Menuju konten utama

Bulog Pastikan Stok Daging Kerbau Aman Sampai Lebaran

Djarot sendiri menambahkan jumlah daging kerbau impor saat ini besaran stoknya telah melebihi daging sapi impor.

Bulog Pastikan Stok Daging Kerbau Aman Sampai Lebaran
Pedagang menata daging sapi dagangan di los daging, Pasar Kramat Jati, Jakarta, Senin (29/5). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan stok daging kerbau cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Lebaran mendatang. Seperti diungkapkan Djarot, jumlah stok daging kerbau saat ini telah mencapai 33.800 ton.

Lebih lanjut, Djarot mengatakan dalam waktu dekat ini pemerintah akan menambah stok daging kerbau yang berasal dari India tersebut. “Ada, kalau nggak salah 5.000 ton. Itu nanti bulan depan,” ujar Djarot saat dijumpai di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, pada Rabu (7/6/2017) kemarin.

“Iya, dari India. Soalnya kalau daging kerbau yang dari Australia mahal,” kata Djarot menambahkan.

Djarot sendiri menambahkan jumlah daging kerbau impor saat ini besaran stoknya telah melebihi daging sapi impor. “Untuk daging sapi impor itu kecil (jumlahnya), hanya sekitar 200 ton,” ungkap Djarot.

“(Yang telah digelontorkan) bulan ini mungkin ada sekitar 7.000–8.000 ton, harusnya lebih banyak lagi (yang digelontorkan) bulan ini,” kata Djarot lagi.

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian Banun Harpini memastikan daging kerbau yang masuk ke Indonesia sudah aman untuk dikonsumsi. “Nggak ada masalah dengan daging kerbau (impor),” ucap Banun kepada Tirto di kantornya, Kamis (8/6/2017) pagi.

“Karena kalau ada apa-apa, nanti karantina yang ada di garda terdepan yang disalahkan. Jadi sebelum ada kebijakan soal daging kerbau, kami telah mengupayakan berbagai cara agar di negara asalnya sana juga dapat dikendalikan,” ujar Banun.

Adapun Banun menuturkan pihaknya telah menyusun sejumlah persiapan sebelum daging kerbau didistribusikan kepada masyarakat.

“Kita pun melakukan pemantauan dengan ketat pasca-masuknya ke Indonesia. Kita ikuti alur distribusinya dan beberapa kali juga kita ambil sampel untuk diuji, ada tidaknya indikasi-indikasi daging kerbau terkena penyakit,” tutur Banun.

Masih kepada Tirto, Banun pun menjelaskan resiko adanya penyakit di daging kerbau sama rendahnya dengan risiko di daging sapi impor.

“Apalagi impor daging kerbau dari India ini baru pertama kali, jadi kita pengawasannya juga lebih ketat. Analisis resikonya dilakukan secara lebih intensif,” kata Banun lagi.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution telah mengungkapkan bahwa impor daging kerbau dari India tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menyetarakan harga daging di Indonesia dengan di luar negeri.

Menurut Darmin, langkah tersebut akhirnya diambil, di samping pemerintah juga melakukan sejumlah upaya lain seperti pengembangan dan penggemukan.

“Harga daging kita relatif tinggi apabila dibandingkan negara lain. Karena jangan sampai harga daging di Jakarta itu jauh lebih mahal dari Singapura. Itu sudah nggak betul,” kata Darmin di Museum Kebangkitan Nasional, pada 30 Mei lalu.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari