tirto.id - Konflik antara Rusia dan Ukraina belum selesai. Berdasarkan berita terbaru, menurut PBB, jumlah korban tewas akibat perang sudah mencapai ratusan orang dan banyak juga yang mengalami luka-luka.
NPR melaporkan, setidaknya ada 364 warga Ukraina yang tewas sejak Rusia menginvasi negara itu. Selain itu, kata PBB, sedikitnya ada sekitar 759 orang mengalami luka-luka. Kendati demikian, jumlah korbannya diyakini jauh lebih besar lagi.
Di sisi lain, sekitar 2.000 warga sipil telah dievakuasi dari kota Irpin, Ukraina, demikian menurut polisi setempat, tetapi tidak menjelaskan secara rinci mengenai periode waktu evakuasinya.
Meskipun kedua belah pihak sudah bernegosiasi, upaya gencatan senjata tetap gagal dan sia-sia. Bahkan, pasukan Rusia melanggar gencatan senjata untuk hari kedua berturut-turut dengan melepaskan tembakan ke Mariupol sehingga menghentikan evakuasi warga sipil di kota pelabuhan.
Menurut Moskow, dalam invasi itu, mereka hanya menargetkan infrastruktur militer dan bersikeras mengatakan kalau tujuan mereka melakukan itu untuk membela komunitas berbahasa Rusia melalui "demiliterisasi" sehingga bekas negara Soviet tidak lagi mengancam Rusia.
Di sisi lain, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan kalau negaranya tidak akan pernah memaafkan sikap Rusia, terlebih atas semua korban dan penderitaan akibat perang. Ia bahkan menuduh Rusia menargetkan warga sipil.
Hal itu Zelenskyy sampaikan dalam pidatonya di “Minggu Pengampunan”, hari keagamaan khusus menurut tradisi Gereja Ortodoks Timur, di mana orang-orang saling meminta pengampunan.
"Kami tidak akan memaafkan, kami tidak akan melupakan, kami akan menghukum semua orang yang melakukan kekejaman dalam perang ini di tanah kami," kata Zelekskyy dalam pidatonya seperti dikutip Al Jazeera.
“Tidak akan ada tempat yang tenang di bumi ini kecuali kuburan,” kata dia.
“Hari ini sebuah keluarga terbunuh di Irpin – pria, wanita dan dua anak. Tepat di jalan. Seperti di galeri menembak. Ketika mereka mencoba untuk keluar dari kota, untuk diselamatkan. Seluruh keluarga,” kata presiden Ukraina.
Rusia dan Ukraina akan Gelar Pertemuan Ketiga?
Salah satu perunding Ukraina bernama David Arakhamia mengatakan, pihaknya akan melakukan pembicaraan ketiga dengan Rusia untuk mencari cara mengakhiri konflik berdarah itu.
"Perundingan putaran ketiga akan berlangsung pada hari Senin," tulis Arakhamia di Facebook seperti dikutip Reuters. Ia adalah pemimpin parlemen dari partai Presiden Volodymyr Zelensky dan utusan untuk pembicaraan tersebut.
Di sisi lain, pihak Rusia pun mengatakan kalau pembicaraan putaran ketiga akan dilakukan pada Senin pekan depan. Sebelumnya, delegasi Ukraina dan Rusia telah melakukan dua putaran pembicaraan sejak Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke tetangganya pada 24 Februari.
Pada hari Kamis, Rusia dan Ukraina sepakat membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan warga sipil keluar dari beberapa zona pertempuran, meskipun ada penundaan dalam penerapannya.
Akan tetapi, kata Ukraina pada hari Sabtu, pembicaraan belum membuahkan hasil tetapi akan terus melakukan negosiasi.
Editor: Iswara N Raditya