Menuju konten utama

Boeing 737 Max 8 Jatuh: Pertarungan Boeing-Airbus di Lantai Bursa

Kecelakaan Boeing 737 Max 8 memberikan sentimen positif bagi Airbus, dan pasar "menghukum" Boeing.

Boeing 737 MAX 8 sedang dibangun untuk Oman Air yang diparkir di Pabrik Perakitan Renton Boeing Co. di Renton, Washington. AP / Ted S. Warren

tirto.id - Saat Boeing 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines jatuh, Cina langsung bereaksi mengandangkan pesawat-pesawat seri sejenis dari wilayah udara mereka. Sementara itu, Amerika Serikat, sempat bersikeras tak ikut-ikutan, di tengah kekhawatiran pelaku dunia penerbangan dalam kasus kecelakaan yang mirip dengan Boeing 737 Max 8 milik Lion Air pada enam bulan lalu.

Namun, Amerika akhirnya goyang juga setelah banyak dapat tekanan. Presiden Donald Trump dan Boeing, sebagai produsen pesawat yang bermarkas di Chicago, Illinois, AS, setuju untuk menangguhkan sementara operasional 371 armada global jenis Boeing 737 MAX. Keputusan tersebut diambil setelah manajemen Boeing berkonsultasi dengan otoritas penerbangan Amerika atau Federal Aviation Administration (FAA), Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (National Transportation Safety Board/ NTSB) serta sejumlah pelanggan Boeing.

“Kami melakukan yang kami bisa untuk mengetahui penyebab kecelakaan dan bekerjasama dengan pihak penyelidik, meningkatkan keselamatan dan memastikan kecelakaan tidak akan terulang lagi,” kata Dennis Muilenburg, Presiden Direktur sekaligus CEO Boeing dalam keterangan resminya pada 13 Maret 2019 atau dua hari pasca kecelakaan.

Keputusan Trump berdampak pada penurunan harga saham Boeing, menjadi $367,52 per unit saham pada jam 14.30 waktu setempat, 13 Maret 2019. Posisi saham Boeing sebelumnya berada di kisaran $373,58 pada jam 14.20 dan $370,27 pada jam 14.25 waktu setempat.

Sejak peristiwa kecelakaan, saham Boeing di NYSE memang terjun payung. Padahal, perdagangan akhir pekan, Jumat (8/3/2019) atau sebelum kecelakaan Ethiopian Airlines, harga saham Boeing sempat dibuka di kisaran $416,77 per unit saham dan ditutup di level $422,54 per unit saham.

Namun harga saham langsung terjun payung pada perdagangan Senin (11/3/2019), di mana saham Boeing dibuka dengan harga $371,27 per unit saham. Saham Boeing meninggalkan titik psikologis level $400 per unit saham, di mana pada perdagangan Selasa, Rabu dan Kamis, hanya ditutup masing-masing di kisaran $375,41, $377,14 dan $373,30 per unit saham.

Hingga penutupan perdagangan Jumat (15/3) harga saham Boeing ditutup $370, masih belum menyentuh kembali ke angka $400, apalagi bisa menyentuh posisi tertinggi seperti yang tertoreh pada 1 Maret 2019 yang diperdagangkan pada kisaran $440,79 per unit saham. Sepanjang Maret, saham BA di bursa NYSE sudah terpangkas 17 persen.

Rajeev Lalwani, analis Morgan Stanley dalam catatan yang diterbitkan Rabu (13/3) menyebutkan, meski larangan terbang varian pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 dan MAX 9 bersifat sementara, volatilitas harga saham Boeing bisa berlanjut akibat penyusutan maupun pembatalan pembelian unit pesawat dari para pembeli.

Namun, proses pesanan unit burung besi yang bersiklus panjang dan terikat kontrak, memang menyulitkan pembeli untuk beralih pabrikan misalnya saja kepada Airbus. Oleh karena itu, menurut Morgan Stanley, Boeing harus segera melakukan tindakan korektif untuk mencegah skenario terburuk berupa pembatalan pembelian unit pesawat dalam jumlah yang masif.

“Pada akhirnya kami berpandangan bahwa implikasi dari larangan terbang ini cenderung berdampak jangka pendek, mungkin beberapa minggu atau bulan, tidak sampai kuartalan ataupun tahunan. Ini tentu sambil terus menunggu kejelasan lebih lanjut tentang keselamatan dan perbaikan yang perlu dilakukan,” tulis Morgan Stanley melansir Business Insider.

Konsekuensi logis dari harga saham yang terpuruk, kapitalisasi pasar Boeing dalam hitungan hari juga terpuruk. Dua hari sebelum terjadi kecelakaan fatal, kapitalisasi pasar Boeing mencapai $238,73 miliar. Angka itu terus susut di pekan ini dengan menyisakan $213,08 miliar pada Rabu (13/3/2019).

Airbus Melejit

Berbanding terbalik, saingan berat Boeing yaitu Airbus seperti mendapat durian runtuh. Karena, kapitalisasi pasar mengalami peningkatan. Per Rabu (13/3/2019), kapitalisasi pasar Airbus malah menembus angka $103,17 miliar. Lebih tinggi dibanding sebelumnya yaitu $97,37 miliar pada Jumat (8/3/2019), $98,61 miliar pada Senin (11/3/2019) dan juga $100,38 miliar pada Selasa (12/3/2019).

Bursa Perancis, tempat Airbus mencatatkan perdagangan juga berakhir di zona hijau pada perdagangan Rabu (13/3). Indeks acuan CAC-40 naik 0,69 persen setara 36,13 poin menjadi 5.306,38 poin. Salah satunya didorong oleh lonjakan saham Airbus. Emiten yang memiliki kode saham AIR:PA ini mengalami kenaikan harga saham sampai dengan 2,01 persen dan ditutup di level 116,88 Euro per unit saham.

Harga saham Airbus terus mengalami kenaikan pasca insiden Boeing Max 8, padahal sempat mengalami penurunan pada perdagangan akhir pekan Jumat (8/3/2019). Pada perdagangan akhir pekan kemarin, harga saham Airbus ditutup di posisi 111,52 per unit saham, lebih rendah dibanding perdagangan Kamis (7/3/2019) yang senilai 112,74 euro per unit saham.

Namun, harga saham produsen burung besi yang berkantor Kota Toulouse, Perancis ini terus mengalami kenaikan sejak perdagangan Senin (11/3/2019) sampai dengan Kamis (14/3/2019). Harga saham Airbus masing-masing adalah 112,96 Euro, 114,58 Euro, 116,88 Euro dan terakhir menyentuh level 117 Euro. Volume perdagangan saham Airbus juga terus meningkat dari 1,22 juta transaksi menjadi 2,33 juta transaksi pada Rabu (13/3/2019).

infografik Pergerakan sahamboeing dan airbus

infografik Pergerakan sahamboeing dan airbus

Atmosphere Research Group dan analis industri perjalanan, Henry Harteveldt sepakat bahwa Boeing dapat kembali bangkit dari keterpurukan saat ini. Syaratnya, harus bergerak cepat. Menurut Henry, jika Boeing menemukan akar masalah dari seri Boeing 737 Max dengan sangat cepat dan mengembangkan serangkaian solusi yang sesuai, maka bisnis produsen pesawat tersebut tidak akan terguncang dalam waktu lama.

“Di titik ini, ada kemungkinan beberapa maskapai penerbangan mungkin mempertimbangkan untuk mengurangi pesanan 737 Max mereka, dan maskapai yang belum melakukan pemesanan perlu diyakinkan bahwa Max aman atau mereka akan membeli dari Airbus,” ucap Henry melansir USA Today.

Potensi absennya Boeing 737 Max di dunia aviasi internasional, Airbus pun mengincar pesanan $600 miliar dari seri Airbus 320. Presiden Perancis Emmanuel Macron bahkan secara aktif mempromosikan Airbus kepada Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan juga pemimpin tertinggi Cina, Xi Jinping.

Boeing memang menjadi penguasa kedirgantaraan dunia. Seluruh unit pesawat yang saat ini mengudara di luar beberapa pesawat berbadan lebar jenis Airbus A350, dikuasai oleh varian Boeing. Bahkan 20 persen dari pasar penerbangan dikuasai oleh jenis 737 Max. Namun pangsa pasar berpeluang direbut oleh Airbus, bila rencana pengalihan pesanan pesawat Boeing 737 Max oleh maskapai penerbangan benar-benar terjadi.

Baca juga artikel terkait BOEING 737 atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Suhendra
-->