Menuju konten utama

BI Sebut Kerusuhan 21-22 Mei Pengaruhi Pasar Keuangan

Pasar keuangan Indonesia sempat terpengaruh kerusuhan 21-22 Mei 2019, namun masih dalam batas terkendali.

BI Sebut Kerusuhan 21-22 Mei Pengaruhi Pasar Keuangan
Petugas menunjukkan uang rupiah di layanan kas keliling di Monumen Juang, Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/5/2019). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/nz

tirto.id - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyebut, Credit Default Swap (CDS) mengalami perbaikan meski sempat naik beberapa waktu lalu.

CDS selama ini jadi patokan dalam menilai risiko investasi, salah satunya karena digunakan sebagai indikator fundamental yang dicari para fund manager di seluruh dunia. Ketika angkanya naik, maka investasi pada negara tersebut perlu diwaspadai.

Di Indonesia, kata Mirza, hal ini tak lepas dari peningkatan ekskalasi politik tanah air yang berujung pada kerusuhan pada 21-22 Mei di Jakarta.

"Default swap indonesia itu 103. YTD (year to date/setahun terakhir) masih mengalami penurunan basis. Memang beberapa hari, kemarin sempat agak memburuk 5-7 basis poin, bisa dibilang tidak terjadi lonjakan signifikan," ujar dia di kompleks BI, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2019).

Meski demikian, menurut Mirza, faktor utama yang mempengaruhi pasar keuangan Indonesia lebih dominan dari eksternal. Sebab, selain CDS, nilai tukar rupiah dan imbal hasil (yield) juga jadi indikator yang diperhatikan investor.

"Hari ini kan rupiah itu relatif stabil, menguat 0,7 persen. YTD juga 0,7 persen. Rp14.375-Rp14.385. Jadi spread antara DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward) juga dibilang tipis, sekitar mungkin 415-475. Overnight sudah kembali di bawah 6 persen, 5,73 persen," tutur dia.

Di samping itu, yield surat berharga negara (SBN) bertenor 10 tahun juga telah kembali di bawah 8 persen, yakni 7,9 persen. Lantaran itu lah, jelas Mirza, masih memperhatikan negosiasi dagang antara AS dan Cina.

"Ini menunjukkan bahwa pada 21-22 mei ada sedikit gejolak tapi gejolaknya relatif terkendali di pasar keuangan, utama di pasar valas dan obligasi. Dan sekarang sudah back to normal. Itu artinya kita kembali lagi melihat faktor utama yang mempengaruhi pasar keuangan indonesia yg melihat pada eksternal," imbuh dia.

Lagipula, kata dia, masih banyak negara-negara berkembang lain yang CDS-nya tinggi, karena diterpa gejolak pasar global.

"Turki itu 489 mengalami pemburukan (CDS) 128 bps. Kemudian, Italia juga mengalami pemburukan. Dan Italia ini negara yang baik namun CDS-nya lebih buruk dari Indonesia," terang Mirza.

Sebaliknya, Brasil dan Meksiko justru mengalami pembaikan dari posisi CDS. Sementara Filipina, Malaysia, dan Thailand memang lebih baik dari Indonesia.

"Negara yang bedakan itu kalau current account [transaksi berjalan] positif, maka CDS lebih stabil," ujar dia.

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali