tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengaku belum memiliki data pengulangan tsunami untuk memprediksi potensi tsunami 34 meter (m) di selatan Jawa. Mereka menyebut masih harus lebih banyak lagi mengetahui perihal periode ulang tsunami di wilayah tersebut.
Hal ini terkait hasil penelitian terbaru Pepen Supendi dan tim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang potensi tsunami setinggi 34 m akibat gempa megathrust 8,9 magnitudo (M) di selatan Jawa dan barat daya Sumatera.
“Kalau di selatan Jawa, enggak ada yang bisa menjadi dasar temuan berapa periode ulang tsunami yang pernah terjadi di selatan Jawa,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari atau yang akrab disapa Aam ketika dihubungi Tirto pada Kamis (10/11/2022) malam.
Dia menjelaskan, untuk menentukan periode ulang tsunami itu bisa menganalisa karang-karang yang tumbuh sesudah kejadian gempa dan tsunami. Misalnya saat terjadi gempa besar, karangnya naik, ada yang mati sebagian, dan turun lagi.
Lanjut Aam, lalu karang itu tumbuh ke samping. Sehingga siklus karang ini bisa dikaitkan dengan kejadian gempa dan tsunami yang ada.
“Di karang itu ada rekaman tsunami itu,” kata dia.
Aam pun menyebut Peneliti Tsunami Purba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto pernah meneliti soal tsunami sepanjang Jawa hingga Nusa Tenggara. Namun hasil penelitiannya belum dipublikasikan di jurnal internasional.
“Saya sendiri sudah membaca temuan-temuannya Pak Eko Yulianto, [tsunami] ada sekitar 200 tahun yang lalu, ada 400 tahun yang lalu. Secara sekuens, secara general (umum), kita sudah bisa mengira-ngira,” ucap dia.
Akan tetapi, lanjut Aam, hal ini lebih baik jika ada data yang lebih detil dan lebih akurat. Oleh sebab itu, BNPB mencoba memakai global positioning system (GPS) dari pergerakan daratan Pulau Jawa.
“Itu kita coba perkirakan periode ulang dari gempa di selatan Jawa di jurnal yang kita publikasikan di Nature, itu kita keluar angka di sekitar 400 tahunan,” ungkap dia.
Kemudian Aam mengatakan bahwa BNPB telah mengetahui potensi tsunami 34 meter akibat gempabumi megathrust 8,9 M dengan siklus 400 tahun. Meski demikian, mereka belum mengetahui kapan terakhir terjadi gempa sebesar magnitudo tersebut.
“Itu yang belum [kita dapat soal] kapan terakhir terjadi sebesar itu. Itu yang kita belum punya datanya,” ujar dia.
Sementara, dia mengklaim bahwa BNPB sudah memiliki data soal menentukan opsi untuk mitigasi risiko potensi tsunami 34 meter di barat daya Sumatera.
“Kalau barat [daya] Sumatera itu sudah lengkap, itu dari karang yang teliti [Ahli Geologi LIPI] Pak Danny Hilman, sudah lengkap datanya,” jelas Aam.
==========
Naskah ini mengalami perubahan judul pada Jumat, 11 November 2022 pukul 18.10 wib. Sebelumnya judul tertulis "BNPB Belum Miliki Data Mitigasi Risiko Potensi Tsunami di Jawa". Redaksi memohon maaf atas kesalahan tersebut.
Editor: Restu Diantina Putri