tirto.id - Orang-orang Mesir kuno telah lebih dulu memahami bagaimana mempercantik mata. Mereka menggunakan kohl yang terbuat dari tembaga, timah, jelaga, atau almond yang dibakar sebagai eyeliner. Kini, mempercantik mata tak hanya seputar teknik merias semata, tapi juga hal-hal ekstrem yang dipilih untuk membuatnya terlihat “berbeda”.
Merias mata menggunakan eyeliner, eyeshadow, maskara, bulu mata palsu, atau lensa kontak mungkin bisa dibilang sudah terlalu ketinggalan zaman. Ada orang-orang yang justru memilih hal tak lazim untuk meletakkan seni pada mata mereka. Yang paling populer adalah dengan menindik area seputar mata.
Teknik menindik tubuh nyatanya telah dikenal di dunia sejak lama. Rayner W Hesse dalam Jewelry Making Through History: an Encyclopedia tahun 2007 (hal 25) menyebutkan Ötzi, mumi manusia tertua yang ditemukan di perbatasan Austria dan Italia, berumur 5300 tahun, memakai tindik di telinga dengan diameter anting selebar 7-11 mm. Ini berarti, zaman ketika Ötzi hidup—diyakini sekitar tahun 3.300 SM—tindik telah lazim digunakan sebagai aksesori.
Setelahnya, teknik tindik tubuh tetap menjadi tren hingga sekarang. Pada abad ke-16 di Inggris, tindik sempat dijadikan simbol kebangsawanan oleh para lelaki. Setidaknya, mereka memiliki satu tindikan di telinga untuk memamerkan kekayaannya. Sementara itu, dari sisi budaya, suku primitif mempercayai tindik telinga sebagai penolak bala.
Menurut The Naked Woman: A Study of the Female Body oleh Desmond Morris, tradisi tindik di hidung menjadi praktik pranikah yang dilakukan perempuan Berber dan Badui di Afrika Utara dan Timur Tengah. Calon suami akan memberikan cincin hidung emas sebagai mas kawin, ukuran cincin merepresentasikan tingkat kekayaan keluarga.
Di India, perempuan memakai tindikan di cuping hidung sebelah kiri, dipercaya sebagai peredam rasa sakit saat menstruasi dan persalinan karena terkait dengan organ reproduksi. Tren tindik menyebar ke Barat pada 1960-an dan 1970-an, lalu diambil oleh gerakan punk pada tahun 70-an sebagai tanda perlawanan. Ia kemudian berkembang menjadi aksesori yang dipakai di hidung, lidah, bibir, perut, puting, area genital, dan area mata.
Pada area di sekitar mata, ada beberapa model tindikan yang populer. Pertama adalah bridge piercing, yakni tindikan yang dilakukan pada kulit di antara tulang hidung paling atas, sejajar dengan ujung mata. Kedua, anti-eyebrow piercing, tindikan yang dilakukan pada kulit tulang pipi bagian atas, tepat berada di bagian bawah garis mata.
Teknik ketiga yang dianggap paling normal adalah spiral eyebrow piercing. Teknik tindik dengan spiral yang dilingkarkan mengelilingi alis. Terakhir, teknik T-eyebrow piercing, menindik dengan teknik vertikal dan horizontal membentuk huruf “T” di area mata atas, tepat di ujung alis.
Tren menghias mata lainnya yang tak kalah ekstrem adalah tato mata. Ia pertama kali diperkenalkan oleh Luna Cobra, seniman modifikasi tubuh dari Australia. Prosedurnya dilakukan dengan menyuntikkan tinta berwarna ke dalam lapisan tipis konjungtiva atau bagian putih mata. Penyuntikan dilakukan beberapa kali sehingga tinta menyebar dan memenuhi bagian putih pada mata. Dengan tato mata ini, Anda akan mendapatkan bagian mata yang berwarna putih berubah berwarna-warni secara permanen.
Terakhir yang paling anyar adalah menempatkan payet beraneka bentuk pada lapisan putih mata. Dalam rekam gerak yang diunggah Fox, seorang dokter tengah merobek jaringan tipis sklera mata pasien perempuan menggunakan pisau bedah. Pelan-pelan ia melakukan prosedur itu, dibantu dengan sebuah lensa pembesar untuk melihat detail tindakan yang ia lakukan.
Setelah lapisan sklera terbuka, sang dokter, Emil Chynn dari Park Avenue Laser Vision, Amerika Serikat menempatkan sebuah platinum di dalamnya dan menutup kembali jaringan tersebut. Kini, kliennya Lucy Luckayanko, memiliki ornamen hati menempel di ujung area putih mata kanannya. Prosedur itu dilakukan Chynn tak kurang dari satu menit dengan biaya yang dipatok sebesar $3.000.
“Aksesori ini akan jadi perbincangan. Saya bisa pamer karena keunikan yang saya miliki,” ujar Luckayanko kepada Fox.
Luckayanko menjadi pasien pertama Chynn yang berani mengambil keputusan gila demi mempercantik matanya. Untuk menempatkan platinum berukuran 3,5 mm di mata gadis itu, Chynn harus menyuntikkan obat bius ke bagian mata terlebih dulu. Kemudian sayatan kecil dibuat pada bagian antara sklera dan konjungtiva untuk memberi ruang peletakan aksesoris.
Risiko Kesehatan
Meski ragam teknik ekstrem merias mata tersebut sekitar terlihat unik. Namun, ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang benar-benar memutuskan melakukan tindakan tersebut. Pertama, untuk teknik tindikan, dokter spesialis mata Gitalisa Andayani mengingatkan adanya risiko infeksi.
Jika alat yang dipakai tidak steril, bakteri dapat masuk saat proses tindikan berlangsung. Hal tersebut dapat membikin pembengkakan pada kulit yang ditindik, timbul nanah, sensasi terbakar, nyeri, bahkan demam. Begitu juga dengan praktik menyisipkan perhiasan di jaringan mata.
Contoh akibat dari tren ekstrem mempercantik mata dialami Catt Gallinger. Gadis ini hampir menderita kebutaan akibat tato mata yang ia jalani. Artis tato yang melakukan prosedur tato mata padanya menggunakan jarum besar dan menusukkan tinta terlalu dalam ke area mata. Akibatnya, mata Gallinger bengkak, tak bisa terbuka, dan meneteskan tinta ungu selama beberapa hari.
“Pada dasarnya tindakan menindik, implan dsb, memang di luar tindakan medis, yang dapat melukai mata dan sekitarnya tidak baik dan berisiko menyebabkan infeksi,” kata Gitalisa kepada Tirto.
Bahkan, lanjutnya, tindakan kecil seperti tidak membersihkan maskara atau make up sekitar mata saja bisa membuat hal fatal seperti kebutaan. Kondisi ini juga pernah dialami Theresa Lynch dari Australia yang pernah hampir kehilangan penglihatan akibat terlalu malas membersihkan maskara selama 25 tahun.
Cosmopolitan menceritakan bahwa sisa-sisa maskara menempel di bawah kelopak mata Lynch membuat iritasi, dan bengkak. Ia pun harus menjalani prosedur operasi selama 90 menit untuk mengangkat partikel maskara yang menumpuk satu sama lain.
"Hati-hati, jangan kontak dengan bola mata. Sisa make up berpotensi menyebabkan blefaritis (peradangan pada kelopak mata) yang tentu mengganggu."
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat kepada Fox juga menyatakan tidak ada bukti cukup sebagai pendukung keamanan atau nilai terapeutik dari prosedur tersebut. Mereka menyarankan masyarakat untuk menghindari menempatkan materi atau benda asing yang tidak disetujui FDA.
“Dapat berisiko menyebabkan jaringan parut, bakteri juga bisa masuk di bawah konjungtiva, merusak penglihatan atau mengikis sklera,” ungkap Wayne Bizer, D.O., dokter mata dari Ft. Lauderdale, Florida
Sekarang semua bergantung pada Anda, tentu sah-sah saja memilih tampil “beda” untuk menjadi pusat perhatian. Namun, jangan abaikan risiko kesehatan yang mungkin ditanggung seumur hidup.
Editor: Maulida Sri Handayani