Menuju konten utama

Bungkuk Karyawan PT KAI, Bungkuk Hormat ala Jepang?

Salam hormat itu harus dilakukan pada semua karyawan KAI yang sedang berada dalam peron.

Bungkuk Karyawan PT KAI, Bungkuk Hormat ala Jepang?
Sejumlah pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop IV Semarang melakukan upacara Salam Greeting kepada penumpang Kereta Api (KA) Argo Muria saat memperingati Hari Pelanggan 2018 di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/9). Pada peringatan hari pelanggan bertema 'Pemimpin Yang Melayani Pelanggan' itu PT KAI Daop IV Semarang membagikan sekitar 10.000 bingkisan kepada penumpang KA. ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc/18.

tirto.id - Sebuah video yang diunggah di akun Twitter @MerryMP pada tanggal 20 Oktober 2018 menyebar viral di dunia maya. Video berdurasi 36 detik tersebut memperlihatkan porter di sebuah stasiun kereta api berdiri menunduk di peron, menghadap ke arah kereta yang meninggalkan stasiun.

Dalam video tersebut, pengunggah video memberikan keterangan: “Sedih liatnya. Manusia itu setara. Ngga perlu ada yg harus nunduk2 begini. Kecuali ke ortunya. @KAI121 sebaiknya hentikan prosedur ini.”

Akun tersebut memberikan keterangan lanjutan: “Mending kalo yg dihormati itu tau diri. Seringnya kan ngga. Lebih baik seremoni perpisahannya diubah jadi dadah2 sambil senyum.”

Video tersebut, hingga laporan ini ditulis, telah ditayangkan lebih dari 200 ribu kali dan dibagikan ulang lebih dari 3.000 kali dan menimbulkan perdebatan di dunia maya, seperti ditunjukkan salah satu cuitan di bawah ini.

"Halo, sebagai pengguna Japan Railway reguler ini agak menyimpang dari SOP ya. Gambar itu bentuk hormat antara dua org yg berhadapan langsung. Untuk SOP semua pegawai kereta di Jepang akan menunduk hormat ketika kereta sudah meninggalkan stasiun."

Menanggapi hal tersebut, Kepala Humas PT KAI Agus Komaruddin mengatakan bahwa gestur hormat tersebut pertama kali dilaksanakan saat angkutan lebaran 2018 di Daop 1 Jakarta, khusus untuk kereta api jarak jauh.

“Sebenarnya pertama kali dilaksanakan pas angkutan lebaran di Daop 1 Jakarta ya. Tapi itu sudah dari jajaran direksi kami, sudah memberikan aturan terkait dengan gestur tersebut [pada] 14 Agustus untuk dilaksanakan di beberapa stasiun. Dan itu yang melakukan enggak hanya porter. Cuma kok yang ke-shoot hanya porter. Dari komisaris juga ada,” ungkap Agus.

Agus menjelaskan salam hormat tersebut wajib dilakukan oleh semua orang KAI, baik jajaran direksi, karyawan, maupun porter yang saat keberangkatan kereta api sedang berada di peron.

“Ketika yang terlibat di situ, kebetulan berada di peron, mereka melakukan salam hormat seperti itu. Kan [itu] salam hormat. Kadang masuk mal ada salam hormat, selamat jalan, selamat beraktivitas kembali. Masuk hotel kan juga ada,” kata Agus.

Menurutnya, tak masalah jika salam hormat tersebut tak berbalas.Salam hormat, lanjutnya, adalah ciri khas PT KAI sebagai bentuk service excellent kepada pengguna jasa.

Bentuk Hormat ala Jepang

Merespons unggahan video tersebut, ada beberapa warganet yang mengaitkan gestur porter yang tampak itu dengan salam yang biasa dilakukan oleh orang di Jepang.

Bagaimana pelaksanaan membungkuk di stasiun kereta di sana? Seperti ditulis ABC News, para kondektur kereta akan membungkuk ke penumpang saat mereka memasuki gerbong kereta. Bahkan, mereka akan meminta maaf berulang-ulang ketika kereta api terlambat meski hanya beberapa detik, atau bahkan ketik kereta datang terlalu cepat.

Soal ini juga ditulis Mariko Kato dalam artikel berjudul “Japan Life: Etiquette by the Numbers” yang diterbitkan The Japan Times. Dalam artikel itu, Kato menyebutkan tentang kebiasaan membungkuk.

“Membungkuk 45 derajat adalah kebiasaan ketika bertemu dengan seseorang yang dihormati, atau menunjukkan rasa syukur atau meminta maaf,” tulis Kato.

Sementara itu, gestur membungkuk yang membentuk busur 30 derajat biasanya digunakan oleh pekerja toko untuk menyapa pengunjung atau bisa juga dilakukan kepada orang yang baru pertama dikenali. Namun, dalam suasana non-formal, orang Jepang cukup membungkuk membentuk busur 15 derajat.

Infografik Tunduk Tanda hormat

Dosen pada Jurusan Sastra Jepang Universitas Diponegoro, Budi Mulyadi, juga mengatakan bahwa membungkukkan badan atau ojigi merupakan hal biasa di Jepang.

“Sebenarnya membungkukkan badan itu ada fungsinya masing-masing dan cara membungkuknya berbeda-beda. Yang pertama, membungkukkan badan itu fungsinya untuk menghormati orang lain. Orang Jepang itu kan tidak melakukan salaman, enggak seperti kita. Cara untuk menghormati orang lain dengan membungkukkan badan,” kata Budi.

Selain itu, membungkukkan badan juga dilakukan ketika meminta maaf, dengan posisi membungkuk hampir 45 derajat. Di Jepang, petugas penyedia jasa juga terbiasa melakukan salam hormat kepada pelanggannya. Hal itu dilakukan oleh, misalnya, petugas kereta api, sopir taksi, operator bus, penjaga toko.

“Di Jepang sama, karena semua petugas kereta itu sangat menghormati para penumpang sebagai tamu mereka, kan mereka mendapat penghasilan dari tiket yang dibeli dari para penumpang. Untuk menunjukkan rasa hormatnya, mereka menghormati bukan keretanya, tapi untuk orang-orang di dalam keretanya, sebagai ucapan terimakasih karena telah menggunakan fasilitas kereta api mereka,” ujar Budi.

Menurut Budi Mulyadi, budaya membungkuk di Jepang tetap dilakukan meski ada yang mengkritiknya, sebab penyedia jasa di Jepang menganggap bahwa pembeli adalah raja. Jika mereka tak membungkukkan badan kepada pelanggan, lanjut Budi, mereka akan dianggap tidak sopan.

Seperti apa kritik terhadap praktik membungkuk ini? Dikutip Japan Today, beragam komentar muncul terhadap perilaku petugas kebersihan kereta yang membungkuk kepada penumpang. Yang setuju, misalnya, mengatakan bahwa tindakan itu merupakan tanda petugas menghargai orang lain dan negara Barat mesti banyak belajar dari praktik itu.

Di sisi lain, ada pula yang mengkritiknya. "Hal aneh dari budaya Jepang," kata seorang komentator. Komentator lain mengatakan praktik itu berlebihan, meski di saat yang sama ia menganggap praktik itu bagus. Kurang-lebih, kontroversinya hampir sama dengan pro-kontra yang mempersoalkan praktik karyawan KAI.

Baca juga artikel terkait KERETA API atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani