Menuju konten utama

Manfaat Buku Cerita untuk Bantu Anak Hadapi Pandemi Corona COVID-19

Buku cerita dipercaya mambu membantu anak menghadapi Covid-19. Berikut selengkapnya tentang manfaat membaca buku.

Manfaat Buku Cerita untuk Bantu Anak Hadapi Pandemi Corona COVID-19
Ilustrasi Ibu dan anak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Buku cerita dipercaya mambu membantu anak menghadapi Covid-19. Melakukan karantina diri selama pandemi corona, terlebih dalam waktu yang lama pasti menimbulkan kebosanan, tak terkecuali pada anak-anak.

Bila orang dewasa gampang mencari hal-hal yang bisa menghilangkan kebosanan, anak-anak tidak demikian. Mereka membutuhkan bimbingan dan pendampingan orang tua dalam menghadapi keadaan ini.

Tips Mengasuh Anak di Tengah Ancaman Covid-19

Orang tua harus mampu mencari kegiatan-kegiatan yang berbeda setiap harinya untuk menghindari kebosanan dan stres pada anak-anak. UNICEF menulis beberapa kiat pengasuhan anak di tengah wabah virus corona (COVID-19) di antaranya:

  • Menghabiskan waktu secara intens dengan masing-masing anak;
  • Tetap berusaha melakukan hal-hal yang positif;
  • Membuat jadwal perencanaan kegiatan sesuai keinginan anak;
  • Menghindari perilaku kurang baik;
  • Tetap tenang dan mampu mengelola stres;
  • Mendiskusikan dan memberi pemahaman kepada anak mengenai COVID-19.

Mendukung salah satu kiat pengasuhan anak dari UNICEF selama pandemi corona, pada tanggal 9/4 Inter-Agency Standing Committee (IASC), merilis sebuah buku cerita berjudul "Pahlawanku adalah Kamu, Bagaimana anak-anak bisa bertarung melawan COVID-19!".

Buku yang terbit dalam bentuk online dan audio sebanyak 22 halaman ini dapat dibaca oleh anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun. Narasi di dalam buku ini, dilengkapi dengan gambar karikatur untuk mempermudah anak-anak memahami maksud dari pesan di dalamnya.

Beberapa pesan dalam buku ini adalah mengenai bagaimana anak-anak dapat melindungi diri mereka sendiri, keluarga dan teman-teman mereka dari corona dan bagaimana mengelola emosi yang sulit ketika dihadapkan dengan kenyataan baru dan cepat berubah.

Inter-Agency Standing Committee (IASC) menerbitkan buku ini dengan tujuan membantu anak-anak memahami dan mencapai kesepakatan tentang hal-hal yang boleh dan tidak dilakukan pada saat menghadapi pandemi COVID-19.

Penerbitan buku ini tidak dilakukan sendiri oleh IASC dan berkolaborasi dengan lebih dari 50 organisasi di sektor kemanusiaan, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, Perserikatan Bangsa-Bangsa Komisaris Tinggi untuk Pengungsi, Federasi Internasional Palang Merah dan Masyarakat Bulan Sabit Merah dan Save the Children.

Perilisan buku ini sekaligus menjadi proyek kolaborasi unik pertama IASC Bidang Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial dalam Pengaturan Darurat, dengan badan-badan PBB, organisasi non pemerintah nasional dan internasional dan lembaga internasional yang menyediakan layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial dalam keadaan darurat.

Buku ini tercipta dari sebuah proses yang panjang salah satunya berasal lebih dari 1.700 cerita dari anak-anak, orang tua, pengasuh dan guru dari seluruh dunia yang berbagi tentang bagaimana mereka mengatasi pandemi COVID-19.

Cerita yang diberikan IASC bisa dijadikan masukan bagi penulis naskah dan ilustrator Helen Patuck dan tim proyek dalam memastikan bahwa cerita dan pesan-pesan yang ada dalam buku ini selaras dengan anak-anak dari berbagai latar belakang dan benua yang berbeda.

Agar dapat menjangkau sebanyak mungkin anak di belahan dunia, IASC memberikan terjemahan buku ini dalam enam versi bahasa yang dirilis per tanggal 9/4 dan lebih dari 30 bahasa lainnya akan terbit dalam beberapa waktu ke depan. Melalui laman resminya, WHO memberikan link bagi Anda yang ingin mengunduh buku ini. (Buku Pahlawanku adalah Kamu).

Manfaat Membaca Buku

Membaca buku ternyata bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental Anda, dan manfaat tersebut dapat bertahan seumur hidup. Berikut berbagai macam manfaat membaca buku untuk kesehatan.

1. Membaca memperkuat otak Anda

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di ncbi menunjukkan bahwa membaca benar-benar bisa mengubah pikiran Anda.

Dengan menggunakan pemindaian MRI, para peneliti telah mengonfirmasi bahwa membaca melibatkan jaringan sirkuit dan sinyal yang kompleks di otak.

Saat kemampuan membaca Anda matang, jaringan tersebut juga menjadi lebih kuat dan lebih canggih. Dalam satu studi yang dilakukan pada 2013, para peneliti menggunakan pemindaian MRI fungsional untuk mengukur efek membaca novel di otak.

Peserta dalam penelitian tersebut membaca novel "Pompeii" selama 9 hari. Saat ketegangan dibangun dalam cerita, semakin banyak area otak yang menyala dengan aktivitas.

Pemindaian otak menunjukkan bahwa selama periode membaca dan berhari-hari setelahnya, konektivitas otak meningkat, terutama pada korteks somatosensori, bagian otak yang merespons sensasi fisik seperti gerakan dan nyeri.

Sementara itu, para dokter di Cleveland Clinic merekomendasikan agar orang tua membaca bersama anak-anak mereka sejak masa bayi dan berlanjut hingga tahun-tahun sekolah dasar.

Membaca bersama anak-anak Anda membangun asosiasi yang hangat dan bahagia dengan buku, meningkatkan kemungkinan anak-anak akan menganggap membaca itu menyenangkan di masa depan.

Membaca di rumah meningkatkan kinerja sekolah di kemudian hari. Ini juga meningkatkan kosakata, meningkatkan kepercayaan diri, membangun keterampilan komunikasi yang baik, dan memperkuat mesin prediksi yaitu otak manusia.

2. Meningkatkan kemampuan untuk berempati

Berbicara tentang merasakan sakit dan empati, penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang membaca fiksi sastra - cerita yang mengeksplorasi kehidupan batin karakter - menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi untuk memahami perasaan dan keyakinan orang lain.

Peneliti menyebut kemampuan ini sebagai "theory of mind" atau "teori pikiran", yaitu seperangkat keterampilan yang penting untuk membangun, mengarahkan, dan memelihara hubungan sosial.

Meskipun satu sesi membaca fiksi sastra tidak mungkin memicu perasaan empati ini secara instan, tetapi penelitian menunjukkan bahwa pembaca fiksi jangka panjang cenderung memiliki teori pikiran yang berkembang lebih baik.

3. Mengurangi stres

Dilansir laman Healthline, pada 2009 sekelompok peneliti mengukur efek yoga, humor, dan membaca terhadap tingkat stres siswa yang menuntut program ilmu kesehatan di Amerika Serikat.

Studi tersebut menemukan bahwa 30 menit membaca menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan perasaan tertekan psikologis yang efektifnya sama dengan yoga dan humor.

Para penulis menyimpulkan, “Karena batasan waktu adalah salah satu alasan yang paling sering dikutip untuk tingkat stres yang tinggi yang dilaporkan oleh mahasiswa ilmu kesehatan, 30 menit dari salah satu teknik ini dapat dengan mudah digabungkan ke dalam jadwal mereka tanpa mengalihkan banyak waktu dari studi mereka.”

4. Membantu tidur lebih nyenyak

Dokter di Mayo Clinic menyarankan membaca sebagai bagian dari rutinitas sebelum tidur yang teratur.

Guna mendapatkan hasil terbaik, Anda mungkin bisa memilih membaca buku cetak daripada membaca di layar, karena cahaya yang dipancarkan oleh perangkat Anda dapat membuat Anda tetap terjaga dan menyebabkan hasil kesehatan yang tidak diinginkan lainnya.

Dokter juga menganjurkan agar Anda membaca di tempat lain selain kamar tidur Anda jika Anda sulit tidur.

5. Membantu meringankan gejala depresi

Filsuf Inggris Sir Roger Scruton pernah menulis, “Consolation from imaginary things is not an imaginary consolation” atau "Penghiburan dari hal-hal imajiner bukanlah penghiburan imajiner."

Orang dengan depresi sering merasa terisolasi dan terasing dari orang lain, dan itu adalah perasaan yang terkadang bisa dikurangi oleh buku.

Membaca fiksi memungkinkan Anda untuk sementara waktu melarikan diri dari dunia Anda sendiri dan terhanyut dalam pengalaman khayalan para karakter.

Itulah mengapa United Kingdom’s National Health Service mulai menjalankan program Reading Well, yaitu sebuah program yang merekomendasikan buku yang telah dikurasi oleh ahli medis khusus untuk kondisi tertentu.

Baca juga artikel terkait CERITA ANAK atau tulisan lainnya dari Cornelia Agata Wiji Setianingrum

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Cornelia Agata Wiji Setianingrum
Penulis: Cornelia Agata Wiji Setianingrum
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Yulaika Ramadhani