Menuju konten utama

BNN Sebut Pekerja Tambang Jadi Sasaran Empuk Pengendar Narkoba

Para bandar kini mendekati para pekerja tambang sebagai sasaran peredaran narkoba.

BNN Sebut Pekerja Tambang Jadi Sasaran Empuk Pengendar Narkoba
Petugas BNN menunjukkan sejumlah barang bukti pil yang mengandung zat Carisoprodol saat gelar perkara di Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, Senin (24/2/2020). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.

tirto.id - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap fenomena baru dalam penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Para bandar kini mendekati para pekerja tambang sebagai sasaran peredaran narkoba.

"Bahkan pekerja-pekerja perkebunan, pekerja tambang itu sudah hampir semua menggunakan itu. Menurut informasi yang kami dapat dari ini Polda Sumatra Utara masukkan dari beberapa pemilik perkebunan bahwa ada kebocoran kurang lebih 30 sampai 40% hasil perkebunan karena para petaninya, para pekerjanya itu kemudian ditawari atau diberikan narkoba," kata Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) Komjen Pol Marthinus Hukom, dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR RI di Gedung Kompleks Senayan, Jakarta, Senin (10/6/2024).

Marthinus menuturkan para bandar sering menjalankan aksinya dengan melakuan propaganda yaitu jika menggunakan narkoba produktivitasnya meningkat. Modus itu terungkap setelah BNN melakukan audiensi dengan Bupati Kotawaringin Timur.

"Problemnya sama artinya kita tidak lagi melihat narkoba ini milik anak atau apa menjadi domain anak muda anak remaja, tapi hari ini sudah menyasar para perkebun," ucap Marthinus.

Sementara itu, Marthinus mengatakan spirit BNN melawan narkoba melebihi diksi perang. Pasalnya, BNN berusaha membangkitkan kesadaran kolektif masyarakat agar bersama-sama memerangi barang haram itu.

"Mari kita lawan istilah saya itu adalah lawan, pak, lawan mereka bahkan pesan-pesan kami jelas Pak sampai kepada bandar-bandar," kata Marthinus.

Marthinus mengatakan produsen terbesar narkoba di Indonesia dari Myanmar. Para bandar dilindungi oleh kelompok-kelompok militan yang persenjataannya lebih banyak dari militer yang ada di Myanmar.

"Itu tidak terjangkau oleh kita dan inilah yang juga menjadi konsen kita tentang jalur-jalur tikus di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat," ungkap Marthinus.

Baca juga artikel terkait KASUS NARKOBA atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Flash news
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Intan Umbari Prihatin