tirto.id - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengungkapkan deflasi pada April 2016 yang sebesar 0,45 persen merupakan yang tertinggi sejak tahun 2000, hanya kalah dari deflasi April 1999 yang waktu itu tercatat 0,68 persen.
"Kalau kita lihat, ini yang paling tinggi deflasinya sejak tahun 2000an, hanya kalah dari deflasi April 1999 yang waktu itu tercatat 0,68 persen," ujar Suryamin, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, (2/5/2016), sambil menambahkan bahwa biasanya pada April terjadi inflasi maupun deflasi tipis.
Menurut Kepala BPS tersebut, harga komoditas pangan yang terkendali menjadi penyebab utama terjadinya deflasi pada April. "Banyak harga komoditas yang turun, seperti padi-padian termasuk beras, daging, ikan segar, ikan olahan, telur dan bumbu-bumbuan," ujar Suryamin.
Dengan tingkat deflasi tersebut, maka inflasi tahun kalender Januari-April 2016 tercatat 0,16 persen dan laju inflasi secara tahunan (year-on-year) sebesar 3,6 persen. Sedangkan, inflasi inti pada April 2016 tercatat mencapai 0,15 persen, dan inflasi inti secara tahunan (year-on-year) sebesar 3,41 persen.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, komponen yang menyumbang deflasi pada April adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar 1,6 persen, kelompok bahan makanan sebesar 0,94 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,13 persen.
"Kelompok transpor menyumbang deflasi karena adanya penurunan tarif angkutan dalam dan luar kota," kata Suryamin.
Sementara, kelompok yang masih mengalami inflasi yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,35 persen, kelompok kesehatan 0,31 persen, kelompok sandang 0,22 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen.
Dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK), sebanyak 77 kota menyumbang deflasi dan hanya lima kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi tercatat di Sibolga sebsar 1,79 persen, sementara deflasi terendah tercatat di Singaraja sebesar 0,06 persen.
"Dari 23 kota yang tercatat di Sumatera, dan 26 kota di Jawa, seluruhnya menyumbang deflasi pada April," jelas Suryamin.
Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebear 0,45 persen dan inflasi terendah di Banjarmasin sebesar 0,04 persen, katanya.(ANT)
Penulis: Yantina Debora
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara