tirto.id -
"Kalau untuk menu, kami berpatokannya di angka kecukupan gizi. Mungkin kalau bagi anak-anak yang nanti berkebutuhan khusus, diharapkan sekolahnya melapor ke dapur, ke satuan pelayanan gizi," kata Dedi.
Dedi menuturkan menu bagi siswa SLB akan disesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Terkait absennya susu, Badan Gizi Nasional (BGN), berencana memberikan susu sebanyak dua kali dalam seminggu.
"Oh, susu kita memang dari badan gizi memang khusus pemberian susu, seminggu direncanakan dua kali. Nah, khusus sekolah anak-anak, kita sudah berkoordinasi, memang tidak bisa sembarangan susu yang diberikan," ungkap Dedi.
Dikutip dari Antara, Program Makan Bergizi Gratis merupakan program prioritas Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang resmi diberlakukan di sekolah-sekolah dan posyandu di 26 provinsi di Indonesia pada Senin (6/1/2025).
Terdapat sekitar 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG yang beroperasi untuk menyediakan makanan bergizi buat anak-anak sekolah dan ibu hamil pada saat program ini dilaksanakan pertama kali.
Jumlah tersebut akan terus bertambah setiap hari secara bertahap hingga 937 titik di akhir bulan Januari 2025, dan setidaknya akan menjangkau tiga juta penerima manfaat.
Hingga akhir tahun 2025, diharapkan jumlah penerima manfaat mencapai hingga 15 juta sasaran. Pada 2029, program tersebut ditargetkan mencakup 82,9 juta penerima manfaat.
Dalam pelaksanaannya, Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan bahwa standar kebersihan dan kualitas makanan dipertahankan dari dapur hingga ke tangan penerima manfaat. Makanan dikemas dalam bahan baja nirkarat yang aman dan higienis atau stainless steel food grade.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Intan Umbari Prihatin