tirto.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan aktivitas vulkanis Gunung Merapi masih cukup tinggi. Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi 2021.
"Ini baru awal indikasi proses ekstrusi magma yang akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi," ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam konferensi pers daring, Selasa (5/1/2021).
Hanik juga mencatat dalam waktu satu hari terakhir telah terjadi guguran lava pijar sebanyak 40 kali. Meski demikian status Gunung Merapi belum berubah dari Siaga (Level III).
"Status itu berdasarkan ancaman kepada penduduk. Sekarang lava pijar yang terjadi reruntuhan sekitar 150 meter. Ancaman itu belum ada dan belum sampai ke penduduk," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia sekaligus mengklarifikasi bahwa BPPTKG tidak pernah menyebut potensi letusan Gunung Merapi kali ini akan lebih besar ketimbang letusan pada 2010.
Ia merekomendasikan agar pemerintah daerah yakni Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, untuk mempersiapkan upaya mitigasi bencana letusan yang bisa terjadi kapan saja.
Termasuk meminta sejumlah aktivitas yang berada di dekat lokasi dihentikan. Begitu juga dengan aktivitas pariwisata dan pendakian ke Gunung Merapi untuk dihentikan.
"Penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan dihentikan," ujarnya.
Hasil pengamatan BPPTKG mendeteksi adanya rona sinar dari puncak Gunung Merapi pada Senin (4/1/2021) pukul 19.52 WIB yang diduga kuat merupakan guguran lava pijar.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan guguran yang diikuti rona cahaya di puncak Gunung Merapi tersebut terpantau dari kamera CCTV di sisi barat daya Gunung Merapi dan kamera thermal di stasiun Panguk. Video dari CCTV mode nightview menampilkan pendaran sinar yang diduga adalah lava pijar.
Hasil pengamatan ini didukung dengan foto DSLR petugas pengamatan dan foto dari Pos Kaliurang yang menunjukkan rona merah di lokasi yang sama. Sinar yang sama kata Hanik juga pernah muncul beberapa hari sebelumnya.
"Sinar yang teramati sebelumnya yaitu pada tanggal 31 Desember 2020 pukul 21.08 WIB, bisa jadi merupakan indikasi awal akan munculnya api diam dan lava pijar," ujar Hanik.
Analisis yang disampaikan Hanik tersebut didukung data pengamatan pada waktu yang hampir bersamaan munculnya rona sinar di puncak Merapi. Dari pengamatan kejadian tersebut, jaringan seismik Gunung Merapi merekam gempa guguran.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri