tirto.id - Data terbaru tentang jumlah kerusakan fisik akibat gempa Lombok diumumkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Minggu (12/8/2018).
Data sementara milik BNPB itu tersebut menyebut, gempa Lombok telah mengakibatkan kerusakan pada gedung milik 606 sekolah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Sekitar 3.051 ruang kelas di ratusan sekolah itu mengalami kerusakan, 1.460 di antaranya rusak berat.
“Untuk menyelenggarakan sekolah darurat diperlukan 319 unit tenda, dimana 21 tenda sudah terpasang dan kekurangan tenda 298 unit tenda,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran resminya, pada Minggu sore (12/8/2018).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kata Sutopo, sudah mendata kerusakan sarana pendidikan sekaligus mengampanyekan gerakan kembali ke sekolah bagi pelajar di NTB. Untuk memulihkan kerusakan sarana belajar-mengajar akibat gempa Lombok, Kemendikbud berencana mengucurkan dana Rp229,24 miliar.
Kerusakan juga dialami puluhan ribu rumah di NTB. Data yang dihimpun BNPB menyebut, sebanyak 67.875 unit rumah di NTB rusak akibat gempa. Namun, detail jumlah rumah yang rusak berat, sedang dan ringan belum diumumkan.
Pendataan dan verifikasi kerusakan rumah saat ini diprioritaskan. Hal ini agar data kerusakan rumah berdasarkan nama pemilik dan alamat segera bisa ditetapkan oleh bupati atau wali kota di NTB. Lalu, setelah muncul surat keputusan resmi dari pemda, data itu akan diserahkan ke BNPB untuk keperluan penyaluran dana bantuan stimulus perbaikan rumah.
Hingga hari ini, untuk sarana umum, BNPB mencatat terdapat 6 jembatan, 3 rumah sakit, 10 puskesmas, 15 masjid, 50 unit mushola dan 20 unit perkantoran mengalami kerusakan.
Rekomendasi PVMBG untuk Rekonstruksi Usai Gempa Lombok
Kementerian ESDM mengumumkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menyampaikan rekomendasi untuk acuan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Lombok.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Siti Hidayati mengungkapkan ada lima rekomendasi teknis berdasar hasil kajian lembaganya terhadap dampak gempa di Lombok Utara dalam sepekan terakhir.
Pertama, PVMBG menyarankan masyarakat tetap tenang dan waspada menyikapi gempa susulan yang diprediksi terjadi fluktuatif meski dengan skala kekuatan lebih kecil dari sebelumnya.
Kedua, PVMBG menyarankan bangunan vital, strategis dan mengundang konsentrasi banyak orang, dibangun kembali sesuai kaidah bangunan tahan gempa dan memperhatikan zona likuifaksi. Bangunan-bangunan itu seperti gedung sekolah, pasar, perkantoran dan bangunan untuk kepentingan umum lainnya.
Ketiga, PVMBG mengimbau masyarakat tidak mendirikan bangunan pada lokasi endapan aluvial, tanah urug dan lereng terjal yang telah mengalami pelapukan. Sebab, area seperti itu rawan melipatgandakan kekuatan guncangan gempa.
Keempat, PVMBG meminta bangunan yang ada di Desa Sambik Bengkol, Kecamatan Gangga serta Dusun Beraringan, Desa Kayangan dan Desa Selengan, Kecamatan Kayangan, harus digeser sekitar 20 meter dari zona pergeseran dan retakan tanah dalam dimensi besar dan panjang.
Kelima, PVMBG meminta Pemkab Lombok Utara dan Lombok Timur segera merevisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mengikuti peta kawasan rawan bencana geologi terbitan Badan Geologi.
Menteri ESDM Ignasius Jonan juga telah memerintahkan Badan Geologi untuk segera membuat Peta Rawan Bencana terbaru provinsi NTB dan harus selesai pada pekan depan.
Editor: Addi M Idhom