tirto.id - Basuki Hariman langsung menjadi orang yang paling dicari saat ini. Namun, bukan terkait dengan prestasinya, nama pengusaha ini menjadi tersangka pemberi suap Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar untuk kasus kuota daging sapi.
Kasus kuota daging sapi tersebut bermula dari maraknya daging sapi impor asal India yang menjadi kompetitor Indonesia di pasar domestik. Kuota daging impor India ini pun ditakutkan Basuki akan mengancam profit bisnis miliknya. Merasa posisinya terancam, Basuki berinisiatif melegalkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang tengah ditangani MK.
"Hari ini kan masuknya daging India terlalu banyak. Jadi kalau mereka ada gugatan seperti itu saya coba bantu aja memberikan penjelasan-penjelasan kepada hakim, dalam hal ini Pak Patrialis," terang Basuki Hariman usai diperiksa Jumat (27/01/2017) dini hari di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta Selatan.
Basuki menjelaskan jika daging sapi India dapat merusak harga pasaran daging asli Indonesia. Apalagi dengan harga sedikit di bawah daging lokal meskipun kualitas di bawah daging Indonesia. Namun dikatakan Basuki, ia tak berpengaruh pada minat dari pasar domestik.
"Bahwa masuknya daging sapi India ini, pertama, merusak peternak lokal karena harganya murah sekali. Toh kami tidak juga menurunkan harga sampai sekarang ini, harga sapi lho," ucap Budiman.
Apalagi Basuki memastikan bahwa kualitas daging sapi Indonesia cukup berkualitas tinggi karena tidak berpenyakit seperti penyakit PMK, kulit, kelamin, jamur kuku, dan sebagainya. Kondisi material daging luar yang dinilai tidak layak jual inilah menurut Basuki tak berhak mengantongi sertifikat dari negara yang bersangkutan.
Kedua, harga daging sapi di India murah karena kurang peminat, mungkin alasan faktor religius India yang dikenal Hindustan atau mayoritas Hindu. Alhasil, larangan memakan daging sapi sebagai simbolisasi penghormatan salah satu dewa di sana, menjadi penentu harga daging sapi asal India murah.
"Kedua, harga masih terjangkau. Jadi saya jelaskan kepada Pak Patrialis biar beliau mengerti. Begitu dia mengerti, dia coba pelajari. Tetapi saya tidak pernah memberikan uang apa-apa," jelasnya.
Lantas, Basuki meyakini bahwa pihak yang diuntungkan dalam perkara ini adalah Kamaluddin. Ia dianggap pihak penghubung antara Basuki dan Patrialis Akbar. Asalkan, Kamaluddin bisa mendapatkan keuntungan untuk umroh ke Tanah Suci, demikian dipaparkan Basuki seperti yang dikutip Tirto.id.
Basuki kembali buka suara bahwa dia juga pernah dipertemukan oleh Patrialis. Namun, lagi-lagi Basuki menyebut dalam pertemuan itu tidak membahas mengenai nominal harga sebagai transaksi dari amar putusan hakim MK di perkara daging sapi.
"Tidak ada. Jadi selama saya bicara dengan Pak Patrialis, tidak pernah dia bicara sepatah kata pun soal uang. Yang minta uang itu sebenarnya Pak Kamal. Saya merasa karena dia kenal dengan Pak Patrialis, saya sanggupi untuk membayar kepada dia," ungkap Basuki.
Masih kata Basuki, upeti yang diberikan dia kepada Kamaluddin sudah berlangsung kedua kalinya. Dimana upeti yang pertama diberikan pada akhir tahun 2016 lalu sebanyak 10 ribu dolar Singapura. Sedangkan transaksi kedua dengan pembayaran 20 ribu dolar Singapura kepada Kamaluddin. Sayang, saat akan melakukan sisa pembayaran sampai menyentuh pada uang komitmen senilai 200 ribu dolar Singapura tersebut, Basuki dan Kamaluddin digelandang KPK.
Basuki Klaim Dirinya Tak di Kantor Saat OTT KPK
Tak hanya membahas mengenai nominal dan alasan mengapa Basuki Hariman tergiur menyuap Patrialis Akbar. Pemilik perusahaan daging sapi segar maupun olahan itu sendiri menjelaskan dimana posisinya saat penangkapan itu terjadi.
"Ndak. Mereka ke kantor, dia geledah kantor saya, terus saya datang ke kantor. Saya tanya kenapa. Rupanya Pak Kamal sudah dibawa duluan ke sini. Gitu. Kemudian terus saya juga dibawa ke sini," terang Basuki dengan logat Jawanya itu.
Saat itu, Basuki menjelaskan, iming-iming Kamaluddin meyakinkannya bahwa regulasi soal kuota daging impor itu bisa disahkan oleh Patrialis. Tak hanya itu, karena Kamaluddin bersedia mengenalkan Basuki dengan Patrialis, tak ada pilihan lagi bagi Basuki selain menerima tawaran Kamaluddin.
"Ya, dia sering begitu memang. Tapi saya tahu itu nggak bakal nyampe [ke Patrialis]. Cuma karena dia yang kenalin ya sudah, saya kasih aja, gitu loh. Saya pernah ketemu di golf di Rawamangun berapa kali aja. Makan sama-sama dua kali kalau nggak salah,” paparnya.
Bujuk rayu sang calo proyek ini pun mampu meyakinkan bahwa dia adalah orang berpengaruh terhadap Patrialis. Oleh karena itu, tanpa pikir panjang setiap permintaan Kamaluddin pasti disanggupi oleh Basuki.
"Pak Kamal ini deketlah sama Pak Patrialis. Dia juga punya kerja sama sama saya. Tapi saya nggak tahu dulu kalau deket sama Patrialis. Belakangan saya mengalami, saya juga pedagang daging, ternyata daging itu mulai nggak laku, saya support-lah orang yang gugat. Itu aja," ujar Basuki.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari