Menuju konten utama

Dampak Gempa Lombok per 12 Agustus: 387 Ribu Warga Masih Mengungsi

BNPB mengumumkan, hingga 12 Agustus 2018, sebanyak 387.067 warga di NTB masih mengungsi di ribuan titik.

Dampak Gempa Lombok per 12 Agustus: 387 Ribu Warga Masih Mengungsi
Seorang pengungsi korban gempa bumi mencuci pakaian mengunakan air dari parit di dekat tempat pengungsian di Desa Santong, Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu (11/8/2018). ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru jumlah warga yang masih mengungsi akibat dampak gempa Lombok. Data itu hasil pembaruan per 12 Agustus 2018 atau tujuh hari setelah gempa 7,0 SR mengguncang Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sekitarnya.

BNPB mengumumkan, data sementara mengenai jumlah pengungsi akibat gempa Lombok mencapai 387.067 orang. Mereka tersebar di ribuan titik pengungsian.

Jumlah sebaran pengungsi terbanyak ada di Kabupaten Lombok Utara, yakni 198.846 orang. Pengungsi lainnya menyebar di Lombok Barat sebanyak 91.372 orang, Kota Mataram 20.343 orang dan Lombok Timur 76.506 orang.

“Bantuan, baik logistik maupun relawan terus berdatangan ke Lombok. Yang menjadi persoalan adalah terbatasnya jumlah kendaraan untuk mengangkut penyaluran logistik,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran resminya, pada Minggu sore (12/8/2018).

Menurut dia, berbagai upaya sudah dilakukan untuk mempercepat proses distribusi bantuan kepada para pengungsi. Banyak relawan sudah dikerahkan untuk pengiriman bantuan. Para kepala desa juga telah dimobilisasi untuk mendata pengungsi, kebutuhannya sekaligus membantu pengiriman bantuan.

“Kepala BNPB telah menyampaikan kekurangan kendaraan untuk mendistribusikan bantuan kepada Menteri Perhubungan, dan akan dibantu menggunakan kendaraan Damri,” ujar Sutopo.

Dia menambahkan, sebanyak 300 unit tenda pengungsi dari BNPB juga telah dibagikan. Begitu juga bantuan tenda dari berbagai pihak lainnya. Namun, belum semua pengungsi memperoleh tenda.

“Dinas Sosial kabupaten di Lombok juga telah mengeluarkan 100 ton beras. Dapur umum lapangan sudah didirikan oleh berbagai pihak dari TNI, Polri, Tagana, BPBD, NGO dan relawan,” kata Sutopo.

Dia mencontohkan dapur umum yang sudah didirikan termasuk yang berada di Kecamatan Tanjung, Bayan dan Pemenang. Satu dapur umum melayani 500-1.500 pengungsi. Sebanyak 20 unit dapur umum yang sudah aktif tercatat mampu memproduksi 19.900 nasi bungkus per hari.

Sutopo menjelaskan suplai beras, sembako dan kebutuhan dasar untuk pengungsi harus tersedia terus mengingat mereka diperkirakan masih akan lama hidup di lokasi pengungsian. Mengenai suplai air bersih, kata dia, permasalahan di lapangan adalah masih terbatasnya tendon, air bersih, MCK portable dan sanitasi.

“Listrik juga belum seluruhnya menyala. Di Kecamatan Gangga Lombok Utara masih gelap gulita saat malam hari,” ujar Sutopo.

Untuk menyediakan penerangan di kawasan yang belum bisa mengakses listrik, sebanyak 200 unit genset sudah disalurkan. 100 unit genset dari BNPB dan 100 lainnya dari swasta.

Sementara mengenai angka kriminalitas yang dilaporkan meningkat drastis di NTB usai gempa 7,0 SR pada tujuh hari lalu, diatasi dengan pengingkatan patroli kepolisian.

“Saat ini jumlah kriminalitas sudah turun 70 persen,” kata Sutopo.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom