tirto.id - Abrasi atau biasa disebut juga dengan erosi pantai merupakan proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh adanya tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.
Kerusakan garis pantai ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam yang ada di daerah pantai tersebut, seperti dilansir dari laman BNPB.
Terganggunya keseimbangan angkutan sedimen sejajar pantai (longshore sediment transport) atau tidak adanya peredaman energi gelombang ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu karena faktor alami, buatan, maupun keduanya.
Abrasi dapat terjadi karena adanya gejala alami. Namun, aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan menjadi penyebab utama dari proses erosi pantai ini.
Beberapa contoh aktivitas manusia yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi adalah sebagai berikut:
- Pembangunan pantai;
- Penambangan material pantai (karang dan pasir pantai) untuk dijadikan bahan bangunan;
- Aktivitas di hulu sungai (pembuatan kantong-kantong sedimen, waduk, bendungan, dan lain-lain);
- Pengalihan muara sungai;
- Penambangan material dasar sungai;
- Penebangan mangrove di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Solusi Mencegah Abrasi di Daerah Pesisir
Berbagai langkah penanganan telah dilakukan untuk melindungi kawasan pesisir dari abrasi pantai. Contohnya saja seperti dengan membangun tembok laut (sea wall), pelindung tebing (revetment), groin, jetty, krib sejajar pantai, dan tanggul laut.
Melansir lamanSea Wall Professionals, berikut beberapa metode yang umum digunakan untuk mencegah erosi pantai beserta dengan kekurangannya, yakni:
1. Groin
Groin merupakan struktur panjang (dinding) yang dibangun di pantai dan memanjang ke laut, posisinya berada tegak lurus dengan garis pantai.
Ia bertindak sebagai penghalang arus sejajar pantai yang memungkinkan untuk mengontrol dan memodifikasi pergerakan pasir.
Namun, metode ini dapat menyebabkan lebih banyak erosi pada sisi bawah dinding. Gelombang yang datang akan sekali lagi menyeret kembali pasir serta sedimen yang ada.
2. Jetties (Dermaga)
Jetty merupakan bangunan tegak lurus pantai yang berbentuk garis dan terbuat dari batu, beton, baja, atau kayu. Bangunan ini dirancang untuk mencegah pasir masuk ke saluran kapal.
Konsep bangungan ini adalah saat pasir yang menumpuk di sisi atas dermaga akan didistribusikan lagi di sepanjang pantai untuk mengurangi erosi. Namun, metode ini juga memiliki kekurangan yang sama dengan penggunaan groin.
3.Breakwaters (Pemecah Gelombang)
Breakwater adalah penghalang yang dibangun di lepas pantai yang posisinya sejajar atau pada sudut ke garis pantai.
Saat gelombang datang menghantam, pemecah gelombang akan menyimpan muatan sedimen di sepanjang jalur mereka.
Namun, tidak semua bagian pantai dilindungi oleh breakwater sehingga bagian yang tidak terlindungi tersebut dapat terus mengalami erosi.
4.Beach Nourishment (Peremajaan Pantai)
Ini merupakan salah satu solusi lunak dengan cara melebarkan pantai dan mengisi daerah yang terkena erosi dengan mengambil sedimen (pasir) di daerah lain yang tidak terdampak. Meskipun dinilai efektif, namun metode ini mahal dan bersifat sementara.
5.Vegetasi
Melakukan penanaman vegetasi seperti lamun dan membangun rawa-rawa di sepanjang pantai berfungsi untuk mengendalikan erosi.
Akar tanaman pesisir dapat membantu menambatkan pasir dan memastikan pasir agar tidak terbawa erosi.
Namun, solusi ini tidak berfungsi untuk daerah yang terkenal sebagai kawasan wisata dan akan merubah fungsi pantai.
6. Seawalls (Tembok Laut)
Seawall adalah tembok yang dibangun pada sepanjang garis pantai untuk menghentikan gelombang agar tidak bersentuhan dengan pasir/pantai di sisi yang berlawanan.
Ini adalah salah satu metode yang dinilai cukup efektif untuk mencegah erosi. Ia hanya akan melindungi area yang ada pada tembok tersebut.
Sayangnya, upaya penanganan tersebut dinilai masih bersifat sporadis dan kurang komprehensif untuk menangani abrasi pantai.
Cara-cara itu disebut tidak efektif, dan hanya akan menimbulkan adanya masalah baru dengan memindahkan lokasi abrasi ke tempat lain yang kurang diperhatikan di sekitar tempat yang telah dilindungi.
7. Coastal Cell
Menyadur sumber yang lain, dari buku “Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim” karya Subandono Diposaptono, solusi menyeluruh dan bersifat komprehensif yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan pendekatan coastal cell atau sediment cell (sel sedimen).
Sel sedimen digunakan sebagai acuan penataan ruang pesisir yang konsepnya didasarkan pada keseimbangan angkutan sedimen.
Maka dari itu, penanganan abrasi pantai tidak boleh hanya dilakukan pada tempat yang terdampak, tetapi juga di kawasan lain yang diantisipasi dan masih dalam satu kesatuan sedimen sel.
Subandono juga menjelaskan dalam bukunya, bahwa alternatif sistem proteksi lain yang dapat dilakukan harus ditinjau dari aspek teknis, ekonomi, lingkungan, estetika, dan sosial.
Selain itu, ia juga menambahkan beberapa solusi penanganan lunak yang dinilai murah, lebih aman, serta ampuh dalam mengatasi abrasi pantai, yakni:
• Peremajaan pantai (beach nourishment);
• Pembentukan dune;
• Peremajaan dan restorasi mangrove;
• Rehabilitasi karang;
• Artificial reef/terumbu karang buatan;
• Pengelolaan kawasan pantai secara terpadu.
Penulis: Reynata Sanjaya
Editor: Maria Ulfa