asosiasi untuk mencari konsep yang bagus untuk memfasilitasi milenial ini," ujarnya.

Baca juga artikel terkait RUMAH atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH