tirto.id - Pengamat ekonomi IndiGo Network, Ajib Hamdani menyarankan agar Bank Indonesia (BI) tidak ikut menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dalam merespons tren kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Sebab, jika BI menaikkan suku bunga acuan masalahnya akan semakin kompleks.
“Indonesia tidak efektif kalau merespons kondisi ini dengan, misalnya, juga melalui kenaikan suku bunga acuan. Karena dampaknya akan complicated," kata dia kepada reporter Tirto, Rabu (8/6/2022).
Peningkatan tren suku bunga AS memang dikhawatirkan akan menciptakan capital outflow industri keuangan dalam negeri. Karena akan terjadi potensi shifting likuiditas.
"Namun risiko shifting likuiditas itu hanya atas hot investment, tetapi untuk investasi jangka panjang tidak akan berubah," jelasnya.
Oleh karenanya, kata Ajib, perlu dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan iklim usaha yang lebih baik, dan menjadi tujuan investasi jangka panjang yang lebih sustain buat para investor. Ketimbang harus ikut menyesuaikan suku bunga BI.
Karena Indonesia sendiri mempunyai keunggulan komparatif berupa jumlah penduduk nomor empat besar dunia, meskipun PDB nya masih nomor 15 besar dunia. "Artinya potensi pengembangan ekonominya masih sangat terbuka," jelasnya.
Ajib meminta pemerintah fokus dengan membuat ekosistem bisnis yang lebih luas dan business friendly. Sehingga menarik untuk minta investasi jangka panjang.
"Jadi, misalnya ada kebijakan moneter dari negara lain, tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap kondisi ekonomi dan keuangan dalam negeri," ujarnya.
Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE), Piter Abdullah mengatakan, pada waktunya BI sendiri akan menaikkan suku bunga acuan. Ini bertujuan untuk menjaga aliran modal asing masuk.
“Bank indonesia tanpa diminta pasti akan menjaga stabilitas perekonomian," kata dia dihubungi terpisah.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu, Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Rapat Dewan Gubernur pada 23 dan 24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,50 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi Selasa (24/5/2022).
Selain itu, BI juga menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz