tirto.id -
Lilik menjelaskan seperti perempuan yang memiliki anak, secara naluriah seorang ibu akan mengutamakan keselamatan anaknya. Sehingga seorang ibu tidak terlalu mementingkan keselamatan dirinya sendiri.
"Kemudian perempuan hamil, mereka butuh bantuan orang lain untuk menyelamatkan diri. Begitu orang lain tidak ada yang membantu, maka mereka akan rentan jadi korban," ujarnya di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2019).
Untuk mengatasi dan mengurangi angka itu BNPB akan menjadikan perempuan sebagai pelaku dengan cara meng-update informasi dan pengetahuan melalui program Dharma Wanita (DW). Dimana anggota DW ini yang akan dilatih di pusat BNPB dengan tujuan untuk terjun ke daerah-daerah.
"Jadi informasi-informasi mengenai kebencanaan di sekitar wilayah mereka itu akan tahu. Sehingga mereka kalau ketemu akan saling mengobrolkan itu. Ini yang kita harapkan masyarakat bisa mengetahui itu dan membuat rencana terkait (kesiapsiagaan bencana) itu," tandasnya.
Melihat perempuan yang mayoritas menjadi korban, maka BNPB akan mengusung tema 'Perempuan Menjadi Guru' dalam perayaan hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April 2019.
"Maka kami BNPB mengajak setiap tanggal 26 April, itu ada hari kesiapsiagaan bencana. Tahun ini tahun 2019 temanya adalah perempuan menjadi guru, guru siaga bencana, rumah menjadi sekolahnya," kata Lilik.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari