tirto.id - Joko Budiono, Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteorologi, Klomatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, mengatakan kepada Antara bahwa musim kemarau tahun 2017 ini mundur kurang lebih 1-2 dasarian (10 hari) dari kondisi normal. Sehingga dapat diperkirakan bahwa musim kemarau akan mulai tiba di Kota Pelajar mulai akhir bukan April 2017 dan dimulai dari Gunung Kidul.
"Musim kemarau tahun ini mundur 1-2 dasarian (sepuluh hari) dari kondisi normal," kata , Joko Budiono di Yogyakarta, Minggu (19/2/2017).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, awal musim kemarau akan terjadi secara bertahap mulai dari Gunung Kidul, Kota Yogyakarta, Kulon Progo hingga Sleman bagian utara. Setelah itu, kemarau akan terjadi secara total di DIY mulai Mei hingga Oktober 2017.
"Suatu wilayah dikatakan telah memasuki musim kemarau apabila intensitas curah hujan telah tercatat kurang dari 50 milimeter per dasarian," kata dia.
Menurut Joko pada Maret 2017, curah hujan di DIY mulai mengalami penurunan curah hujan dari rata-rata harian saat musim hujan. Sedangkan masa transisi pergantian musim atau pancaroba baru terjadi pada awal April.
Adapun pada pertengahan Februari hingga 22 Februari, Joko mengatakan, kondisi curah hujan di DIY masih cukup tinggi dengan rata-rata lebih kurang 150 milimeter per minggu.
Selain itu, berdasarkan kondisi dinamika atmosfer laut di DIY saat ini menunjukkan adanya angin baratan di atas Pulau Jawa dan masih terbentuk pola tekanan rendah di Samudera Selatan Indonesia. Kondisi itu berpotensi memicu hujan lebat disertai petir dengan angin kencang mencapai 45 kilometer per jam.
Gelombang laut di Perairan Selatan Yogyakarta selama sepekan ke depan juga diprediksikan masih tinggi dengan ketinggian berkisar 1,25 hingga 2,5 meter.
"Sehingga Pemda DIY dan masyarakat kami harapkan masih tetap meningkatkan kesiapsiagaan dan menyiapkan langkah antisipasi menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi," kata dia.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan