tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, cadangan bijih bauksit Indonesia saat ini mencapai 3,2 miliar ton. Hal ini menjadikan cadangan bauksit dalam negeri terbesar keenam di dunia.
"Ketahanan daripada bauksit kita antara 90 tahun sampai 100 tahun, masih cukup reserve yang ada," kata Airlangga dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Airlangga menyebut, larangan ekspor dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan semata-mata karena cadangan bauksit Indonesia yang menipis. Melainkan untuk meningkatkan industri olahan sumber daya alam dalam negeri.
Dia mengklaim, industri pengolahan bauksit dalam negeri juga sudah sangat siap. Setidaknya, saat ini sudah ada empat fasilitas pemurnian bauksit yang masih bisa digunakan dengan kapasitas sebesar 4,3 juta ton.
"Selain itu pemurnian bauksit dalam tahap pembangunan itu kapasitas inputnya adalah 27,41 juta ton dan kapasitas produksinya 4,98 juta ton atau mendekati 5 juta ton," imbuhnya.
Lebih lanjut, nantinya bijih bauksit yang tak diimpor ini akan diolah dan masuk ke alumina. Setelah itu, akan menjadi aluminium atau pemurnian aluminium ingot.
"Dari situ akan turun keturunannya dalam bentuk batangan atau dalam bentuk flat. Tentu nanti akan turun lagi dalam bentuk industri yang sekarang sudah punya ekosistem yaitu industri permesinan industri konstruksi," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang ekspor bijih bauksit. Kebijakan tersebut berlaku mulai Juni 2023 mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, larangan eskpor bijih bauksit tersebut akan menguntungkan Indonesia. Terutama dapat menghemat devisa sebesar 2 milar dolar AS atau sekitar Rp31,16 triliun.
"Sekarang jumlah daripada impor aluminium oleh Indonesia itu 2 miliar dolar AS tentu dengan adanya pabrik berproses di Indonesia 2 miliar dolar AS ini menjadi penghematan devisa," kata Airlangga dalam Konferensi Pers, di Istana Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Pelarangan ekspor diberlakukan bagi seluruh bauksit mentah hingga bauksit yang telah dicuci. Dia menjelaskan, bauksit mentah akan diproses menjadi alumina. Dari alumina akan masuk menjadi aluminium.
Menurutnya nilai ekspor bauksit hasil pencucian dapat dikompensasi dari investasi dan penghematan devisa impor aluminium. Di mana, nilai ekspor bauksit setelah dicuci hanya mencapai 500 juta dolar AS hingga 600 juta dolar AS per tahun.
Adanya perencanaan larangan ekspor bauksit mentah diklaim Airlangga tidak akan mengganggu supply chain negara lain. Sebab negara pengimpor bauksit mentah masih bisa mendapatkan sumber dari negara lain.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang